Ulat Kelatang: Santapan Lezat nan Eksotik di Bumi Krayan, Kalimantan Utara
Ulat kelatang yang masih berada di dalam batang kayu. Ilustrasi: Arbain Rambey. |
Salah satu dari ribuan "modal alam di bumi Krayan" adalah "ulat kelatang". Ulat kelatang ini bersih, hanya hidup dan tinggal di batang kayu tertentu saja. Cara mengambilnya dengan menebang dan memotong kayu itu; lalu mengambil ulat kelatang yang bersarang di dalamnya.
Kelatang: Kekayaan sumber daya alam Krayan
Di pedalaman hutan Kalimantan Utara, khususnya Krayan, terdapat misteri yang mengelilingi sebuah makhluk kecil bernama kelatang.
Kelatang, sejenis binatang yang mirip dengan ulat namun tanpa bulu, menjadi buah bibir di antara suku Dayak. Yang membuatnya benar-benar menonjol adalah fakta bahwa binatang ini memiliki dua kantung empedu, sebuah keunikan yang jarang terjadi di alam.
Meski terlihat aneh bagi banyak orang, suku Dayak Lundayeh yang hidup dan tinggal di bumi Krayan menganggap kelatang sebagai harta karun kuliner. Penduduk Krayan memanfaatkan kelatang sebagai bahan makanan yang memberikan cita rasa khas yang tidak dapat ditemukan pada jenis sayuran atau binatang lainnya.
Pada waktu dimasak dengan cara yang unik, kelatang menghadirkan perpaduan citarasa yang unik, memikat lidah siapa pun yang mencicipinya.
Proses pengolahan kelatang
Proses pengolahan kelatang dimulai dengan pemilihan kelatang yang berkualitas tinggi. Suku Dayak memiliki cara khusus untuk menangkap dan menyiapkan kelatang, yang melibatkan tradisi turun-temurun dan pengetahuan mendalam tentang habitat hutan. Kelatang kemudian dibersihkan dan dimasak dengan bumbu-bumbu alami yang ditemukan di hutan Kalimantan, menciptakan hidangan yang tidak hanya lezat tetapi juga sarat akan nilai budaya dan sejarah.
Kelatang yang telah diolah, sedemikian rupa, membawa selera petualangan yang mengangkat keajaiban alam hutan Kalimantan Utara.
Ulat kelatang jadi kuliner bergizi dan lewat di Krayan. Foto: Melvari. |
Rasa khas kelatang yang sedikit manis dan gurih, dengan sentuhan kelezatan yang tidak biasa, membuatnya menjadi favorit di kalangan masyarakat Dayak dan para petualang kuliner yang berani mencoba sesuatu yang baru.
Bagi suku Dayak, kelatang bukan hanya sekedar makanan, melainkan simbol dari kekayaan alam dan keanekaragaman hayati hutan Kalimantan, serta warisan budaya yang patut dijaga dan dihormati.
Setiap hidangan kelatang, suku Dayak tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga sebuah cerita tentang hubungan harmonis mereka dengan alam. Ini adalah cerita tentang bagaimana manusia dan alam dapat hidup berdampingan, saling mendukung dan melestarikan satu sama lain.
Kelatang, dengan segala keunikan dan rasanya, menjadi saksi bisu dari hubungan tersebut, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat keanekaragaman hayati yang ada di bumi.
-- Rangkaya Bada