Damianus Siyok: Satu dari Segelintir "Dayak Menulis dari Dalam"
Damianus Siyok. Satu dari segelintir penulis Dayak yang dengan tekun meneliti sumber-sumber primer. Berkutat dengan footnotes. Mencatat dengan saksama. Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ia menjadi punya wawasan sejarah tentang Dayak dan Kedayakan.
Apalagi Siyok adalah seorang penerbit. Yang publikasinya fokus pada konten keDAYAKan, yakni PT Sinar Bagawan Khatulistiwa. Tentu, sebelum orang lain membaca, ia terlebih dahulu membaca suatu naskah, yang akan diterbitkan. Apalagi jika di sendiri penulis.
Jawaban atas Pertemuan Tumbang Anoi
seperti buku ini. Yang memberi jawaban atas pertanyaan mengenai alasan diselenggarakannya Pertemuan Tumbang Anoi (TA) pada tahun 1894.
Pertemuan TA berhasil menyusun Hukum Adat Dayak yang konsisten dalam 96 pasal dan berhasil mengakhiri permusuhan antar sub-suku di Borneo yang berlandaskan pada pembunuhan, perang suku, dan serangan.
Pertemuan ini juga menandai berakhirnya tradisi perbudakan yang telah berlangsung sejak abad ke-13, seperti yang tercatat dalam laporan Michielsen tahun 1880, dimana harga seorang budak di kawasan Dayak kurang dari 100 Gulden, sementara seekor kerbau paling tidak berharga 250 Gulden.
Dikemas dari sumber primer
Perang dan Perbudakan di Tanah Dayak dibangun atas dasar data primer dan narasi dari karya penulis seperti Schwaner, Perelaer, Willem Adrian Rees, HG Maks, C. Bangert, JP. Barth, Pijnapple, Michielsen, Ullmann, Pires, Raas, dan banyak lainnya, termasuk perjanjian antara Sultan Banjar dan VOC yang berlangsung dari tahun 1635 sampai 1860.
Penulis telah mulai meneliti tentang Kayau, Perbudakan, Perang, dan Tumbang Anoi sejak tahun 2000 di Perpustakaan Institut Dayakologi Pontianak dan terlibat dalam diskusi mendalam mengenai topik-topik ini sejak tahun 2014. Ini termasuk mengikuti Napak Tilas Perjanjian Tumbang Anoi 1894 dan penulisan buku Mutiara Isen Mulang, serta berdiskusi dengan para peneliti teks Perjanjian Tumbang Anoi seperti Prof. KMA Usop dan Timoteus Tenggel Suan.
Buah diskusi
Diskusi dengan penulis senior sekaligus tokoh Dayak itu menghasilkan materi berharga untuk buku, di mana Prof Usop memberikan buku Pakat Dayak, dan Suan menyediakan tiga dokumen tentang Tumbang Anoi. Dari diskusi tersebut, penulis menyimpulkan beberapa temuan penting dari kalangan cendekiawan Dayak tentang Pertemuan Tumbang Anoi, termasuk awal mula peradaban Borneo, persatuan antar suku Dayak, dan pengkhianatan beberapa tokoh Dayak yang mendukung Belanda.
Penulisan buku ini merupakan sebuah proses panjang yang dipenuhi dengan kegembiraan dan kekhawatiran karena membuka kembali cerita masa lalu Dayak yang mungkin tidak selalu menyenangkan.
Proses ini, yang berlangsung selama sekitar sepuluh tahun, melibatkan penyelaman mendalam ke dalam arsip sejarah dan verifikasi silang data dari berbagai sumber untuk menghadirkan fakta mengejutkan tentang dinamika perang dan praktik perbudakan di Tanah Dayak.
Buku ini tidak hanya berfokus pada penerimaan pembaca. Lebih dari itu, ia memberi kontribusi pada kontribusi pengetahuan kolektif tentang masa lalu dan pemahaman yang lebih baik tentang identitas serta warisan budaya.
Penulis bertekad untuk melanjutkan eksplorasi sejarah Dayak dan berharap proyek mendatang akan membuka lebih banyak lagi pemahaman tentang keunikan dan keindahan sejarah serta budaya Dayak, serta menginspirasi penelitian dan penulisan lebih lanjut.
- Rangkaya Bada