Muara Sungai Sekayam : Pesona Panorama serta Legenda Sejarahnya
Penampakan pesona dan legenda muara Sungai Sekayam, Sanggau. |
SanggauNews: Muara Sungai Sekayam hari ini menyuguhkan pemandangan yang memesona, terletak di pangkal "gertak gantung" di mana aliran Sungai Sekayam bertemu dengan batas kota Sanggau sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sekadau.
Dari ketinggian, gambar ini memperlihatkan harmoni antara aliran sungai yang tenang dan hutan tropis yang lebat. Namun, di balik keindahan alamnya, muara ini menyimpan kisah-kisah bersejarah dan mitos yang memperkaya maknanya.
Tenggelamnya kapal kompeni Hindia Belanda
Pada masa lampau, muara Sungai Sekayam merupakan titik krusial dalam migrasi suku Iban. Mereka memulai perjalanan dari sungai Entabai, melanjutkan ke hulu Sungai Kapuas melalui Sungai Sekayam.
Menurut cerita Tawi Ballai (1967), perjalanan ini membawa rombongan Iban yang harus menghadapi berbagai tantangan.
Sebagian dari mereka berangkat dari muara Sungai Sekayam dengan tujuan untuk menjelajah lebih jauh.
Sayangnya, beberapa kelompok tersesat karena kecuai, atau tanda arah yang tidak akurat, dan terpecah. Ada yang melanjutkan perjalanan ke Ketungau Tesaek, sementara yang lainnya menuju Sungai Ketungau di Sintang. Kisah ini mencerminkan kekuatan dan ketelitian navigasi suku Iban dalam menghadapi tantangan geografis yang kompleks.
Muara Sungai Sekayam juga memiliki sejarah kelam. Pada era Kompeni Hindia Belanda, sebuah kapal mengalami nasib tragis di muara ini.
Kapal tersebut tenggelam, dan cerita tentang kapal yang hilang dan roh-roh yang mungkin berkeliaran di sekitar muara tetap menjadi bagian dari folklore setempat. Peristiwa ini menambah aura misterius pada muara ini, menjadikannya sebagai tempat yang kaya dengan kisah-kisah yang menunggu untuk diungkap lebih lanjut.
Daranante mencari Babai Cinga melalui muara Sekayam ini
Di samping cerita sejarah dan tragedi, legenda Daranante menambah warna pada muara ini. Dikisahkan bahwa Daranante mengalami kehamilan ajaib setelah makan mentimun yang mengalir dari Sungai Sekayam ke Kapuas.
Dalam pencariannya untuk menemukan ayah jabang bayinya, Daranante melakukan perjalanan ke hulu Sungai Sekayam dan akhirnya bertemu dengan Babai Cinga di Tampun Juah. Legenda ini mencerminkan hubungan spiritual dan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan alam dan mitos yang mengelilinginya.
Pembaca dapat mengikuti bagaimana Daranante "hamil secara ajaib", usai mandi, dan makan buat mentimun dari bibit Babai Cinga yang mengalir dari sungai Sekayam ini dalam Lontaan (1975, halaman 170 - 171).
Muara Sungai Sekayam adalah lebih dari sekadar lokasi geografis. Ia pusat dari kisah-kisah yang membentuk identitas dan sejarah masyarakat di sekelilingnya.
Dengan berbagai mitos, legenda, dan cerita yang melingkupinya, muara ini menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang mendalam, menjadikannya sebagai tempat yang mempesona dan penuh makna.
-- Masri Sareb Putra