Perbatasan Krayan dan Malaysia yang Diungkap Misterinya
Penampakan ketika bedah buku: Dr. Yansen TP (tengah), Arbain Rambey dan Pepih (kanannya) serta Masri dan Arip (kiri). |
SANGGAU NEWS : Dua putra-putri Kalimantan Barat, Masri Sareb Putra yang lahir di Jangkang, dan Agustina dari Pontianak, menunjukkan dedikasi mereka terhadap literasi dan bidang media melalui keterlibatan aktif dalam Batu Ruyud Writing Camp (BRWC).
Acara ini diinisiasi oleh Dr. Yansen TP dan diadakan di Batu Ruyud, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mulai tanggal 27 Oktober hingga 3 November 2022.
Dua putra Kalbar
Masri Sareb Putra dan Agustina, sebagai pegiat literasi, mengambil bagian dalam kamp menulis ini yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan menulis, meningkatkan pemahaman literasi, dan memperluas wawasan dalam dunia media.
Batu Ruyud Writing Camp menjadi wahana bagi mereka untuk mendalami berbagai aspek kreatif dan informatif dalam menulis, sekaligus memperkaya keberagaman budaya dan pemikiran.
Baca Marx, Das Kapital, Dan Kondisi Sospolekbud Indonesia Saat Ini
Pada kamp tersebut, kedua peserta aktif terlibat dalam berbagai kegiatan seperti lokakarya menulis, diskusi, dan pertukaran ide dengan sesama peserta. Mereka juga memiliki kesempatan untuk belajar dari para mentor yang ahli di bidang literasi dan media. Keberadaan acara BRWC ini di pedesaan Kalimantan Utara memberikan nuansa unik, memungkinkan mereka merasakan inspirasi dari lingkungan alam yang kaya serta keberagaman budaya setempat.
Melalui Batu Ruyud Writing Camp, Masri Sareb Putra dan Agustina tidak hanya memperkaya keterampilan menulis mereka, tetapi juga memperluas jaringan dalam komunitas literasi dan media. Pengalaman ini tidak hanya memberi mereka bekal dalam berkarya tetapi juga membentuk pemahaman yang lebih dalam tentang peran literasi dan media dalam membangun masyarakat yang berbudaya dan berpengetahuan.
Partisipasi mereka dalam Batu Ruyud Writing Camp tidak hanya mencerminkan semangat mereka terhadap literasi dan media, tetapi juga menjadi kontribusi positif terhadap pengembangan potensi literasi di Kalimantan Barat.
Dengan melibatkan diri dalam acara semacam ini, para pegiat literasi menjadi agen perubahan yang memperkuat eksistensi literasi dan media sebagai sarana untuk menyuarakan pemikiran, pengalaman, dan kearifan lokal mereka.
Sebanyak 10 pegiat lterasi nasional, fotografer andal dan ternama, Arbain Rambey, turut larut dalam Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) yang diinisiasi asl putra Krayan kelahiran Pa' Upan, Dr. Yansen TP.
Mereka ini menulis impresi, indera, serta segala yang ada di Perbatasan. Jika selama ini wilayah perbatasan masih menjadi "misteri", inilah saatnya disingkapkan ke luar, mencelikkan, sekaligus menyadarkan: betapa perbatasan Krayan ini sebuah misteri yang menyimpan bukan saja sejarah kontrontasi, juga artefak, kekayaan alam, budaya, sejarah Dayak, serta paru-paru dinia dengan hutan belantara yang meyangga kehidupan umat manusia bukan saja Indonesiaia, melainkan dunia.
Baca Wacana Pemekaran Kabupaten Bangkule Rajakng, Cornelis: Moratorium, Jangan PHP Masyarakat!
Sepuluh pegiat literasi nasional dan seorang fotografer andal yang terkenal, Arbain Rambey, membenamkan diri dalam Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) yang diinisiasi oleh putra asli Krayan, kelahiran Pa' Upan, Dr. Yansen TP. Keikutsertaan mereka dalam acara ini menjadi langkah nyata untuk mengeksplorasi, mencatat impresi, dan menggambarkan indra serta segala yang melibatkan wilayah perbatasan.
Dalam kerangka BRWC, para peserta, termasuk Arbain Rambey, menuliskan pengalaman dan refleksi mereka tentang perbatasan, mencakup aspek-aspek seperti sejarah, budaya, kekayaan alam, dan sejarah Dayak. Ini menjadi langkah luar biasa untuk membuka tabir misteri yang selama ini menyelimuti wilayah perbatasan, menjadikannya lebih dari sekadar area "misterius".
Melalui narasi dan fotografi mereka, para peserta BRWC berusaha untuk meleburkan perspektif yang terkadang terbatas terhadap wilayah ini.
Tak hanya sebagai tempat konfrontasi sejarah, perbatasan Krayan diungkapkan sebagai suatu misteri yang memelihara sejarah konflik, artefak berharga, kekayaan alam yang melimpah, serta keberagaman budaya dan sejarah Dayak yang kaya. Wilayah ini, dengan hutan belantara yang menggantungkan kehidupan manusia, tidak hanya menjadi paru-paru dunia bagi Indonesia, tetapi juga menyentuh kepentingan global.
Meniyibak dan mengungkap misteri perbatasan
Melalui penulisan dan fotografi, para peserta BRWC, termasuk Arbain Rambey, mencoba untuk membongkar dan menyajikan realitas yang ada di wilayah perbatasan Krayan. Ini bukan sekadar pengungkapan fisik, tetapi juga suatu upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat luas, mengenai keberagaman dan kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Buku yang mengungkap perbatasan (Krayan) dan Malaysia itu. |
Dengan demikian, mereka berkontribusi pada upaya melestarikan, menghormati, dan mempromosikan wilayah perbatasan sebagai bagian integral dari warisan budaya dan alam Indonesia, yang juga memiliki dampak penting di tingkat global.
Baca Dikira Caleg: Suatu Hari Di Sekadau Dan Ketapang
Tulisan dari 14 pegiat literasi, yang sekaligus merupakan peserta aktif Batu Ruyud Writing Camp (BRWC), dihimpun dalam satu salam sejilid buku yang baru saja diluncurkan dan diulas secara mendalam di Sekolah Alam, kompleks Puri Cikeas, pada tanggal 1 Maret. Peluncuran ini dipimpin oleh Dr. Yansen TP bersama 13 rekan sejawatnya, dengan kehormatan disaksikan oleh pemilik Sekolah Alam, Surotto.
Dalam acara yang meriah ini, para penulis, serta peserta aktif BRWC, menyuguhkan potongan-potongan karya mereka yang telah dihimpun menjadi sebuah buku. Dr. Yansen TP dan rekan-rekan sejawatnya mengadakan sesi bedah buku, membahas setiap aspek tulisan yang disajikan oleh para pegiat literasi.
Para hadirin yang turut menyaksikan acara ini termasuk pemilik Sekolah Alam, Surotto.
Buku yang Diluncurkan itu
Keberagaman suasana semakin terasa dengan kehadiran penulis Kompasiana, guru, dan siswa dari Sekolah Alam. Tak hanya itu, masyarakat literasi dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Serang juga hadir dalam acara ini, menambah semarak dan meningkatkan keterlibatan komunitas literasi dalam mendukung hasil karya para pegiat literasi.
Ketika tuan rumah, Suratto menerima buku dari tangan Dr. Yansen TP. |
Acara peluncuran buku ini bukan hanya sekadar perayaan untuk para penulis, tetapi juga sebagai wadah bagi mereka untuk berbagi inspirasi dan pemikiran dengan masyarakat luas.
Inisiatif ini tidak hanya menjadi langkah nyata dalam mendukung literasi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras dan dedikasi para pegiat literasi yang berkontribusi dalam memperkaya dunia literasi di Indonesia.
- Rangkaya Bada