Senamo' : Cara Dayak Lengilo Mengawetkan Daging
Penampakan senamo', salah satu kuliner ekstrem orang Dayak. Foto: Apri STP |
SANGGAU NEWS : Pada zaman dahulu kala. Di kalangan suku Dayak Lengilo' yang hidup di sepanjang Sungai Krayan, Kalimantan Utara. ada kebiasaan untuk mengawetkan daging hasil buruan agar dapat bertahan lama sebagai konsumsi bagi keluarga.
Belum ada kulkas pada masa itu. Sedemikian rupa, sehingga manusia Dayak menunjukkan kreativitas mereka dalam mencari cara untuk mengawetkan daging agar tidak busuk dan tetap dapat dikonsumsi.
Salah satu cara yang ditemukan adalah dengan memfermentasikannya. Daging yang diawetkan dengan mencampurnya dengan nasi sebagai bahan pengawet itu oleh Dayak Lengilo di Krayan disebut: Senamo'.
Proses pengawetan
Proses pengawetan ini dilakukan dengan memasukkan daging dan lemak babi hutan ke dalam bambu yang disebut TELO', kemudian ditutup rapat dengan daun. Setelah waktu yang cukup, sekitar satu bulan, SENAMO' yang tersimpan di dalam TELO' tersebut dapat dibuka dan dimasak untuk dinikmati oleh keluarga, dengan rasa asam yang lezat.
Senamo' adalah daging yang difermentasikan ala Dayak. Jadi, keliru besar menyebutnya sebagai "daging yang dibusukkan". Tujuan dan proses fermentasi dan dibusukkan, sangat berbeda!
Senamo' menjadi bukti kecakapan dan ketangguhan budaya Dayak dalam menciptakan solusi untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Kuliner menunjukkan sukubangsa
Kuliner yang sama menunjukkan kesamaan adat dan budaya. Namun, namanya berbeda-beda di setiap tempat di kalangan suku bangsa Dayak, namun subjek atau hal yang dimaksudkan, sama saja.
Senamo' di kalangan Dayak Lengilo di Kalimantan Barat disebut pekasam. Sedangkan Dayak di Kalimantan Tengah menyebutnya: wadik. Adapun orang Jangkang dari rumpun suku Bidayuh menamakannya sebagai: jikot.
Meskipun namanya berbeda, proses dan tujuan pengawetan daging ala orang dayak tetap sama. Yakni menggambarkan kesamaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
- Tirusel STP