Patung Kelempiau


SanggauNews: Seekor kelempiau. Duduk di atas sebatang tunggul. Tampak amat sangat masygul.

Jemarinya yang lentik memetik sape. Bunyi nada alat musik tradisional Dayak yang dipetiknya adalah: nada ratapan. Pilu. Menyayat hati nada bunyi sape yang diperdengarkannya. Tak ubahnya nada bunyi Requiem.

Itulah pemandangan yang mencolok mata. Manakala Anda menginjakkan kaki pertama hendak masuk pintu gerbang Taman Kelempiau. Suatu konservasi alami dalam kawasan Keling Kumang Forest, yang berada di Tapang Sambas, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.

Di tengah hamparan pesona alam Tapang Sambas, Sekadau. Berdiri depan gerbang, pintu masuk taman sebuah karya seni monumental yang dikenal sebagai Patung Kelempiau. 

Patung ini bukan hanya sebuah objek artistik, tetapi juga merupakan simbol penting dari budaya lokal serta keberadaan spesies hewan yang hampir punah.

Kelempiau, yang dalam bahasa lokal menggambarkan hewan dengan suara nyaring dan getaran yang menggema, kini dihadapkan ancaman kepunahan. Patung ini mengingatkan kita akan keanekaragaman hayati yang terancam serta pentingnya upaya konservasi untuk melindungi warisan alam dan budaya ini.

Seekor kelempiau di Taman Kelempiau masih membunyikan suara. Menggema nyaring. Seakan mengucapkan salam selamat datang kepada setiap tamu. Di seberang sungai buatan, di atas pepohonan rindang. Joji, nama kelempau itu, siap naik turun pohon. Beralih ke ranting satu ke ranting yang lain.

Tinggal patung

Menurut Munaldus, salah seorang penggagas sekaligus pendiri Keling Kumang Forest. Kawasan konservasi Taman Kelempiau adalah upaya perlindungan terhadap warisan leluhur. "Warga pernah berencana menjualnya ke perusahaan sawit. Namun, ada yang memberitahu kami (Keling Kumang) agar kami yang mendapatkannya," terang nama pena Liu Ban Fo.

Oleh sebab dahulu kata, semasa masih belum banyak manusia, kawasan hutan Tapang Sambas ini banyak kelempiau, maka dinamakan demikian. 

Ketika kini kelempiau kian langka maka makna terdalam dari simbol depan pintu gerbang Taman Kelempiau berdiri patung: tinggal patung.

Ya, patung. Tinggal patung. Itu jika tak ada upaya khusus mengkonservasikan hewan yang mengandalkan tangan panjanganya utnuk berpindah dari pohon satu ke pohon lain. 

Patung Kelempiau di Taman Kelempiau adalah representasi dari hewan yang pernah menjadi bagian integral dari ekosistem lokal. 

Hewan ini dalam bahasa ilmiah (Latin) adalah hylobates abbotti. Dikenal karena suara dan vibrasinya yang khas, yang sering kali terdengar menggelegar di seluruh area hutan. 

Vibrasi suara yang nyaring dan getaran yang dihasilkannya memiliki makna mendalam dalam budaya lokal, melambangkan kekuatan dan keberanian. 

Patung kelempiau ini bukan hanya sebuah penghormatan terhadap hewan tersebut, tetapi juga sebuah pengingat akan keberadaan dan peran pentingnya dalam ekosistem.

Namun, seiring waktu, hewan ini mulai mengalami penurunan jumlah secara signifikan. Kehilangan habitat dan perburuan liar telah menyebabkan populasi mereka menurun drastis. Patung ini berdiri sebagai simbol peringatan dan pengingat akan pentingnya pelestarian spesies ini agar generasi mendatang juga dapat merasakan kehadiran mereka di alam liar.

 Di Tapang Sambas, Sekadau, Kalimantan Barat. Populasi hewan kelempiau kini hanya tersisa satu atau dua individu saja. 

Situasi ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman terhadap keberadaan mereka. Jika tidak ada tindakan konservasi yang cepat dan efektif, kemungkinan besar spesies ini akan punah dalam waktu dekat. Keberadaan patung ini semakin penting sebagai pengingat visual dari urgensi situasi ini.

Gerakan CU Keling Kumang dan Upaya Konservasi

Dalam menghadapi krisis ini, Gerakan CU Keling Kumang muncul sebagai pahlawan pelestarian. Gerakan ini, yang didedikasikan untuk konservasi lingkungan dan budaya lokal, mengambil peran penting dalam upaya melestarikan hewan Kelempiau dan habitatnya. Mereka menyadari bahwa pelestarian tidak hanya membutuhkan tindakan langsung terhadap hewan tersebut, tetapi juga melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian.

Gerakan CU Keling Kumang bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal, untuk menyusun dan melaksanakan rencana konservasi yang komprehensif. 

Upaya konservasi ini mencakup perlindungan habitat alami, pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian, serta pengawasan terhadap aktivitas yang dapat membahayakan spesies ini.

Pendidikan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dari Gerakan CU Keling Kumang. Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi Kelempiau dan habitatnya, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam konservasi. 

Program-program pendidikan ini sering kali melibatkan kegiatan seperti lokakarya, seminar, dan kampanye penyuluhan yang menekankan pada nilai-nilai konservasi dan keberagaman hayati.

 Patung Kelempiau di Taman Kelempiau, Tapang Sambas, bukan hanya sebuah karya seni monumental tetapi juga sebuah simbol vital dari warisan budaya dan alam yang terancam.

Dengan bantuan dari Gerakan CU Keling Kumang, upaya konservasi dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan. Patung ini mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan keberagaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem untuk generasi mendatang.

Diresmikan Rupinus

Gerakan Keling Kumang telah menunjukkan dedikasinya yang luar biasa terhadap pelestarian lingkungan melalui konservasi alam di Tapang Sambas. 

Upaya Gerakan CU Keling Kumang bukan hanya melibatkan penanaman pohon dan perlindungan spesies, tetapi juga pendidikan masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem lokal. 

Salah satu pencapaian terbesar dari gerakan ini adalah peresmian Taman Kelempiau Keling Kumang oleh Bupati Sekadau, Rupinus, pada Sabtu, 14 Desember 2019.

Taman Kelempiau Keling Kumang merupakan sebuah oasis hijau yang dirancang untuk melindungi dan merawat spesies lokal, khususnya kelempiau, yang merupakan salah satu flora khas daerah tersebut. 

Nama taman ini diambil dari nama gerakan konservasi yang telah aktif dalam perlindungan lingkungan. Sebagai bentuk penghargaan atas upaya dan dedikasi aktivis dan anggota.

Prasastinya tertancap abadi di muka patung kelempiau yang tertancap dengan tanda tangannya di atas tanah. Seakan mengingatkan bahwa kelempiau saja dijaga dan dipiara Gerakan CU Keling Kumang. Apalagi manusia!

-- Rangkaya Bada


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url