Batu Yupa dan Kudungga: Bukti Dayak Telah Ada di Sini dan di Tempat Ini (Borneo) Sejak Zaman Semula Jadi
Penulis di latar duplikat Batu Yupa, sebab aslinya disimpan di Museum Nasional, Jakarta. |
SANGGAU NEWS : Borneo boleh bangga punya catatan tertulis pada akhir abad ke-4 sebagai tinggalan sejarah literasi. Yakni Batu Yupa yang menyejarahkan tentang asal usul dan siapa dirnya?
Terdapat banyak batu dan logam bertulis sebagai sumber sejarah kuno Nusantara. Namun, jumlahnya tidak mencukupi untuk menjelaskan sepenuhnya hubungan antara masyarakat dan negara.
Hingga pada tahun 1965, diperkirakan terdapat sekitar 3.000 keping batu atau logam bertulis yang disimpan oleh Dinas Purbakala dan Peninggalan Nasional, Departemen P dan K (kini Pusat Penelitian Arkeologi Nasional-Puslit Arkenas).
Manfaat batu dan logam bertulis
Namun, sebagian besar sumber tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya karena belum diabadikan, diinterpretasikan, atau dipublikasikan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh L. Ch. Damais, dari total 290 sumber tertulis yang dianggap penting sebagai sumber sejarah, hanya sekitar 81 (28 persen) yang telah disalin ke dalam huruf Latin, diterjemahkan, dianalisis, dan dipublikasikan; 134 (46 persen) telah disalin dan dipublikasikan; sementara 75 (26 persen) telah disalin namun belum dipublikasikan.
Terdapat tambahan informasi menarik mengenai sumber tertulis tertua yang berkaitan dengan Nusantara. Diduga bahwa sumber tertulis paling tua mengenai Nusantara berasal dari catatan dinasti Han, Cina, sekitar tahun 1-6M.
Catatan tersebut mencatat permintaan Wang Mang, kaisar dinasti Han di Cina, kepada penduduk Huang-ze untuk menyediakan seekor badak sebagai upeti.
Huang-ze diyakini merupakan sebutan untuk Aceh, sebuah negeri yang dalam catatan tersebut disebut hidup sebagai bajak laut dan pedagang batu mulia.
Informasi ini dapat ditemukan dalam karya N.J. Krom, De Hindoe-Javaansche Tijd, yang termuat dalam F.W. Stapel (ed.), Geschiedenis van Nederlandsch Indie (Amsterdam: Joost van den Vondel, 1938. Vol. I), halaman 120.
Yupa sebagai tonggak
Fakta sejarah menarik adalah terdapat juga sumber tertulis yang berasal dari Nusantara sendiri, yang berasal dari sekitar tahun 400 Masehi, berupa empat batu bertulis (batu persembahan) atau prasasti.
Keempat prasasti tersebut ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Muara Kaman, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan pada prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan dalam bahasa Sansekerta. Salah satu contoh prasasti tersebut menyatakan:
srimathi sri-narendra asya; kundungasya
mahatmanah; putro svavarmmo vikhyatah;
vansakartta yathansuman; tasya putra
mahatmanah; trayas traya ivagnayah; tesan
trayanam pravarah; tapo-bala-damanvitah;
sri mulavarmma rajendro; yastva
bahusuvarnnakam; tasya yajnasya yupo
‘yam; dvijendrais samprakalpitah.
Parakitri (1995: 369) menerjemahkan teks dari inskripsi huruf Pallawa ini sebagai berikut:
"Pangeran yang terkemuka Kundungga memiliki seorang anak yang terkenal bernama Aswawarman, sang pendiri wangsa. Salah satu dari putra Aswawarman yang paling luar biasa adalah Raja Moelawarman, yang telah menyumbangkan banyak emas. Sebagai penghormatan atas jasanya, batu persembahan ini didirikan oleh para pemuka yang dilahirkan dua kali."
IKN : Panggilan dan takdir sejarah
Informasi dari Inskripsi ini memberikan gambaran tentang sumber-sumber tertulis yang mengungkap sejarah dan kebudayaan kuno Nusantara.
Fakta sejarah ini menegaskan bahwa suku bangsa Dayak telah literat sejak zaman dahulu kala. Bahwa tanah Dayak yang diwariskan Kudungga di jantung Ibu Kota Nusantara (IKN) ini adalah dinamika, proses, serta panggilan menjadi pusat peradaban Indonesia dan dunia.
-- Masri Sareb Putra