Enksiklopedia Tionghoa : Mana Enksiklopedia Etnismu?
Beruntung!
Sepatah kata itu saja untuk menggambarkan saya, sebagai seorang bibliofilia –penggila buku. Mengapa?Sebab ibarat botol ketemu tutup.
Lama saya mencari buku kayak begini. Baru bertemu. Bertemunya di gerai toko buku Gereja Katedral St. Yosef, Pontianak, di basement. Di sana ada toko buku. Juga jualan barang-barang dan devosional lainnya.
“Tinggal satu!” kata penjaga toko.
Tanpa ba bi bu, saya keluarkan dompet. Tak peduli harganya berapa. Saya langsung beli. Full color. Buku dengan format ukuran folio ini sungguh membantu.
Hasil kolaborasi
Buku ini telah saya cap: Ex libris Masri Sareb Putra. Artinya, tidak boleh keluar dari perpustakaan pribadi. Orang yang mau menggali khasanah serta menimba dari kekayaan kandungan gizi di dalamnya, hanya boleh membaca di tempat.
Dari Kata Pengantar, para penyusun (Christine dan kawan-kawan) mengaku semula tidak pede menyusun buku ini. Namun, setelah tahu bahwa buku macam begini langka di bidangnya, mereka pun punya nyali.
Jadilah buku ini hasil kolaborasi, dan sentuhan banyak pihak. Toh tetap berguna! Dari buku ini, saya memperkaya khasanah dan pengetahuan saya terhadap etnis Tionghoa.
Kekayaan etnis Tionghoa
Saya tercelik dengan kekayaan etnis dengan populasi terbesar dan tersebar di seantero dunia in. Buku ini memuat informasi mengenai:
* Festival tradisional
* sejarah
* kebijaksanaan
* penemuan
* asal usul kebudayaan
* jati diri
* adat dan budaya Tionghoa
Saya perhatikan saksama. Penerbitnya ternyata dekat saya tinggal. Di Kemvbangan, Jakarta Barat. Wah! dalam hati. Mengapa saya membelinya di Pontianak?
Ini sama dengan kejadian kawan yang membeli buku saya. Orang Jakarta yang membeli buku saya di Ende, Flores.
Begitulah kisah para bibliofilia. Penggila baca. Dan kutu buku!
Sejuta inspirasi saya dari membaca dan memamah-biak buku ini. Ah, kayak gak tahu penulis saja?
Buku ini telah saya cap: Ex libris Masri Sareb Putra. Artinya, tidak boleh keluar dari perpustakaan pribadi. Orang yang mau menggali khasanah serta menimba dari kekayaan kandungan gizi di dalamnya, hanya boleh membaca di tempat.
Menambah jumlah koleksi buku di perpus pribadi saya yang “baru” berjumlah: 4.000 buku.