Hikmah Ditinggalkan Taksi
Teks dan gambar: R. Musa Narang
Hari itu, Kamis 14 Maret 2024. Sekitar pk.07.00 WIB isteriku mengantarku ke Pelabuhan suka Bangun, Ketapang dngan mengunakan Honda “Beat”-ku.
Hari itu saya ada agenda untuk pergi ke Sekadau, kota tempat kelahiranku tetapi sekaligus kota tempat aku mencurahkan pikiran dan sisa tenagaku di masa purnatugas.
Hari
Jum’at ada agenda rapat Yayasan Pendidikan Keling Kuman dan hari Sabtu nya
menghadiri Rapat Anggota Tahunan Koperasi Produksi Keling Kumang Agro dan
Asosiasi Petani Sawit Keling Kumang di Sekadau.
Speedboat 2 mesin
Seperti biasa, saya ke Sekadau mengunakan Speedboat 2 mesin masing- masing 250 PK atau total 500 PK dari Sukadana ke Pontinak. Dari Ketapang ke Sukadana dijemput dengan mobil taxi yang umumnya menggunakan mobil jenis Innova.
Harga tiket travel Ketapan – Sukadana adalah Rp 80.000 dan tiket speedboat Sukadana Pontianak Rp 300.000. Sehingga total biaya biaya transportasi Ketapang – Pontinak dengan moda transportasi ini adalah Rp 380.000.
Pk 06.00 WIB mobil travel sudah mulai melakukan penjemputan di area kota Ketapang, sekitar jam 07.00 WIB rata- rata sudah meluncur ke Sukadana karena jadual speedboat dari Sukadana adalah pk.08.30 WIB atau kadang- kadang harus molor sampai pk 09.00 WIB karena ada penumpang yang terlambat datang.
Speedboat yang berkapasitas rata-rata 34
tempat duduk ini akan tiba di Pelabuhan Speedboat di Kapuas Indah (Pasar Raya
terbesar tahun 1980-an) Pontianak, sekitar pk.14.00 WIB, melesetpun tidak akan
jauh dari waktu tersebit. Saya senang naik speedboat, menikmati suasana
perjalanan air sungai dngan speedboat yang melaju kencang seakan terbang, di
iringi riak ombak akibat lajunya mesin speedboat adalah merupakan keseruan
tersendiri.
Di samping menggunakan speedboat, Ketapang – Pontianak juga dapat ditempuh dengan menggunakan Kapal Express yan bernama SB Bintang Rizki Express 99 yang memiliki kapasitas hampir 70 orang penumpang.
Berbeda dengan menumpang speedboat yang memanjakan penumpang dengan layanan antar jemput penumpang, baik saat keberangkatan maupun saat kepulangan; Kapal Express ini menaikkan dan menurunkan penumpang di Pelabuhan, baik di Ketapang maupun di Pontinak.
KM
Expres ini memiliki 4 mesin speed dengan daya masing- masing 250 PK, jadi total
daya nya adalah 1000 PK; karena relatif laju maka gelombang yang ditimbulkannya
cukup besar, oleh sebab itu ketika berpapasan dengan kapal kecil atau bertemu
dengan kapal nelayan, maka kecepatannya harus dikurangi secara signifikan yang
berakibat pada seringnya kapal cepat ini menurunkan kecepatan sehingga terkesan
tidak laju.
Moda
transportasi lain Ketapang – Pontianak adalah dengan menguna taxi atau mobil
travel yang banyak melayani rute tersebut dngan tariff Rp 400.000, atau dengan
menggunakan Bis Damri dngan tariff Rp 250.000 atau mengunakan kendaraan sendiri
baik mobil atau sepeda motor. Pilihan lain adalah menggunakan "motor
tambang” atau Kapal Ferry melalui rute Ketapang – Teluk Batang – Pontianak via
Rasau jaya bila kita membawa sepeda motor atau mobil.
Jalur
lain yang paling cepat dan bergensi adalah menggunakan pesawat terbang yang
dilayani oleh maskapai Wingair, tetapi moda transportasi ini sekarang bukanlah
pilihan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, karena harganya yang meroket
sampai Rp 1.200.000 atau setara dengan 3 kali lipat bila mengunakan speedboat
atau KM Express.
Untuk
perjalanan ke Sekadau melalui Pontinak tidak ada pilihan lain kecuali
mengunakan kendaraan darat baik taxi atau tavel maupun bis umum jurusan
Pontianak – Sintang yang jumlah cukup banyak, belum lagi kalau dihitung untuk
jurusan Pontianak- Nanga Pinoh dan Pontinak – Putus Sibau. Walaupun dengan
menumpang bis umum armadanya banyak dan tarifnya lebih murah daripada menggunakan taxi / travel, tetapi saya lebih
suka menggunakan taxi atau travel karena adanya kelebihan layanan berupa
layanan antar jemput penumpang.
Apabila saya dari Ketapang tempat saya berdomisili dan menuju ke Sekadau, saya lebih suka melalui Pontianak karena waktu sampainya sudah hampir pasti, yaitu sekitar pk.12.00 malam atau molor sedikit karena harus keliling kota saat antar jemput penumpang. Padahal dari Ketapang ke Sekadau dapat juga tidak melalui Pontinak, tetapi memotong di Simpang Ampar; tidak ada rute khusus travel atau bis jurusan Ketapang Sekadau/ Sintang.
Oleh sebab itu, jalur yan kita tempuh adalah
menumpang travel Ketapang – Pontinak dan singgah di Simpang Ampar, lalu
menunggu taxi atau mobil jurusan Pontinak – Sekadau/ Sintang. Nah, proses
menunggunya ini yan sering kali lama, pernah saya baru sampai di Sekadau pk.
04.00 subuh, nyaris semalaman tidak tidur karena saya sulit tidur di mobil.
Akibat
sering bolak- balik Ketapang – Sekadau, saya menjadi dikenal oleh sopir travel,
speedboat ataupun penjual; tinggal “chat” pakai WA semua sudah terpesan. Untuk
travel Pontinak- Sekadau saya paling sering menggunakan Taxi Rehobot yang
beralamat di Jalan Veteran Pontinak, karena mereka tepat waktu, ke Sekadau pagi
berangkat pk.08.00 WIB dan sore pk.17.00 WIB. Untuk Ketapan – Pontinak kadang
menggunakan speedboat, suatu saat menggunakan
KM Express.
Pada
tanggal 14 Maret itu, saya menumpang KM Express ke Pontianak dan telah pesan
tiket Taxi Rehobot yang berangkat ke Sekadau pk.5.00 sore. Ternyata KM Express
hari itu mengalami kerusakan 1 mesin ketika masih di laut antara Ketapang-
Teluk Batang dimana gelombang laut pagi itu cukup besar dan 3 mesin tersisa
beberapa kali mengalami “trouble” mati mesin, akibatnya kecepatan kapal menurun
cukup signifikan; yang seharusnya pk.14.00 WIB sudah tiba di Pontianak, yang
terjadi pk.18.10 baru merapat di Pelabuhan Sen Hie, Pontianak.
Ditinggal Taxi
Ketika KM.Express mendekati Sukalanting, waktu menunjukkan pk.16.10 WIB, saya kirim “chat” ke Taxi Rehobot bahwa saya akan terlambat sekitar 30 menit dari jadual keberangkatan dan saya minta tunggu. “Baik pak” jawab admin nya. Pk.16.50 ada chat masuk, “udah berlabuh”? Saya jawab, “sekitar 30 menit lagi”.
Pada pk.17.20 WIB, ada chat masuk, “maaf pak kami tidak bisa menunggu, mobil sudah diberangkatkan pada pk.17.00”. Walaupun di hati saya sangat kecewa, saya jawab “Baik pak” karena saya memahami keputusan yan mereka ambil merupakan bentuk komitmen pelayanan “tepat waktu”. Dalam kerisauan bahwa agenda saya di Sekadau akan berantakan akibat kerusakan mesin kapal, terlambat dan ditinggal taxi.
Di mana kita makan malam?
Saya berkomitmen malam itu harus tetap sampai di Sekadau. Saya teringat kenalan saya yang sopir taxi, tetapi saya lupa kontaknya; saya chat rekan di Sekadau untuk minta no kontak yang bersangkutan, tetapi WA saya tidak dibalas mungkin masih ada kesibukan. Setelah semua nomor HP diperiksa akhirnya dapat, lalu langsung saya telpon “apakah ada taxi ke sekadau malam ini” dan untung ada jawaban “saya lagi di Sintang pak, sebentar saya tanya teman saya ya pak”.
Lantas 5 menit kemudian
ada chat masuk, “ada pak, sebentar
dia akan kontak bapak”. Betul, sebentar kemudian ada telpon masuk “pak, saya
Fachry yang akan membawa bapak ke Sekadau mala mini” yang langsung membuat
kegembiraan saya membuncah; “akhirnya tiba juga malam ini di Sekadau, Tuhan
Engkau Maha Baik” pekik bathinku. Benar, pk.02.10 saya tiba di Sekadau.
Ada hal baru yang saya alami dalam perjalanan kali ini. Biasanya mobil yang saya tumpangi singgah di sebuah Rumah Makan Padang di Sosok sekitar pk.20.30 WIB untuk makan malam.
“Dimana kita makan malam?”, tanya saya pada sang Sopir. “Di Sosok pak, di situ parkirannya luas dan semua makanan dan minuman yang dihidangkan dalam keadaan panas, kecuali yang minta minuman dingin” jelas sang Sopir. Benar saja, ternyata kami singgak di “Kedai Kopi Bintangor” yang luas dan unik serta semua pelayannya laki-laki muda dan cekatan.
Kedai ini ramai pengunjung dan rata-rata anak muda, padahal saat itu waktu sudah menunjukkan pk 24 lebih. “Apakah pelayan di Kedai ini tidak ada yang perempuan?”,Tanya saya pada sang sopir yang telah menjadi pelanggan Kedai ini. “Kalau siang hari, ada pak”, tegas sang sopir.
Hikmah ditinggal taxi, saya dikenalkan pada Rumah Makan
baru yang rasa, suasana dan harganya bersahabat. Suatu pengalaman berharga. ^)