Dr. Honoris Causa (H.C.) Cornelis - Orasi Ilmiah Lengkap
Manusia Dayak tahu dan belajar sejarah, itu baik adanya. Sebab, pepatah Latin menyatakan bahwa, "Historia docet" (sejarah mengajari/ sejarah adalah guru). Bung Karno menggarisbawahinya dengan retorikanya, "Jas Merah" jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Namun, mengukir dan membuat sejarah jauh lebih baik lagi, sebagaimana salah satu sosok Dayak fenomenal abad ini, Cornelis. Memandang pentingnya momentum penganugerahan gelar Dr. H.C. kepadanya hari ini (18 September 2024, pukul 10.000 - 12.00) di alula utama Hotel Griya Persada Yogyakarta oleh STT Kadesi Yogyakarta, Redaksi merasa perlu memuat utuh Orasi Ilmiah Cornelis. Selain mendenskripsikan capaian-capaian karyanya yang meninggalkan legasi pada periode 2008 - 2024, Cornelis adalah juga seorang "insan kamil" yang selesai dengan diri, klan, juga kelompoknya.
Orasi Ilmiah
CAPAIAN KARYA TOKOH BANGSA
PENGALAMAN
MEMIMPIN ANTAR LEMBAGA UNTUK MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERIODE 2008 – 2024
Dr. (H.C.) Drs. Cornelis, M.H.
STT Kadesi Yogyakarta
NIM : 241303004
18 September 2024
Pertama-tama, puji syukur ke haridat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Mengerti yang memberikan kepada manusia akal budi, bahwa kita semua berada dalam lindungan-Nya dalam keadaan sehat waalfiat.
2.
Yang saya hormati Ketua Senat dan anggota Senat STT Kadesi Yogyakarta, Prof. Dr. Kristian H. Sugiyarto, Ph.D.
3.
Yang saya hormati Direktur Program Pascasarjana, Dr. Hana Suparti, M.Th, M.Pd.K.
4.
Yang saya hormati Promotor Utama, dalam hal ini Prof. Dra. Srini M. Iskandar, M.Si., Ph.D. serta Co-promotor yang terdiri atas: a) Prof. Kuwing
Baboe, M.Sc., b) Dr. Hana Suparti, M.Th, M.Pd.K, c) Dr. Gunaryo Sudarmanto,
D.Th.
5.
Yang
saya hormati Dewan Penguji yaitu Assoc. Prof. Dr. Muner Daliman, MA, M.Pd.K.,
M.Th. (Ketua), Prof. Dr. Kristian H.
Sugiyarto, Ph.D. , Assoc. Prof. Dr. Stevri Indra Lumintang, Th.D., dan Dr.
Timotius Sukarna, M.Th.
6.
Yang
saya hormati Para dosen, mahasiswa, segenap sivitas
akademika serta saudara saudari sekalian di ruangan ini yang tidak dapat saya
sebut satu persatu.
Dalam
ruang dan waktu providentia Dei (penyelenggaraan Ilahi), dan kairos
itulah saya menempatkan diri berada di hadapan Saudara-saudari, bapak, ibu
sekalian. Tanpa campur tangan Tuhan, tidak mungkin saya berada di tempat yang
sangat terhormat ini.
Perkenankan
saya di sini memaparkan Pengalaman pribadi di dalam memimpin antar-lembaga
untuk mensejahterakan masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat periode
2008-2024. Secara filofosis, tidak ada pengalaman atau experiences yang
salah karena pengalaman itu nyata dialami. Masalahnya adalah: bagaimana
pengalaman yang benar itu baik dan berdampak bagi manusia dan meninggalkan
legasi?
Selama
masa kepemimpinan saya di Kalimantan Barat, dan kemudian sebagai wakil rakyat
di DPR-RI Komisi II untuk Daerah Pemilihan I Kalimantan Barat, saya menyadari
betapa kecilnya kontribusi saya jika dibandingkan dengan karya-karya agung
ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa. Saat Tuhan menciptakan bumi beserta segala
isinya, dan menciptakan manusia dari debu lalu menghembuskan napas ke dalamnya,
Kitab Kejadian mencatat bahwa semuanya itu adalah baik adanya (Kejadian 1:31).
Kesadaran
ini membuat saya memahami bahwa segala usaha dan karya yang saya lakukan
hanyalah seujung kuku dibandingkan dengan kebesaran karya ciptaan Tuhan. Dalam
perspektif Alkitab dan teologi Katolik—maaf jika saya menggunakan pendekatan
Katolik karena saya adalah penganut Katolik sejati—manusia dipandang sebagai co-creator
atau mitra-Tuhan dalam proses penciptaan. Kita, sebagai makhluk yang diciptakan
dengan potensi dan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan, memikul dan mengemban tanggung
jawab untuk melanjutkan penciptaan ini dengan cara yang baik.
Tuhan,
dalam kebaikan-Nya yang tak terhingga, menciptakan segala sesuatu dengan
sempurna. Begitu pula, sebagai rekan-Nya, apa yang kita ciptakan harus
mencerminkan kebaikan dan memberikan manfaat nyata bagi umat manusia.
Karya-karya kita haruslah bermanfaat, berdampak positif, dan selaras dengan
kebaikan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Dengan cara ini, kita turut
ambil bagian dalam kisah agung penciptaan Tuhan, berusaha untuk mewujudkan
sesuatu yang tidak hanya baik tetapi juga bermanfaat bagi sesama.
Selama periode saya menjabat sebagai Bupati Landak
(2001-2008), Gubernur Kalimantan Barat (2008-2018), dan anggota DPR-RI
(2019-2024), saya sering merasakan keterbatasan diri saya. Dalam pandangan
pribadi, saya merasa "tidak ada apa-apanya" dibandingkan dengan karya
Tuhan yang sangat besar dan agung. Momen-momen ini mengingatkan saya akan
kerendahan hati dan kebergantungan pada kekuatan yang lebih besar daripada diri
saya sendiri.
Dalam tradisi Katolik (dan juga Kristen secara umum), kita diajarkan
untuk memahami diri kita sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar.
Karya dan legasi yang saya kerjakan sering kali dipandang oleh orang lain
sebagai "capaian" atau pencapaian pribadi. Namun, dalam pandangan
teologis Katolik, pencapaian ini bukanlah hasil dari kemampuan individu semata,
melainkan bagian dari karya Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Penyelenggara.
Filosofi Katolik tentang co-creation atau penciptaan bersama
menekankan bahwa setiap tindakan manusia yang positif dan produktif merupakan
hasil dari kolaborasi antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan. Dalam konteks
ini, saya menyadari bahwa segala kemampuan yang saya miliki—akalan budi,
perasaan, kreativitas, dan kompetensi—adalah anugerah dari Tuhan. Mereka
diberikan kepada saya untuk melaksanakan tanggung jawab yang diamanahkan kepada
saya sebagai manusia dan sebagai pemimpin.
Konsep ini selaras dengan ajaran Katolik tentang karunia dan panggilan.
Setiap orang diberi karunia oleh Tuhan untuk melayani dan berkontribusi pada
kebaikan bersama. Karunia tersebut, seperti yang diungkapkan dalam Surat Paulus
kepada Jemaat di Roma 12:6-8, berfungsi untuk memajukan kehendak Tuhan di dunia
ini. Dalam hal ini, saya merasa bahwa setiap langkah dan keputusan yang saya
ambil selama masa jabatan saya tidak terlepas dari bimbingan dan rahmat Tuhan.
Lebih jauh, ajaran Katolik menekankan bahwa manusia adalah stewards atau
pengelola dari karunia-karunia tersebut. Dalam pengertian ini, tugas saya
sebagai pemimpin bukan hanya untuk memanfaatkan kemampuan saya sebaik-baiknya,
tetapi juga untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan saya mencerminkan
nilai-nilai Kristiani seperti keadilan, kasih, dan pelayanan kepada sesama.
Setiap pencapaian atau capaian yang terlihat adalah hasil dari kerjasama antara
usaha manusia dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita.
Dengan demikian, dalam momen refleksi ini, saya menyadari betapa kecilnya
peran saya dibandingkan dengan karya Tuhan yang abadi dan tak terukur.
Keberhasilan yang tampak sebagai hasil usaha pribadi sebenarnya adalah
manifestasi dari rencana ilahi yang lebih besar, di mana saya berperan sebagai
salah satu bagian dari keseluruhan rencana Tuhan. Dalam setiap langkah yang
saya ambil, saya diingatkan untuk selalu bersyukur dan tetap rendah hati,
menyadari bahwa setiap prestasi adalah hasil dari rahmat dan bimbingan Tuhan
yang maha kuasa.
Kini
izinkanlah saya memaparkan apa yang oleh Panitia disebut sebagai “Capaian Karya
Tokoh Bangsa”.
Apakah
yang dimaksudkan dengan “capaian karya” itu?
"Capaian karya" merujuk pada
sejauh mana hasil atau dampak dari sebuah karya—baik itu dalam bentuk seni,
tulisan, penelitian, atau proyek lain—dapat dirasakan atau diukur. Istilah ini
mencakup beberapa aspek:
1.
Pengaruh dan dampak
Capaian
karya mencakup sejauh mana suatu karya kita memengaruhi khalayak atau
masyarakat. Misalnya, sebuah novel yang mempengaruhi cara pandang orang tentang
suatu isu sosial, atau sebuah penelitian yang mengubah cara pandang terhadap
ilmu pengetahuan tertentu.
2.
Penerimaan dan pengakuan
Ini juga
melibatkan sejauh mana karya tersebut diterima dan diakui oleh komunitasnya.
Pengakuan bisa datang dalam bentuk penghargaan, ulasan positif, atau pengaruh
yang luas di bidangnya.
3.
Kualitas dan inovasi
Capaian
karya dapat mencakup aspek kualitas dan inovasi. Karya yang mencapai tingkat
kualitas tertentu atau membawa inovasi baru biasanya memiliki capaian yang
lebih tinggi karena menandakan bahwa karya tersebut unggul dalam hal
kreativitas dan teknik.
4.
Kepuasan pencapai
Kerapkali
capaian karya juga dapat diukur dari kepuasan pencapai sendiri. Karya yang
memenuhi tujuan pribadi atau visi kreatif pembuatnya bisa dianggap telah
mencapai tujuannya, meskipun pengakuan eksternal mungkin terbatas.
Singkat
kata, “capaian karya" adalah ukuran dari efektivitas dan pengaruh karya
tersebut dalam berbagai konteks, dan bisa berbeda-beda tergantung pada jenis
karya dan kriteria yang digunakan untuk menilai dampaknya. Dengan kata lain,
capaian karya tidak hanya mengukur seberapa baik karya itu diciptakan, tetapi
juga seberapa besar dampaknya terhadap audiens dan bidang terkait.
Dalam
deskripsi ini, saya akan menggambarkan capaian karya selama periode 2008 hingga
2024. Deskripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai
pencapaian saya dalam rentang waktu tersebut. Fokusnya adalah pada pemaparan
pencapaian-pencapaian penting, tanpa memasuki analisis mendalam atau evaluasi
kritis.
Pembaca
akan menemukan narasi tentang berbagai proyek, publikasi, atau karya lain yang
telah saya hasilkan selama periode ini. Narasi ini akan mencakup informasi
tentang bagaimana karya tersebut diterima oleh publik, pengakuan yang diterima,
serta dampaknya dalam konteks masing-masing. Tujuannya adalah untuk memberi
pembaca pemahaman tentang bagaimana karya-karya tersebut berkontribusi pada
bidangnya dan apa saja pencapaian signifikan yang telah diraih.
Dalam
narasi yang berikut ini, Anda akan memperoleh wawasan tentang perjalanan dan
perkembangan karya saya dari tahun ke tahun, termasuk pencapaian yang menonjol
dan pengaruh yang telah tercipta. Ini bukanlah evaluasi menyeluruh, melainkan
sebuah gambaran umum yang memberikan konteks dan latar belakang dari capaian
yang telah dicapai selama periode tersebut.
Pembangunan
Infrastruktur di Kalimantan Barat: Fokus pada Jalur Perbatasan dan Konektivitas
Pembangunan infrastruktur di Kalimantan
Barat adalah bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat konektivitas di
wilayah perbatasan dan mendukung pertumbuhan ekonomi serta sosial. Proyek ini
melibatkan pembangunan jalan dan jembatan yang menghubungkan wilayah-wilayah
strategis dengan tujuan utama meningkatkan aksesibilitas, keamanan, dan
kesejahteraan masyarakat.
1.
Jalur-Jalur Utama yang Dibangun
- Entikong
ke Pontianak dan Kalimantan Tengah: Jalur ini menghubungkan Entikong di
perbatasan Malaysia dengan Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, serta
melanjutkan ke Kalimantan Tengah. Pembangunan jalur ini penting untuk
memperlancar akses dari perbatasan menuju pusat ekonomi dan pemerintahan.
- Pontianak ke Jagoi: Jalur ini menghubungkan
Pontianak ke Jagoi, salah satu titik Pos Lintas Batas Negara (PLBN).
Selanjutnya, jalur ini dilanjutkan ke Aruk dan Paloh di Kabupaten Sambas,
membentuk lingkar perbatasan yang sangat vital.
- Paloh ke Aruk: Jalan ini bertujuan
meningkatkan akses antara Paloh dan Aruk, pintu masuk utama ke Malaysia di sisi
barat Kalimantan.
-
Putussibau ke Badau: Jalur ini menjadi jalan negara yang menghubungkan
Putussibau dengan Badau. Badau juga akan menjadi titik PLBN baru untuk
memperkuat jalur perbatasan.
-
Badau ke Nanga Ela, Kabupaten Kapuas Hulu: Pembangunan jalan ini bertujuan
meningkatkan konektivitas antara Badau dan Nanga Ela di Kabupaten Kapuas Hulu.
-
Lingkar Perbatasan: Jalur ini mencakup rute dari Paloh ke Aruk, Aruk ke Jagoi,
dan Jagoi ke Entikong, serta melanjutkan ke Sintang dan Badau-Nanga Erak.
Lingkaran ini menciptakan jalur perbatasan yang terintegrasi untuk mobilitas
dan perdagangan yang lebih efisien.
2.
Kolaborasi dan Realisasi Proyek
Proyek
ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah, didukung oleh
berbagai pihak termasuk Cornelis, mantan Gubernur Kalimantan Barat. Pembangunan
ini juga melibatkan penyelesaian beberapa jalur, seperti Entikong ke Sintang,
Jagoi ke Sanggau, dan lainnya.
3.
Manfaat dari Pembangunan Infrastruktur
-
Ekonomi dan Pertanian: Infrastruktur yang lebih baik mempermudah transportasi
hasil pertanian dan pupuk, meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung
kegiatan ekonomi lokal.
- Kesehatan dan Pendidikan: Pembangunan jalan
dan jembatan meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan, yang
pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
- Keamanan dan Mobilisasi: Jalan yang baik
meningkatkan kemampuan mobilisasi pasukan dalam keadaan darurat dan memperbaiki
kesiapsiagaan keamanan wilayah.
-
Pelayanan Publik: Infrastruktur yang lebih baik mendukung pelayanan publik yang
lebih efektif dan efisien, termasuk di daerah-daerah terpencil dan sulit
dijangkau.
4.
Target dan Program Berkelanjutan
Proyek
ini bertujuan untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur secara menyeluruh,
termasuk pengembangan jalan di Anjungan-Jagoi dan sekitarnya. Dalam jangka
panjang, diharapkan program ini tidak hanya memperkuat konektivitas regional
tetapi juga memberikan manfaat bagi keamanan, kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi masyarakat.
5.
Perhatian terhadap Area Khusus
Camarwulan
dan Gosongneger mendapatkan perhatian dalam proyek ini. Pembangunan
infrastruktur di area-area ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan
aksesibilitas serta mendukung pengembangan regional secara keseluruhan.
6.
Program Cetak Sawah di Kalimantan Barat: Kolaborasi untuk Ketahanan
Pangan
Cetak
sawah adalah inisiatif strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan di
Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Proyek ini bertujuan mengubah
lahan-lahan yang belum tergarap menjadi sawah produktif untuk memenuhi
kebutuhan pangan regional dan nasional. Kalimantan Barat dipilih karena potensi
agrarisnya yang besar dan kebutuhan akan pengembangan pertanian yang lebih
efisien.
7.
Kerja sama antara Pihak-Pihak Terkait
-
Kodam XII Tanjungpura dan Kasdam: Kodam XII Tanjungpura bekerja sama dengan
Kasdam untuk pelaksanaan proyek ini. Dukungan militer mencakup pengawasan,
bantuan teknis, dan mobilisasi sumber daya untuk memastikan proyek berjalan
sesuai rencana.
-
Kementerian Penerangan: Bertanggung jawab untuk menyediakan informasi dan
sosialisasi mengenai proyek cetak sawah kepada masyarakat. Mereka memastikan
proyek ini mendapatkan dukungan publik dan informasi terkait disebarluaskan
secara efektif.
-
Luas dan Skala Proyek
Proyek
cetak sawah mencakup area seluas 14.000 hektar di Kalimantan Barat. Luas lahan
ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan secara signifikan,
menjadikan Kalbar sebagai salah satu lumbung pangan utama di Indonesia, dan
berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.
-
Manfaat dari Proyek Cetak Sawah
-
Peningkatan Produksi Pangan: Meningkatkan produksi padi di Kalbar untuk
mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah.
- Kesejahteraan Petani: Memberikan akses ke
lahan produktif, dukungan teknis, serta infrastruktur pertanian seperti irigasi
dan jalan akses, meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
-
Pembangunan Ekonomi Lokal: Meningkatkan produksi padi dapat merangsang ekonomi
lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan aktivitas ekonomi di sekitar daerah
pertanian.
-
Ketahanan Pangan Regional dan Nasional: Memperkuat kapasitas produksi pangan di
Kalimantan Barat untuk mendukung ketahanan pangan yang lebih baik dan
mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga pangan global.
Peran-aktif
serta pro-aktif saya dalam proyek pembangunan jalan negara Pontianak – Entikong
dan Jembatan Tayan merupakan pencapaian monumental. Jalan Pontianak – Entikong,
yang merupakan arteri utama bagi perdagangan dan transportasi di wilayah
tersebut, telah mempercepat arus barang dan orang, mempermudah akses ke layanan
penting seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini berkontribusi pada penurunan
tingkat kemiskinan dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Kalimantan Barat, menggarisbawahi dampak positif dari integrasi aspek sosial
dan ekonomi dalam kebijakan pembangunan.
Pembangunan
Jembatan Tayan juga merupakan langkah strategis dalam meningkatkan konektivitas
antarwilayah. Jembatan ini bukan hanya memfasilitasi transportasi, tetapi juga
membuka peluang ekonomi baru dan mendukung integrasi pasar lokal dengan pasar
regional. Dampak dari proyek ini mencerminkan pemikiran saya yang berpandangan
jauh ke depan, memprioritaskan pengembangan infrastruktur sebagai dasar untuk
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sumbangan
pemikiran saya bukan hanya terbatas pada pembangunan fisik. Kepedulian saya
terhadap dimensi spiritual dan sosial masyarakat terlihat jelas dalam
proyek-proyek keagamaan yang saya jalankan. Pembangunan Gereja Katedral Santo
Yosef di Pontianak, yang merupakan gereja katedral termegah dan terbesar di
Asia Tenggara, adalah contoh nyata dari pendekatan holistik saya. Dengan
merobohkan gereja lama dan membangun gereja baru yang dapat menampung hingga
3.000 jemaat, saya memperlihatkan komitmen terhadap kebutuhan rohani umat
Katolik. Desain gereja yang menggabungkan elemen Romawi, Timur Tengah, Dayak,
dan Tionghoa mencerminkan upaya untuk menciptakan ruang ibadah yang inklusif
dan harmonis, memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman. Pembangunan Gereja
Katedral ini kerap dipandang sebagai capaian dan bentuk keadilan distributif
sekaligus wujud kebebasan beragama.
Inisiatif
saya juga mencakup renovasi Masjid Agung Mujahidin, yang dilakukan pada tahun
2015. Renovasi ini meningkatkan kapasitas masjid menjadi sekitar 9.000 jemaah,
menggarisbawahi dedikasi saya dalam memastikan bahwa kebutuhan keagamaan umat
Muslim juga terpenuhi dengan baik. Dengan memperkuat infrastruktur keagamaan,
saya mendukung peran sosial dan budaya Islam di Kalimantan Barat, menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan komunitas yang vital. Masjid Agung Mujahidin juga
sering dianggap sebagai bentuk keadilan distributif dan kebebasan beragama,
menegaskan dedikasi saya untuk memastikan bahwa semua komunitas memiliki tempat
yang layak dan dihormati dalam masyarakat.
Di
sisi budaya, saya berperan penting dalam pelestarian warisan etnis Dayak.
Pembangunan Rumah Radakng, rumah panjang tradisional Suku Dayak Kanayatn, pada
tahun 2013, merupakan contoh nyata dari komitmen saya terhadap pelestarian
budaya lokal. Rumah Radakng bukan hanya berfungsi sebagai simbol kebanggaan
masyarakat Dayak tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya yang
memperkuat identitas etnis dan menarik minat pengunjung untuk memahami lebih
dalam tentang kebudayaan lokal.
Semboyan
"Kade
barani, ame gali'-gali', kae gali' ame barani-barani" yang artinya: “Jika berani jangan
takut-takut, jika takut jangan berani-berani” yang saya perkenalkan telah
membangkitkan semangat dan keberanian di kalangan masyarakat Dayak. Semboyan
ini, yang mendorong rasa kebanggaan dan keberanian, telah mengubah pandangan
masyarakat terhadap diri mereka sendiri, meningkatkan partisipasi mereka dalam
kehidupan sosial dan politik. Pendekatan ini juga mencerminkan kepedulian saya
terhadap pemberdayaan masyarakat, bukan hanya dalam aspek material tetapi juga
dalam memperkuat nilai-nilai budaya dan moral.
Melalui
berbagai sumbangan yang telah saya berikan, saya telah berhasil menunjukkan
bahwa pembangunan yang efektif dan berkelanjutan memerlukan pendekatan yang
holistik dan inklusif. Saya bukan hanya fokus pada perbaikan kondisi fisik
masyarakat, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Usaha saya mencakup berbagai aspek
kehidupan, mulai dari infrastruktur dasar hingga pemberdayaan masyarakat,
menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan.
Legasi
yang saya tinggalkan bukan hanya memberikan landasan yang kokoh bagi kemajuan
di Kalimantan Barat, tetapi juga mendukung terciptanya inklusi sosial yang
lebih luas. Ini adalah cerminan dari visi yang komprehensif serta dedikasi yang
mendalam untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih adil, menjadikan
setiap usaha dan pencapaian saya sebagai bagian integral dari upaya menciptakan
masa depan yang lebih cerah dan sejahtera bagi semua lapisan masyarakat.
Penutup
Kini
tibalah saya untuk menutup orasi ilmiah dalam forum yang terhormat ini. Apa
yang harus saya katakan?
Dalam
momen penutup ini, saya tidak akan membahas tentang saya. Sebaliknya, saya
ingin mengajak Anda merenungkan kata-kata seorang yang pernah melangkah ke luar
angkasa—Neil Armstrong. Bagi yang belum tahu, Armstrong adalah astronot Apollo
yang pertama kali mendarat di bulan. Ketika kakinya menginjak permukaan bulan,
Armstrong berkata, “This is a small step for a man, a giant leap for mankind,” yang artinya, "Ini adalah
langkah kecil bagi seorang anak manusia, tetapi lompatan raksasa bagi peradaban
umat manusia."
Kutipan
ini, sederhana namun mendalam, bukan hanya mencerminkan pencapaian teknologi
dan eksplorasi luar angkasa, tetapi juga mengandung filosofi mendalam tentang
kemajuan dan kontribusi manusia. Langkah kecil di bulan, dalam konteks
Armstrong, adalah simbol dari pencapaian individual yang mengarah pada dampak
global, memperlihatkan bahwa tindakan kecil yang dilakukan oleh individu bisa
mengubah wajah peradaban manusia.
Sebagaimana
langkah kecil Armstrong ke bulan membawa dampak monumental bagi kemanusiaan,
begitu pula karya-karya yang dipaparkan di muka tadi—hasil dari dedikasi
seorang anak manusia yang orang kenal bernama Cornelis—merupakan langkah kecil dalam
konteks personal, tetapi lompatan besar dalam sejarah dan peradaban umat
manusia. Karya-karya yang disebut sebagai “karya Cornelis” ini, meskipun tampak
seperti langkah-langkah kecil dalam proses pembangunan dan perubahan sosial,
sebenarnya mencerminkan visi besar dan dampak yang luas pula.
Pembangunan
infrastruktur, pelestarian budaya, dan upaya mendukung kebebasan beragama yang
saya lakukan bukan hanya berfungsi sebagai prestasi individual. Mereka adalah
simbol dari lompatan besar yang mewujudkan keadilan distributif dan kebebasan
beragama dalam masyarakat. Proyek-proyek ini berperan sebagai pilar yang
menghubungkan berbagai aspek kehidupan, menciptakan jembatan antara masa lalu
dan masa depan, serta antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Ketika
kita menilai pencapaian-pencapaian ini, kita harus melihat melampaui
angka-angka dan struktur fisik. Kita harus menyadari bahwa setiap langkah yang
tampaknya kecil, setiap proyek yang tampaknya sederhana, sebenarnya adalah
bagian dari sebuah narasi besar yang berkontribusi pada kemajuan kolektif umat
manusia. Setiap karya ini adalah bagian dari perjalanan panjang menuju
masyarakat yang lebih adil, lebih inklusif, dan lebih harmonis.
Dengan
demikian, saat saya menutup orasi ilmiah ini, saya ingin menekankan bahwa
pencapaian-pencapaian ini adalah hasil dari usaha yang tak terhitung dan
dedikasi yang mendalam. Yang disebut sebagai “karya saya” adalah cerminan dari
upaya kolektif untuk mencapai sesuatu yang lebih besar daripada diri kita
sendiri. Sebagaimana langkah Armstrong di bulan melambangkan pencapaian
kolektif umat manusia, begitu pula karya-karya ini melambangkan lompatan besar
dalam perjalanan peradaban kita.
Sekian
dan terima kasih!