Cornelis dan Ustaz Abdul Somad (UAS) : Salam dan Pesan Damai Dua Tokoh Serba-lintas
SANGGAU NEWS - Cornelis dan Ustaz Abdul Somad (UAS). Jika dua tokoh serba-lintas itu bertemu. Apa yang mereka bincangkan?
Tentu saja, bukan seperti praduga kebanyakan orang. Setelah berkenalan. Keduanya bicara tentang bangsa dan negara.
Itu yang terjadi, secara tak terduga. Di ruang tunggu VIP Bandara Supadio, Pontianak, pada 4 Maret 2024. Meskipun mereka sudah mengenal satu sama lain sebelumnya, ini adalah pertemuan pertama mereka secara langsung.
Saling mengenal dan mengerti
"Saya mengenal Bapak sebagai Gubernur Kalbar dua periode dan sekarang sebagai anggota DPR-RI Komisi II," kata Somad, memulai pembicaraan. Keduanya kemudian berjabat tangan hangat dan bahkan saling peluk sebagai tanda persahabatan dan semangat perdamaian.
Dalam perbincangan mereka selama menunggu pesawat yang sama ke Cengkareng, mereka fokus pada isu-isu bangsa dan negara. UAS, melalui akun Instagram-nya, menekankan keindahan saling memahami dan pentingnya nilai-nilai kerukunan dan persaudaraan.
Salam dan Pesan Damai Dua Tokoh Serba-lintas. |
Selama diskusi, UAS menanyakan kepada Cornelis, anggota Komisi II DPR-RI yang membidangi Pemilu, tentang alasan di balik situasi Pemilu kita saat ini.
Kedua tokoh ini mendalami diskusi tentang kebangsaan dan negara. Mereka membahas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan Pemilu dan aspek-aspek lain dari kehidupan berbangsa.
UAS bertanya tentang Pemilu
Pas saja pertanyaan itu ditujukan kepada anggota DPR-RI Komisi II yang juga membidangi Pemilu.
Cornelis menjelaskan seputar Pemilu. Yang masih harus disempurnakan di sana sini. Benar bahwa terjadi ketidaksesuaian dengan harapan di sana sini. Toh demikian, apa pun hasilnya, pihak penyelenggara resmi dan sah KPU, tetap lembaga satu-satunya tumpuan harapan. Jika ada ketidakpusan, telah ada aturan dan mekanismenya.
UAS bertanya kepada Cornelis, anggota Komisi II DPR-RI yang membidangi Pemilu, "Mengapa Pemilu kita seperti sekarang di dalam praktiknya di lapangan?"
Cornelis menjelaskan dengan detail, merinci Undang-Undang Pemilu yang tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2017. Kendati ada pro dan kontra terkait hasil Pemilu, Cornelis menegaskan bahwa KPU tetap sebagai lembaga resmi dan sah, menjadi tumpuan harapan bagi proses demokrasi.
"KPU memiliki aturan dan mekanisme untuk menangani ketidakpuasan. Ini penting untuk menjaga stabilitas dan integritas proses demokrasi kita," ujar Cornelis.
Keduanya sepakat bahwa, apa pun hasilnya, penting untuk mendukung lembaga penyelenggara Pemilu, dan KPU sebagai garda terdepan demokrasi tetap menjadi lembaga kunci yang dapat diandalkan.
Belajar dari nilai dan kearifan dalam perut bumi Indonesia
Ustaz Abdul Somad (UAS) dengan tegas menyatakan bahwa sebagai bangsa, kita tidak perlu mencari inspirasi dari negara lain.
Menurutnya, kunci untuk menjadi bangsa yang besar terletak pada kemampuan kita untuk menjaga keharmonisan dan kerjasama di dalam negeri. UAS menekankan bahwa kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur Nusantara serta ke-Indonesia-an telah tertanam dalam butir-butir Pancasila.
Menyusuri sejarah, pendiri negara dan pencetus Pancasila, Bung Karno, telah menggali kearifan lokal dan nilai-nilai budaya Indonesia dalam merumuskan dasar negara. Pancasila, sebagai ideologi dasar, mencakup nilai-nilai luhur seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
UAS memandang bahwa menjaga dan menghidupkan nilai-nilai Pancasila adalah langkah krusial untuk menghadirkan kebesaran bangsa ini. Dengan menginternalisasi kebijaksanaan dan warisan kearifan Nusantara, kita dapat mencapai kemajuan sebagai bangsa yang bersatu dan berdaulat.
UAS menekankan kekayaan budaya dan kearifan lokal Indonesia. Mengajak seluruh masyarakat untuk menghargai dan menghidupkan nilai-nilai tersebut sebagai pondasi kuat bagi kemajuan dan keberlanjutan bangsa.
Sebagai tanda persaudaraan dan pesan damai, UAS menyematkan "Tanda Somad" kepada Cornelis.
Suatu tanda yang menyimbolkan kesamaan pandangan dan persahabatan yang mendalam. Melampaui perbedaan sekat persepsi dan posisi.
- Rangkaya Bada