Dr. Honoris Causa (H.C.) Cornelis - Orasi Ilmiah Lengkap

Catatan redaksi:
Manusia Dayak tahu dan belajar sejarah, itu baik adanya. Sebab, pepatah Latin menyatakan bahwa, "Historia docet" (sejarah mengajari/ sejarah adalah guru). Bung Karno menggarisbawahinya dengan retorikanya, "Jas Merah" jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Namun, mengukir dan membuat sejarah jauh lebih baik lagi, sebagaimana salah satu sosok Dayak fenomenal abad ini, Cornelis. Memandang pentingnya momentum penganugerahan gelar Dr. H.C. kepadanya hari ini (18 September 2024, pukul 10.000 - 12.00) di alula utama Hotel Griya Persada Yogyakarta oleh STT Kadesi Yogyakarta, Redaksi merasa perlu memuat utuh Orasi Ilmiah Cornelis. Selain mendenskripsikan capaian-capaian karyanya yang meninggalkan legasi pada periode 2008 - 2024, Cornelis adalah juga seorang "insan kamil" yang selesai dengan diri, klan, juga kelompoknya. 

Selamat mengikuti!

Orasi Ilmiah

CAPAIAN KARYA TOKOH BANGSA

PENGALAMAN MEMIMPIN ANTAR LEMBAGA UNTUK MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERIODE 2008 – 2024

Dr. (H.C.) Drs. Cornelis, M.H.

STT Kadesi Yogyakarta

NIM : 241303004

18 September 2024

Pertama-tama, puji syukur ke haridat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Mengerti yang memberikan kepada manusia akal budi, bahwa kita semua berada dalam lindungan-Nya dalam keadaan sehat waalfiat.

 1.    Yang saya hormati, Ketua STT Kadesi Yogyakarta, Assoc. Prof. Dr. Muner Daliman, MA, M.Pd.K., M.Th. 

2.    Yang saya hormati Ketua Senat dan anggota Senat STT Kadesi Yogyakarta, Prof. Dr. Kristian H. Sugiyarto, Ph.D.

3.    Yang saya hormati Direktur Program Pascasarjana, Dr. Hana Suparti, M.Th, M.Pd.K.

4.    Yang saya hormati Promotor Utama, dalam hal ini Prof. Dra. Srini M. Iskandar, M.Si., Ph.D. serta Co-promotor yang terdiri atas: a) Prof. Kuwing Baboe, M.Sc., b) Dr. Hana Suparti, M.Th, M.Pd.K, c) Dr. Gunaryo Sudarmanto, D.Th. 

5.    Yang saya hormati Dewan Penguji yaitu Assoc. Prof. Dr. Muner Daliman, MA, M.Pd.K., M.Th.  (Ketua), Prof. Dr. Kristian H. Sugiyarto, Ph.D. , Assoc. Prof. Dr. Stevri Indra Lumintang, Th.D., dan Dr. Timotius Sukarna, M.Th.   

6.    Yang saya hormati Para dosen, mahasiswa, segenap sivitas akademika serta saudara saudari sekalian di ruangan ini yang tidak dapat saya sebut satu persatu.

 Siapakah gerangan saya ini, sehingga berdiri di podium terhormat, di hadapan Senat Sekolah Tinggi Teologi (STT) Kadesi Yogyakarta, Ketua STT Kadesi, Direktur Program Pascasarjana, para guru besar, promotor, penguji, dosen-dosen, serta sivitas akademika STT Kadesi? Di mata manusia, hal itu musykil, tetapi di mata Tuhan Sang Pencipta semesta alam, apa yang tidak mungkin bagi manusia, menjadi mungkin bagi Tuhan.

            Dalam ruang dan waktu providentia Dei (penyelenggaraan Ilahi), dan kairos itulah saya menempatkan diri berada di hadapan Saudara-saudari, bapak, ibu sekalian. Tanpa campur tangan Tuhan, tidak mungkin saya berada di tempat yang sangat terhormat ini.

            Perkenankan saya di sini memaparkan Pengalaman pribadi di dalam memimpin antar-lembaga untuk mensejahterakan masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat periode 2008-2024. Secara filofosis, tidak ada pengalaman atau experiences yang salah karena pengalaman itu nyata dialami. Masalahnya adalah: bagaimana pengalaman yang benar itu baik dan berdampak bagi manusia dan meninggalkan legasi?

            Selama masa kepemimpinan saya di Kalimantan Barat, dan kemudian sebagai wakil rakyat di DPR-RI Komisi II untuk Daerah Pemilihan I Kalimantan Barat, saya menyadari betapa kecilnya kontribusi saya jika dibandingkan dengan karya-karya agung ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa. Saat Tuhan menciptakan bumi beserta segala isinya, dan menciptakan manusia dari debu lalu menghembuskan napas ke dalamnya, Kitab Kejadian mencatat bahwa semuanya itu adalah baik adanya (Kejadian 1:31).

Kesadaran ini membuat saya memahami bahwa segala usaha dan karya yang saya lakukan hanyalah seujung kuku dibandingkan dengan kebesaran karya ciptaan Tuhan. Dalam perspektif Alkitab dan teologi Katolik—maaf jika saya menggunakan pendekatan Katolik karena saya adalah penganut Katolik sejati—manusia dipandang sebagai co-creator atau mitra-Tuhan dalam proses penciptaan. Kita, sebagai makhluk yang diciptakan dengan potensi dan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan, memikul dan mengemban tanggung jawab untuk melanjutkan penciptaan ini dengan cara yang baik.

Tuhan, dalam kebaikan-Nya yang tak terhingga, menciptakan segala sesuatu dengan sempurna. Begitu pula, sebagai rekan-Nya, apa yang kita ciptakan harus mencerminkan kebaikan dan memberikan manfaat nyata bagi umat manusia. Karya-karya kita haruslah bermanfaat, berdampak positif, dan selaras dengan kebaikan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Dengan cara ini, kita turut ambil bagian dalam kisah agung penciptaan Tuhan, berusaha untuk mewujudkan sesuatu yang tidak hanya baik tetapi juga bermanfaat bagi sesama.

            Selama periode saya menjabat sebagai Bupati Landak (2001-2008), Gubernur Kalimantan Barat (2008-2018), dan anggota DPR-RI (2019-2024), saya sering merasakan keterbatasan diri saya. Dalam pandangan pribadi, saya merasa "tidak ada apa-apanya" dibandingkan dengan karya Tuhan yang sangat besar dan agung. Momen-momen ini mengingatkan saya akan kerendahan hati dan kebergantungan pada kekuatan yang lebih besar daripada diri saya sendiri.

Dalam tradisi Katolik (dan juga Kristen secara umum), kita diajarkan untuk memahami diri kita sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Karya dan legasi yang saya kerjakan sering kali dipandang oleh orang lain sebagai "capaian" atau pencapaian pribadi. Namun, dalam pandangan teologis Katolik, pencapaian ini bukanlah hasil dari kemampuan individu semata, melainkan bagian dari karya Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Penyelenggara.

Filosofi Katolik tentang co-creation atau penciptaan bersama menekankan bahwa setiap tindakan manusia yang positif dan produktif merupakan hasil dari kolaborasi antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan. Dalam konteks ini, saya menyadari bahwa segala kemampuan yang saya miliki—akalan budi, perasaan, kreativitas, dan kompetensi—adalah anugerah dari Tuhan. Mereka diberikan kepada saya untuk melaksanakan tanggung jawab yang diamanahkan kepada saya sebagai manusia dan sebagai pemimpin.

Konsep ini selaras dengan ajaran Katolik tentang karunia dan panggilan. Setiap orang diberi karunia oleh Tuhan untuk melayani dan berkontribusi pada kebaikan bersama. Karunia tersebut, seperti yang diungkapkan dalam Surat Paulus kepada Jemaat di Roma 12:6-8, berfungsi untuk memajukan kehendak Tuhan di dunia ini. Dalam hal ini, saya merasa bahwa setiap langkah dan keputusan yang saya ambil selama masa jabatan saya tidak terlepas dari bimbingan dan rahmat Tuhan.

Lebih jauh, ajaran Katolik menekankan bahwa manusia adalah stewards atau pengelola dari karunia-karunia tersebut. Dalam pengertian ini, tugas saya sebagai pemimpin bukan hanya untuk memanfaatkan kemampuan saya sebaik-baiknya, tetapi juga untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan saya mencerminkan nilai-nilai Kristiani seperti keadilan, kasih, dan pelayanan kepada sesama. Setiap pencapaian atau capaian yang terlihat adalah hasil dari kerjasama antara usaha manusia dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita.

Dengan demikian, dalam momen refleksi ini, saya menyadari betapa kecilnya peran saya dibandingkan dengan karya Tuhan yang abadi dan tak terukur. Keberhasilan yang tampak sebagai hasil usaha pribadi sebenarnya adalah manifestasi dari rencana ilahi yang lebih besar, di mana saya berperan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan rencana Tuhan. Dalam setiap langkah yang saya ambil, saya diingatkan untuk selalu bersyukur dan tetap rendah hati, menyadari bahwa setiap prestasi adalah hasil dari rahmat dan bimbingan Tuhan yang maha kuasa.

 

Kini izinkanlah saya memaparkan apa yang oleh Panitia disebut sebagai “Capaian Karya Tokoh Bangsa”.

 

Apakah yang dimaksudkan dengan “capaian karya” itu?

"Capaian karya" merujuk pada sejauh mana hasil atau dampak dari sebuah karya—baik itu dalam bentuk seni, tulisan, penelitian, atau proyek lain—dapat dirasakan atau diukur. Istilah ini mencakup beberapa aspek:

1.    Pengaruh dan dampak

Capaian karya mencakup sejauh mana suatu karya kita memengaruhi khalayak atau masyarakat. Misalnya, sebuah novel yang mempengaruhi cara pandang orang tentang suatu isu sosial, atau sebuah penelitian yang mengubah cara pandang terhadap ilmu pengetahuan tertentu.

2.    Penerimaan dan pengakuan

Ini juga melibatkan sejauh mana karya tersebut diterima dan diakui oleh komunitasnya. Pengakuan bisa datang dalam bentuk penghargaan, ulasan positif, atau pengaruh yang luas di bidangnya.

3.    Kualitas dan inovasi

Capaian karya dapat mencakup aspek kualitas dan inovasi. Karya yang mencapai tingkat kualitas tertentu atau membawa inovasi baru biasanya memiliki capaian yang lebih tinggi karena menandakan bahwa karya tersebut unggul dalam hal kreativitas dan teknik.

4.    Kepuasan pencapai

Kerapkali capaian karya juga dapat diukur dari kepuasan pencapai sendiri. Karya yang memenuhi tujuan pribadi atau visi kreatif pembuatnya bisa dianggap telah mencapai tujuannya, meskipun pengakuan eksternal mungkin terbatas.

 

Singkat kata, “capaian karya" adalah ukuran dari efektivitas dan pengaruh karya tersebut dalam berbagai konteks, dan bisa berbeda-beda tergantung pada jenis karya dan kriteria yang digunakan untuk menilai dampaknya. Dengan kata lain, capaian karya tidak hanya mengukur seberapa baik karya itu diciptakan, tetapi juga seberapa besar dampaknya terhadap audiens dan bidang terkait.

Dalam deskripsi ini, saya akan menggambarkan capaian karya selama periode 2008 hingga 2024. Deskripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai pencapaian saya dalam rentang waktu tersebut. Fokusnya adalah pada pemaparan pencapaian-pencapaian penting, tanpa memasuki analisis mendalam atau evaluasi kritis.

Pembaca akan menemukan narasi tentang berbagai proyek, publikasi, atau karya lain yang telah saya hasilkan selama periode ini. Narasi ini akan mencakup informasi tentang bagaimana karya tersebut diterima oleh publik, pengakuan yang diterima, serta dampaknya dalam konteks masing-masing. Tujuannya adalah untuk memberi pembaca pemahaman tentang bagaimana karya-karya tersebut berkontribusi pada bidangnya dan apa saja pencapaian signifikan yang telah diraih.

Dalam narasi yang berikut ini, Anda akan memperoleh wawasan tentang perjalanan dan perkembangan karya saya dari tahun ke tahun, termasuk pencapaian yang menonjol dan pengaruh yang telah tercipta. Ini bukanlah evaluasi menyeluruh, melainkan sebuah gambaran umum yang memberikan konteks dan latar belakang dari capaian yang telah dicapai selama periode tersebut.

 

Pembangunan Infrastruktur di Kalimantan Barat: Fokus pada Jalur Perbatasan dan Konektivitas

Pembangunan infrastruktur di Kalimantan Barat adalah bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat konektivitas di wilayah perbatasan dan mendukung pertumbuhan ekonomi serta sosial. Proyek ini melibatkan pembangunan jalan dan jembatan yang menghubungkan wilayah-wilayah strategis dengan tujuan utama meningkatkan aksesibilitas, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat.

1.    Jalur-Jalur Utama yang Dibangun

- Entikong ke Pontianak dan Kalimantan Tengah: Jalur ini menghubungkan Entikong di perbatasan Malaysia dengan Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, serta melanjutkan ke Kalimantan Tengah. Pembangunan jalur ini penting untuk memperlancar akses dari perbatasan menuju pusat ekonomi dan pemerintahan.

  - Pontianak ke Jagoi: Jalur ini menghubungkan Pontianak ke Jagoi, salah satu titik Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Selanjutnya, jalur ini dilanjutkan ke Aruk dan Paloh di Kabupaten Sambas, membentuk lingkar perbatasan yang sangat vital.

  - Paloh ke Aruk: Jalan ini bertujuan meningkatkan akses antara Paloh dan Aruk, pintu masuk utama ke Malaysia di sisi barat Kalimantan.

- Putussibau ke Badau: Jalur ini menjadi jalan negara yang menghubungkan Putussibau dengan Badau. Badau juga akan menjadi titik PLBN baru untuk memperkuat jalur perbatasan.

- Badau ke Nanga Ela, Kabupaten Kapuas Hulu: Pembangunan jalan ini bertujuan meningkatkan konektivitas antara Badau dan Nanga Ela di Kabupaten Kapuas Hulu.

- Lingkar Perbatasan: Jalur ini mencakup rute dari Paloh ke Aruk, Aruk ke Jagoi, dan Jagoi ke Entikong, serta melanjutkan ke Sintang dan Badau-Nanga Erak. Lingkaran ini menciptakan jalur perbatasan yang terintegrasi untuk mobilitas dan perdagangan yang lebih efisien.

2.    Kolaborasi dan Realisasi Proyek

Proyek ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah, didukung oleh berbagai pihak termasuk Cornelis, mantan Gubernur Kalimantan Barat. Pembangunan ini juga melibatkan penyelesaian beberapa jalur, seperti Entikong ke Sintang, Jagoi ke Sanggau, dan lainnya.

3.    Manfaat dari Pembangunan Infrastruktur

 

- Ekonomi dan Pertanian: Infrastruktur yang lebih baik mempermudah transportasi hasil pertanian dan pupuk, meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung kegiatan ekonomi lokal.

  - Kesehatan dan Pendidikan: Pembangunan jalan dan jembatan meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

  - Keamanan dan Mobilisasi: Jalan yang baik meningkatkan kemampuan mobilisasi pasukan dalam keadaan darurat dan memperbaiki kesiapsiagaan keamanan wilayah.

- Pelayanan Publik: Infrastruktur yang lebih baik mendukung pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien, termasuk di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau.

4.    Target dan Program Berkelanjutan

Proyek ini bertujuan untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur secara menyeluruh, termasuk pengembangan jalan di Anjungan-Jagoi dan sekitarnya. Dalam jangka panjang, diharapkan program ini tidak hanya memperkuat konektivitas regional tetapi juga memberikan manfaat bagi keamanan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat.

5.    Perhatian terhadap Area Khusus

Camarwulan dan Gosongneger mendapatkan perhatian dalam proyek ini. Pembangunan infrastruktur di area-area ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas serta mendukung pengembangan regional secara keseluruhan.

6.    Program Cetak Sawah di Kalimantan Barat: Kolaborasi untuk Ketahanan Pangan

Cetak sawah adalah inisiatif strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Proyek ini bertujuan mengubah lahan-lahan yang belum tergarap menjadi sawah produktif untuk memenuhi kebutuhan pangan regional dan nasional. Kalimantan Barat dipilih karena potensi agrarisnya yang besar dan kebutuhan akan pengembangan pertanian yang lebih efisien.

 

7.    Kerja sama antara Pihak-Pihak Terkait

- Kodam XII Tanjungpura dan Kasdam: Kodam XII Tanjungpura bekerja sama dengan Kasdam untuk pelaksanaan proyek ini. Dukungan militer mencakup pengawasan, bantuan teknis, dan mobilisasi sumber daya untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana.

- Kementerian Penerangan: Bertanggung jawab untuk menyediakan informasi dan sosialisasi mengenai proyek cetak sawah kepada masyarakat. Mereka memastikan proyek ini mendapatkan dukungan publik dan informasi terkait disebarluaskan secara efektif.

-        Luas dan Skala Proyek

Proyek cetak sawah mencakup area seluas 14.000 hektar di Kalimantan Barat. Luas lahan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan secara signifikan, menjadikan Kalbar sebagai salah satu lumbung pangan utama di Indonesia, dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.

-       Manfaat dari Proyek Cetak Sawah

- Peningkatan Produksi Pangan: Meningkatkan produksi padi di Kalbar untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah.

  - Kesejahteraan Petani: Memberikan akses ke lahan produktif, dukungan teknis, serta infrastruktur pertanian seperti irigasi dan jalan akses, meningkatkan kesejahteraan petani lokal.

- Pembangunan Ekonomi Lokal: Meningkatkan produksi padi dapat merangsang ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan aktivitas ekonomi di sekitar daerah pertanian.

- Ketahanan Pangan Regional dan Nasional: Memperkuat kapasitas produksi pangan di Kalimantan Barat untuk mendukung ketahanan pangan yang lebih baik dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga pangan global.

Peran-aktif serta pro-aktif saya dalam proyek pembangunan jalan negara Pontianak – Entikong dan Jembatan Tayan merupakan pencapaian monumental. Jalan Pontianak – Entikong, yang merupakan arteri utama bagi perdagangan dan transportasi di wilayah tersebut, telah mempercepat arus barang dan orang, mempermudah akses ke layanan penting seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kalimantan Barat, menggarisbawahi dampak positif dari integrasi aspek sosial dan ekonomi dalam kebijakan pembangunan.

Pembangunan Jembatan Tayan juga merupakan langkah strategis dalam meningkatkan konektivitas antarwilayah. Jembatan ini bukan hanya memfasilitasi transportasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru dan mendukung integrasi pasar lokal dengan pasar regional. Dampak dari proyek ini mencerminkan pemikiran saya yang berpandangan jauh ke depan, memprioritaskan pengembangan infrastruktur sebagai dasar untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sumbangan pemikiran saya bukan hanya terbatas pada pembangunan fisik. Kepedulian saya terhadap dimensi spiritual dan sosial masyarakat terlihat jelas dalam proyek-proyek keagamaan yang saya jalankan. Pembangunan Gereja Katedral Santo Yosef di Pontianak, yang merupakan gereja katedral termegah dan terbesar di Asia Tenggara, adalah contoh nyata dari pendekatan holistik saya. Dengan merobohkan gereja lama dan membangun gereja baru yang dapat menampung hingga 3.000 jemaat, saya memperlihatkan komitmen terhadap kebutuhan rohani umat Katolik. Desain gereja yang menggabungkan elemen Romawi, Timur Tengah, Dayak, dan Tionghoa mencerminkan upaya untuk menciptakan ruang ibadah yang inklusif dan harmonis, memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman. Pembangunan Gereja Katedral ini kerap dipandang sebagai capaian dan bentuk keadilan distributif sekaligus wujud kebebasan beragama.

Inisiatif saya juga mencakup renovasi Masjid Agung Mujahidin, yang dilakukan pada tahun 2015. Renovasi ini meningkatkan kapasitas masjid menjadi sekitar 9.000 jemaah, menggarisbawahi dedikasi saya dalam memastikan bahwa kebutuhan keagamaan umat Muslim juga terpenuhi dengan baik. Dengan memperkuat infrastruktur keagamaan, saya mendukung peran sosial dan budaya Islam di Kalimantan Barat, menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan komunitas yang vital. Masjid Agung Mujahidin juga sering dianggap sebagai bentuk keadilan distributif dan kebebasan beragama, menegaskan dedikasi saya untuk memastikan bahwa semua komunitas memiliki tempat yang layak dan dihormati dalam masyarakat.

Di sisi budaya, saya berperan penting dalam pelestarian warisan etnis Dayak. Pembangunan Rumah Radakng, rumah panjang tradisional Suku Dayak Kanayatn, pada tahun 2013, merupakan contoh nyata dari komitmen saya terhadap pelestarian budaya lokal. Rumah Radakng bukan hanya berfungsi sebagai simbol kebanggaan masyarakat Dayak tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya yang memperkuat identitas etnis dan menarik minat pengunjung untuk memahami lebih dalam tentang kebudayaan lokal.

Semboyan "Kade barani, ame gali'-gali', kae gali' ame barani-barani" yang artinya: “Jika berani jangan takut-takut, jika takut jangan berani-berani” yang saya perkenalkan telah membangkitkan semangat dan keberanian di kalangan masyarakat Dayak. Semboyan ini, yang mendorong rasa kebanggaan dan keberanian, telah mengubah pandangan masyarakat terhadap diri mereka sendiri, meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial dan politik. Pendekatan ini juga mencerminkan kepedulian saya terhadap pemberdayaan masyarakat, bukan hanya dalam aspek material tetapi juga dalam memperkuat nilai-nilai budaya dan moral.

Melalui berbagai sumbangan yang telah saya berikan, saya telah berhasil menunjukkan bahwa pembangunan yang efektif dan berkelanjutan memerlukan pendekatan yang holistik dan inklusif. Saya bukan hanya fokus pada perbaikan kondisi fisik masyarakat, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Usaha saya mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari infrastruktur dasar hingga pemberdayaan masyarakat, menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan.

Legasi yang saya tinggalkan bukan hanya memberikan landasan yang kokoh bagi kemajuan di Kalimantan Barat, tetapi juga mendukung terciptanya inklusi sosial yang lebih luas. Ini adalah cerminan dari visi yang komprehensif serta dedikasi yang mendalam untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih adil, menjadikan setiap usaha dan pencapaian saya sebagai bagian integral dari upaya menciptakan masa depan yang lebih cerah dan sejahtera bagi semua lapisan masyarakat.

        Sebelum menutup paparan capaian karya ini, izinkan saya untuk menyitir pandangan dari Greenleaf, seorang pakar manajemen strate gik yang sangat berpengaruh. Pada tahun 1996, Greenleaf merangkum semua gaya kepemimpinan yang ditelitinya ke dalam satu konsep utama: servanthood leadership atau kepemimpinan yang melayani. Konsep ini bukan hanya sekadar tentang “membasuh kaki” sebagai tindakan simbolis dari pelayanan, tetapi juga mencakup dimensi yang lebih luas dan mendalam. Greenleaf menekankan bahwa seorang pemimpin yang melayani adalah mereka yang secara aktif berkomitmen untuk menciptakan jalur bagi orang lain agar mereka dapat berkembang. Kepemimpinan ini mencakup dorongan yang berkelanjutan untuk memotivasi dan memberi semangat kepada anggota tim, serta menyediakan dukungan yang diperlukan agar mereka dapat mencapai potensi penuh mere ka. Ini bukan hanya tentang memberikan perintah, tetapi lebih pada membimbing, mendorong, dan menginspirasi setiap individu untuk tumbuh dan maju.

      Kepemimpinan yang melayani juga melibatkan tanggung jawab untuk menyiapkan pemimpin baru. Seorang pemimpin yang seja ti berusaha memastikan bahwa ada kader penerus yang siap untuk mengambil alih dan melanjutkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Ini berarti memberikan pelatihan, bimbingan, dan kesempatan bagi anggota tim untuk belajar dan berkembang dalam kapasitas kepemi mpinan mereka sendiri. Dalam kerangka ini, membangun komunitas juga merupakan as pek penting dari kepemimpinan yang melayani. Menciptakan lingkun gan yang saling mendukung, inklusif, dan kolaboratif adalah bagian integral dari filosofi ini. Pemimpin yang melayani memahami penting- nya hubungan interpersonal dan berusaha keras untuk membangun rasa kebersamaan dan saling percaya di antara anggota tim. Menurut Greenleaf, salah satu ciri utama dari kepemimpinan yang melayani adalah meninggalkan legasi yang berdampak positif dan berkelanjutan. Seorang pemimpin yang melayani memikirkan dampak jangka panjang dari tindakan dan keputusan mereka. Mereka ingin memastikan bahwa kontribusi mereka akan memberikan man faat tidak hanya saat ini tetapi juga di masa depan, dengan meninggal kan jejak yang menginspirasi dan memberdayakan orang lain. Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ini, saya mengajak Tim Penguji untuk menilai apakah gaya kepemimpinan saya sesuai dengan konsep servanthood leadership yang dikemukakan oleh Green leaf. Penilaian dari Tim Penguji akan sangat berharga untuk mengeva- luasi sejauh mana praktik kepemimpinan saya mencerminkan filosofi ini dan seberapa efektif saya dalam menerapkannya dalam konteks nyata. Saripati dari karya dan kepemimpinan yang saya lakukan dan ha yati adalah bahwa seorang pemimpin-pelayan (servant leader) bukan hanya sekadar “membasuh kaki”, melainkan juga memberi jalan, mo tivasi, dan menunjuk arah untuk berlayar ke tempat yang lebih dalam --duc in altum-- agar pengikutnya dapat meraih tangkapan yang lebih banyak. Ia pemandu yang membimbing domba-domba menuju sum ber air kehidupan, ke padang rumput yang hijau penuh dengan kesempatan dan kehidupan. Sedemikian rupa, sehingga seorang pemim- pin sejati memastikan setiap langkah pengikutnya menghasilkan buah melimpah dan menjalani kehidupan berkualitas seturut dengan ke hendak Tuhan, Sang Pencipta dan Sumber Kehidupan.

Penutup

Kini tibalah saya untuk menutup orasi ilmiah dalam forum yang terhormat ini. Apa yang harus saya katakan?

Dalam momen penutup ini, saya tidak akan membahas tentang saya. Sebaliknya, saya ingin mengajak Anda merenungkan kata-kata seorang yang pernah melangkah ke luar angkasa—Neil Armstrong. Bagi yang belum tahu, Armstrong adalah astronot Apollo yang pertama kali mendarat di bulan. Ketika kakinya menginjak permukaan bulan, Armstrong berkata, “This is a small step for a man, a giant leap for mankind,” yang artinya, "Ini adalah langkah kecil bagi seorang anak manusia, tetapi lompatan raksasa bagi peradaban umat manusia."

Kutipan ini, sederhana namun mendalam, bukan hanya mencerminkan pencapaian teknologi dan eksplorasi luar angkasa, tetapi juga mengandung filosofi mendalam tentang kemajuan dan kontribusi manusia. Langkah kecil di bulan, dalam konteks Armstrong, adalah simbol dari pencapaian individual yang mengarah pada dampak global, memperlihatkan bahwa tindakan kecil yang dilakukan oleh individu bisa mengubah wajah peradaban manusia.

Sebagaimana langkah kecil Armstrong ke bulan membawa dampak monumental bagi kemanusiaan, begitu pula karya-karya yang dipaparkan di muka tadi—hasil dari dedikasi seorang anak manusia yang orang kenal  bernama Cornelis—merupakan langkah kecil dalam konteks personal, tetapi lompatan besar dalam sejarah dan peradaban umat manusia. Karya-karya yang disebut sebagai “karya Cornelis” ini, meskipun tampak seperti langkah-langkah kecil dalam proses pembangunan dan perubahan sosial, sebenarnya mencerminkan visi besar dan dampak yang luas pula.

Pembangunan infrastruktur, pelestarian budaya, dan upaya mendukung kebebasan beragama yang saya lakukan bukan hanya berfungsi sebagai prestasi individual. Mereka adalah simbol dari lompatan besar yang mewujudkan keadilan distributif dan kebebasan beragama dalam masyarakat. Proyek-proyek ini berperan sebagai pilar yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan, menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Ketika kita menilai pencapaian-pencapaian ini, kita harus melihat melampaui angka-angka dan struktur fisik. Kita harus menyadari bahwa setiap langkah yang tampaknya kecil, setiap proyek yang tampaknya sederhana, sebenarnya adalah bagian dari sebuah narasi besar yang berkontribusi pada kemajuan kolektif umat manusia. Setiap karya ini adalah bagian dari perjalanan panjang menuju masyarakat yang lebih adil, lebih inklusif, dan lebih harmonis.

Dengan demikian, saat saya menutup orasi ilmiah ini, saya ingin menekankan bahwa pencapaian-pencapaian ini adalah hasil dari usaha yang tak terhitung dan dedikasi yang mendalam. Yang disebut sebagai “karya saya” adalah cerminan dari upaya kolektif untuk mencapai sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Sebagaimana langkah Armstrong di bulan melambangkan pencapaian kolektif umat manusia, begitu pula karya-karya ini melambangkan lompatan besar dalam perjalanan peradaban kita.

 

Sekian dan terima kasih!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url