Jeruk: Mengapa Buah Ini Dibagi-bagi di Hari Raya Imlek?
Jeruk: membagi-bagi dan menerima buah jeruk usai Misa Imlek (10 Februari 2024) di Gereja St. Helena, Curug, Tangerang. Menghadirkan nuansa sukacita, damai, dan berbagi kepada sesama. |
SANGGAU NEWS : Imlek yang tahun 2024 jatuh pada 14 Februari, masih menyisakan nunsa sukacitanya.
Buah jeruk, jika kita mengunjungi rumah-rumah keluarga Tionghoa, masih ada dan tersedia untuk dimakan. Di atas meja, masih bertumpuk jumlahnya.
Mengapa buah jeruk?
Praktik membagi-bagikan jeruk selama perayaan Imlek di kalangan masyarakat Tionghoa memiliki makna simbolis yang dalam.
Baca Etnis Tionghoa Di Sanggau : Kamponk Tionghoa (3)
Jeruk memiliki beberapa asosiasi positif dalam budaya Tionghoa. Dan dan tradisi membagi-bagi buah jeruk dianggap sebagai cara untuk membawa keberuntungan dan keberlimpahan dalam kehidupan sepanjang tahun.
Mengapa buah jeruk?
Beberapa alasan di balik tradisi ini melibatkan simbolisme positif dan sejarah budaya Tionghoa:
- Kesamaan Bunyi dalam Bahasa Tionghoa: Kata "jeruk" dalam bahasa Tionghoa, yang disebut "橙" (chéng), memiliki kesamaan bunyi dengan kata "beruntung" atau "sukses" ("成", chéng). Oleh karena itu, memasukkan jeruk dalam perayaan Imlek diharapkan membawa keberuntungan dan kesuksesan.
- Warna Merah dan Emas: Jeruk memiliki warna yang khas, yaitu oranye, yang dianggap sebagai warna keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Warna merah juga sangat penting dan melambangkan kebahagiaan, kemakmuran, dan keberuntungan. Dalam kombinasi dengan oranye, jeruk menjadi simbol kekayaan dan kemakmuran.
- Bentuk Bulat dan Penuh: Bentuk bulat dan penuh dari jeruk dianggap melambangkan kelimpahan dan keberuntungan yang tak terputus. Ini mencerminkan siklus kehidupan yang terus berlanjut dan memberikan harapan untuk tahun yang penuh dengan keberuntungan dan kemakmuran.
- Berbagi Kekayaan dan Kesejahteraan: Tradisi membagi-bagikan jeruk juga memiliki aspek sosial dan budaya. Membagikan jeruk kepada keluarga, teman, dan tetangga dianggap sebagai tindakan baik dan simbol keberbagian. Ini menciptakan ikatan sosial yang kuat dan mendorong semangat solidaritas dalam komunitas.
- Ritual Perlindungan dari Roh Jahat: Beberapa orang percaya bahwa jeruk juga memiliki kekuatan untuk melindungi dari roh jahat atau energi negatif.
Sebagian besar kepercayaan ini berasal dari mitologi dan tradisi kuno yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek.
Jeruk sebagai simbol
Tradisi membagi-bagikan jeruk selama perayaan Imlek di masyarakat Tionghoa memancarkan kehangatan dan keceriaan yang mendalam. Simbol ini membawa bersamaan simbolisme positif, keberuntungan, dan warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca Etnis Tionghoa Di Sanggau : 130 Tahun Di Bumi Daranante (2)
Praktik warisan tradisi membagi-bagi buah jeruk ii bukan sekadar ritual, tetapi sebuah ungkapan mendalam dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh komunitas Tionghoa.
Simbolisme positif yang terkandung dalam jeruk, seperti kesamaan bunyi dengan kata "beruntung" dan warna yang melambangkan kekayaan, mengakar kuat dalam keyakinan dan tradisi Tionghoa.
Jeruk yang bulat dan penuh melambangkan kelimpahan serta siklus kehidupan yang terus berlanjut. Tradisi membagi-bagikan jeruk menjadi bukti nyata bagaimana elemen-elemen ini dihayati dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari sekadar keberuntungan, tradisi ini juga memegang nilai-nilai keluarga, persahabatan, dan solidaritas.
Membagikan jeruk kepada keluarga, teman, dan tetangga menciptakan ikatan sosial yang erat. Tindakan ini tidak hanya menyebarkan keceriaan Imlek, tetapi juga menekankan pentingnya berbagi kekayaan, baik secara harfiah maupun simbolis, dengan orang-orang di sekitar.
Warisan budaya dan nuansa sukacita
Warisan budaya yang tertanam dalam tradisi ini menjadi pengingat hidupnya nilai-nilai leluhur. Sepantasnyalah mendorong generasi muda untuk merenung tentang akar budaya mereka.
Melibatkan diri dalam praktik membagi-bagikan jeruk tidak hanya merayakan momen Tahun Baru Imlek, tetapi juga membangun jembatan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Baca Enksiklopedia Tionghoa : Mana Enksiklopedia Etnismu?
Nuansa sukacita dan optimisme yang dihasilkan dari tradisi ini menciptakan suasana yang khas selama perayaan Tahun Baru Imlek.
Terdapat kehangatan dalam setiap jeruk yang diberikan. Hal itu menghadirkan harapan baru dan semangat positif untuk tahun yang akan datang.
Dengan berbagi keceriaan melalui jeruk, masyarakat Tionghoa merayakan bukan hanya keberuntungan individual, tetapi juga keberuntungan kolektif dan kekayaan budaya yang menjadi bagian integral dari identitas mereka.
(Rangkaya Bada)