Dodol Cempedak Sekadau

 

Cara membuat dodol cempedak Sekadau: alami tradisional dari kayu api.

Di wilayah Kalimantan Barat, seperti Sekadau, Sanggau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu, masing-masing kabupaten memiliki keunggulan lokal dalam produknya. 

Meskipun demikian, kolaborasi antar kabupaten menjadi kunci untuk memperkuat potensi ekonomi dan mendukung pertumbuhan bersama.

Keunikan topografi dan demografi yang relatif serupa di antara kabupaten-kabupaten ini menciptakan landasan yang baik untuk saling melengkapi. 

Konektivitas dan kerja sama menjadi elemen penting dalam mengoptimalkan daya saing produk lokal. Infrastruktur yang baik, seperti jaringan transportasi yang efisien, memungkinkan distribusi produk yang lancar antar kabupaten.

Pentingnya kerjasama regional mendorong pertukaran pengetahuan dan teknologi antar kabupaten.Sedemikian rupa sehingga, potensi pertanian, pertambangan, atau sektor lainnya dapat ditingkatkan secara bersama-sama. 

Dengan sinergi positif ini, setiap kabupaten dapat memaksimalkan keunggulan lokalnya sambil tetap mengakui kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh kabupaten tetangga.

Kesamaan karakteristik dan tantangan di antara kabupaten-kabupaten tersebut menciptakan peluang untuk berbagi sumber daya alam, pengalaman, dan tenaga kerja. 

Melalui kolaborasi ini, wilayah Kalimantan Barat dapat membangun fondasi yang kokoh untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, memberikan manfaat bagi masyarakat dan memperkuat integrasi ekonomi di tingkat regional.

Pentingnya konektivitas antar-kabupaten

Kabupaten Landak dan Sekadau terletak di wilayah geografis yang menarik. Adapun Kabupaten Sanggau berada di antara keduanya, menciptakan hubungan penting dalam konteks transportasi. 

Jarak antara Kabupaten Landak dan Sekadau sekitar 194 kilometer, dan perjalanan dengan mobil diperkirakan memakan waktu sekitar 2 hingga 2,5 jam.

Wilayah ini mencerminkan keterkaitan yang erat antara berbagai kabupaten, yang tidak hanya memiliki dampak pada konektivitas transportasi tetapi juga memberikan gambaran tentang dinamika sosial dan ekonomi di sekitarnya. 

Perjalanan yang relatif singkat ini menunjukkan pentingnya infrastruktur transportasi yang efisien dan dapat diandalkan dalam memfasilitasi interaksi antar wilayah.

Dengan mengoptimalkan rute transportasi dan infrastruktur yang ada, wilayah ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertukaran budaya antara Kabupaten Landak, Kabupaten Sekadau, dan Kabupaten Sanggau. 

Kemajuan dalam konektivitas ini juga dapat memperkuat kerjasama antara berbagai sektor, membantu meningkatkan aksesibilitas, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan di wilayah tersebut.

Dengan konektivitas, suatu wilayah terhubung dengan wilayah lain. Jadinya, saling support dan melengkapi. 

Dalam konteks kuliner, sebagai produk keunggulan suatu daerah seperti dodol cempedak di Sekadau, wilayah lai di sekitarnya pun bisa turut menikmati.

Dodol cempedak

Dodol Cempedak Sekadau. Jangan-jangan, Anda baru pertama kali ini mendengarnya. Maka lalu bertanya-tanya, "Adakah? Jika ada, di mana gerangan orang mengolah dan menjadikannya oleh-oleh khas bumi Lawang Kuwari?"

Pagi itu di bulan Juli. Musim buah raya. Sekadau sebagai taman buah yang melimpah. Apa saja ada. Karenanya, cempedak bukanlah pilihan. Melimpah ruah. Tak termakan. Maka menginspirasi orang-orang, para penduduk yang bermukim di tepian Sungai Sekadau, mengolah cempedak yang banyak itu menjadi makanan yang tahan lama.

Sang surya sepeninggi popon kelapa. Ketika saya diantar oleh Joni dari penginapan di Jalan Keling Kumang, Sekadau mencapai tempat ini. 

Adalah menjadi kebiasaan. Semenjak turut mendirikan Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) pada 2017, yayasan menyimpan saya di sebuah ruangan yang ukurannya cukup besar. Di lantai III. Berpendingin. View-nya bisa memandang ke penjuru mata angin mana saja. Sejauh mata memandang, kota Sekadau bagai hamparan permadani. Gedung dan perkantoran pemerintah terlihat hanya sebesar korek api.


Proses bikin dodol cempedak di kota Sekadau.

Angin mengembus dingin ketika itu. Meriapkan bunga-bunga. Menggoyang perlahan ujung rerumputan di halaman asrama Kumang. Sesekali terdengar dentang lonceng. Suster, pengasuh asrama Kumang, bergegas keluar ruangan. Mengintai dari kejauhan siapa yang datang dan pergi.

Joni memacu motornya dengan perlahan. Dari Yayasan, kami memilih menyusuri Jalan Keling Kumang yang memotong kota, langsung ke arah Penanjung. Sebab di situlah posisi lokus yang dicari. Penduduk membuat dodol cempedak.

Tiba di mulut Jembatan Penanjung yang lama  yang oleh penduduk disebut "Gertak Penanjung". Joni membelokkan motornya ke arah kiri. Kami sempat masuk kolong jembatan sebentar, sekadar mengintip situasi.

Jaridin, sang pengrajin dodol cempedak

Dari kejauhan tampak orang sedang mandi di jamban. Suatu pemandian terapung, terintegrasi dengan WC alami, yang semua buangan kita jatuh air ke sungai. Tapi penduduk telah biasa mandi. MCK di sana sudah lumrah. Namun, tidak bagi tamu asing. Itu pemandangan yang langka!

Kami lalu menyeberang sungai Sekadau. Penulis sengaja berjalan kaki melewati jembatan lama ini. Sungguh pemandangan yang eksotis. Bisa menikmati orang berperahu sedang lalu. Lalu bisa menyaksikan orang menjala ikan dan memasang pukat.

Tapi yang paling mengesankan adalah bertemu langsung dengan para pengrajin tradisional. Mereka Senganan yang telah turun temurun hidup dan menetap di tepi Sungai Sekadau ini.

Saya dipersilahkan naik ke rumah. Tentu memperkenalkan diri  terlebih dahulu. Baru ngobrol ngalor ngidul.

Buah cempedak Sekadau yang menggoda selera. 

Jika musim buah raya, buah cempedak di Sekadau disepak-sepak saja. Maksudnya, tidak dianggap sebagai buah utama. Tinggal busuk begitu saja, jatuh di tanah, di bawah pepohonannya. Nyaris tak ada yang mengambil. Tapi kini, setelah mafhum bisa dijadikan dodol dan mahal pula harganya, cempedak jadi buah yang berharga. 

Cara bikin dodol cempedak itu begini: tradisional, tapi ini yang bikin khas itu.

Jadi mafhumlah saya mengenai kuliner khas Senganan Sekadau ini: Dodol Cempedak.

"Hanya untuk konsumsi terbatas. Asli. Hanya dicampur sedikit gula merah untuk penyedap rasa Dicampur sedikit tepung agar solid," kata Jaridin. Ditemani Nurbani, sang istri.

Jiika sudah halus, maka sudah jadi. "Ini baru. Kami yang mulai mengerjakannya." imbuh lelaki mulai memasuki usia senja yang ugahari ini.

Ditemani Nurbani

Ditemani istri dan cucu-cucunya, saya menikmati suguhan kuliner yang khas ini. Terbatas sekali pemasarannya. 

Hanya untuk keluarga dekat. Kadang dikirim ke Jakarta, ke sanak keluarga, sebagai oleh-oleh. Namun, kadang dijual juga hingga ke Sintang.

Cukup elegan jadi sahabat ngopi/ nyeruput teh.
Cara membuatnya ala tradisional. Buah cempedak, dikupas. Dipisahkan daging dengan bijinya. 

Lalu secara higienis, daging cempedak dimasukkan ke dalam tempatnya, yakni kuali besar. Harus rajin dan sering diaduk, agar panasnya merata. 

Setelah cukup kering, baru diangkat. Manakala sudah dingin, baru dibungkus rapi dengan menggunakan daun khas, yakni "perupuk", semacam pandan hutan yang banyak tumbuh di tepi sungai Sekadau.

Seperti apa gerangan citarasanya?

Ya, rasa cempedak jugalah. Orang bahan utamnya cempedak. (Masri Sareb Putra)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url