Patricia anak Ganing Narasumber Seminar Dies Natalis IV ITKK Sekadau
Gaya serta ciri khas Patricia membawa materi: atraktif dan komunikatif. |
SanggauNews: Peresmian Gedung Baru Rektorat Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau pada 5-6 Agustus 2024 ditandai oleh kajian akademik dalam seminar yang sangat mengesankan.
Dr. Patricia anak Ganing, seorang ahli terkemuka dalam studi Iban dan Dayak, memukau lebih dari 150 peserta dengan presentasi yang mendalam dan inspiratif tentang "Spirit dan Nilai Keling Kumang untuk Masa Kini."
Seminar ini menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk anggota dan aktivis Gerakan CU Keling Kumang dari berbagai wilayah pelayanan di Kalimantan Barat, guru, dosen, orang tua, pejabat pemerintah setempat, serta mahasiswa Institut Teknologi Keling Kumang.
Menarik dan interaktif
Dengan suasana yang hangat dan penuh antusiasme, seminar ini menawarkan kesempatan langka untuk mengeksplorasi nilai-nilai budaya yang mendalam dalam konteks zaman modern.
Dr. Patricia memulai presentasinya dengan memperkenalkan sistem kepercayaan tradisional "Pengarap Asal," yang membagi realitas menjadi tiga dimensi utama: Langit, Menua, dan Sebayan.
Langit meliputi alam Tuhan, dewa-dewi, dan roh, menyoroti kekuatan spiritual dan entitas supernatural yang dihormati dalam budaya Iban dan Dayak.
Menua merujuk pada dunia manusia dan interaksinya dengan kekuatan spiritual ini, menggambarkan bagaimana dimensi spiritual mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Sementara Sebayan mencakup roh nenek moyang dan roh yang telah meninggal, menekankan bagaimana hubungan dengan leluhur tetap relevan dalam konteks kehidupan saat ini.
Spirit Keling Kumang bagi masa kini
Dalam paparan berdurasi 30 menit yang penuh semangat, Dr. Patricia menyimpulkan dengan tiga poin penting yang menggarisbawahi relevansi Spirit Keling Kumang.
Pertama, ia menekankan bahwa Spirit Keling Kumang adalah warisan budaya yang sangat berharga dan harus dilestarikan. Warisan ini merupakan bagian integral dari identitas budaya yang kaya dan bersejarah, yang jika tidak dijaga, bisa menghilang ditelan zaman.
Kedua, Patricia menyoroti bahwa nilai-nilai Keling Kumang memainkan peran penting dalam membina rasa kebanggaan dan jati diri, terutama di kalangan generasi muda.
Nilai-nilai ini membantu membangun identitas budaya yang kuat, yang sangat penting di tengah tantangan globalisasi dan perubahan zaman. T
Ketiga, Patricia mengingatkan bahwa meskipun dunia terus berubah, masyarakat Iban harus tetap mempertahankan jati diri mereka dengan menjaga tradisi sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Sesi tanya-jawab yang diadakan setelah presentasi berlangsung dengan penuh gairah. Peserta seminar terlibat dalam diskusi yang mendalam mengenai nilai-nilai Keling dan Kumang, menjelaskan bagaimana nilai-nilai ini bukan hanya merupakan core values (nilai inti) bagi masyarakat Iban dan Dayak, tetapi juga memiliki relevansi universal yang dapat diterapkan oleh manusia secara umum.
Diikuti saksama tuai rumah Sungai Utik, Apai Janggut
Diskusi ini membuka kesempatan bagi semua pihak untuk mengeksplorasi lebih dalam dan membahas bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern.
Apai Janggut (berjanggut) mengikuti dan menyimak paparan Patricia dengan saksama. |
Atmosfer seminar yang penuh semangat dan keterlibatan peserta mencerminkan keberhasilan acara ini dalam menghidupkan kembali dan merayakan warisan budaya yang berharga.
Dr. Patricia anak Ganing, dengan gaya komunikatif dan penuh gairah, tidak hanya menyampaikan informasi yang mendalam tetapi juga menginspirasi semua yang hadir untuk lebih menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya mereka.
Peresmian gedung baru ITKK ini, yang diwarnai dengan seminar yang mendalam dan bermanfaat, berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang pentingnya menjaga dan merayakan warisan budaya di tengah era modern yang terus berkembang.
Melalui paparan Patricia, peserta mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Keling Kumang, dan semangat untuk melestarikan warisan budaya ini semakin kuat, menyiapkan dasar yang kokoh untuk masa depan yang penuh tantangan.
Hal yang menjadi pusat perhatian pada sesi paparan Patricia adalah kehadiran dan perhatian yang diberikan oleh tokoh masyarakat setempat, yaitu tuai rumah Sungai Utik, Apai Janggut.
Selama paparan, Apai Janggut tampak sangat fokus dan saksama dalam mengikuti setiap detail yang disampaikan Patricia. Raut wajahnya menunjukkan ketertarikan mendalam, dan sesekali ia mengangguk sebagai tanda persetujuan atau pemahaman terhadap informasi yang disampaikan.
Bandi anak Ragae, pemilik pesaling Apai Janggut, juga menunjukkan perhatian yang sama. Ia tetap diam dan duduk tegak, menyimak dengan seksama setiap poin yang dibahas Patricia.
Ekspresi wajahnya seringkali berubah menjadi senyum yang tulus, menunjukkan bahwa ia merasa puas dan terhubung dengan materi yang disampaikan.
Keberadaan dan respons tokoh ini menambah nilai pada sesi paparan Patricia. Sedemikian rupa, sehingga menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan keterhubungan antara penyampai materi dan audiens.
Siapa Patricia anak Ganing
Bagi mereka yang belum familiar, Patricia, anak Ganing, merupakan seorang akademisi terkemuka di bidang bahasa dan komunikasi.
Saat ini, Patricia menjabat sebagai dosen di Fakulti Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris. Keahlian dan minatnya terfokus pada penelitian dan penulisan kajian yang mendalam mengenai Keling dan Kumang, serta adat budaya suku bangsa Iban.
Patricia telah mengabdikan dirinya untuk menggali dan mendokumentasikan aspek-aspek penting dari warisan budaya Iban, termasuk mitos, tradisi, dan praktik-praktik adat yang telah diwariskan turun-temurun.
Karya-karyanya seringkali mencerminkan upaya untuk menjaga dan memelihara kekayaan budaya yang unik ini dalam konteks akademis.
Salah satu kontribusi terbaru Patricia yang patut diperhatikan adalah proyek terjemahannya. Dari Mei hingga Juli 2024, Patricia terlibat dalam menerjemahkan sebuah noveo-sejarah yang ditulis oleh Masri Sareb Putra, berjudul Keling Kumang.
Terjemahan ini dilakukan ke dalam bahasa Iban baku, yang merupakan salah satu langkah penting dalam menjembatani kesenjangan bahasa dan memperkenalkan karya tersebut kepada pembaca Iban yang lebih luas.
Melalui terjemahan ini, Patricia tidak hanya berkontribusi pada pelestarian bahasa Iban, tetapi juga berupaya untuk mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan budaya Iban di kalangan generasi muda dan pembaca internasional.
Penerbitan buku terjemahan ini satu dari 60 buku yang mendapatkan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dengan nomor 118/xx/R.MURI/VIII/2024. Dengan deskripsi: Peluncuran Buku Ber-ISBN terbanyak oleh Institut yang Dikelola Masyarakat Adat.
Surat Keputusan, medali, dan sertifikat MURI diserahkan langsung Jusuf Ngadri, dari MURI kepada Dr. Stefanus Masiun, Rektor ITKK.
-- Rangkaya Bada