Menjadi Pensiun dan "Keep Moving"
Pensiun gaul, lincah, bahagia, dan sehat. Sumber: ttps://pdplk.com/info-berita |
SANGGAU NEWS : Tahun ini Ananta berusia 60 tahun dan memasuki masa pensiun,. Ia mengawali kariernya sebagai guru SD Negeri di kota kelahirannya. Lelaki yang berasal dari keluarga sederhana dan dari kampung terpencil di Kalimantan Barat itu, memilki karier yang moncer.
Saat mengakhiri masa tugasnya, Ia adalah pensiunan Kepala Dinas dengan golongan gaji IV D dengan masa kerja 40 tahun. Tidak mengherankan, saat menjadi Pejabat Ia memiliki otoritas tinggi, sehingga pada bulan-bulan pertama bebas tugas, ia sempat tidak terima dirinya harus berhenti bekerja, maka sempat mengalami “Post Power Syndrome”. Namun sebagai pensiusnan PNS golongan tinggi, ia dapat menikmati masa tuanya dengan tenang, ditambah lagi ke empat anaknya semua sudah berkeluarga dan hidup mandiri.
Berbeda dengan Badrudin, teman sekelas Ananta waktu mereka menjadi siswa SPG dulu. Ia mengabdikan diri sebagai guru di SMA Swasta dengan masa kerja juga 40 tahun saat memasuki masa pensiun. Ananta dan Barudin sama- sama menyandang gelar S1.
Ketika pensiun Badrudin menerima Dana Pensiunya sekaligus yang jumlahnya sekitar Rp 200 jt. Badrudin memiliki 4 anak, anak tertua (sulung) perempuan, baru kuliah masuk semester ke-2; anak bungsunya baru masuk TK, sehingga semua anaknya masih perlu biaya. Ia menikah pada usia 41 tahun, jadi rada terlambat.
Saat menjadi pegawai ia dan keluarganya tingga di rumah dinas milik Yayasan dan sempat terlena, sehingga 2 tahun menjelang pensiun baru membeli rumah pribadi tipe 36 bersubsidi yang sempit.
Baca Asrama Putri St. Maria Goreti, Sekadau: Pola Pendidikan Ala Misi Dan Katolik
Ketika Dana pensiun cair, Ia harus merenovasi dan memperbesar rumahnya sehingga lebih nyaman dan mengeluarkan biaya kuliah anaknya, termasuk biaya kontrak rumah untuk setahun dan membeli sepeda motor baru, karena jarak tempat kost dan kampus relatif jauh. Anak ke-2, laki-laki baru tamat SMA dan akan menyusul kuliah minta dibelikan motor baru, Laptop dan HP baru. Alhasil, Dana pensiun yang diperoleh Badrudin terkuras nyaris tanpa sisa; untuk makan hari-hari ke depannya juga tidak ada. Sumber pendapatan lain tidak ada. Miris!
Menjadi pensiunan, suatu keharusan atau pilihan?
Ketika masih anak-anak di kampung, orangtua sering berpesan “sekolahlah tinggi- tinggi, nanti jadi pegawai dan usahakan Pegawai Negeri, karena ada pensiunnya; berhenti bekerja tapi gaji jalan terus sampai mati”. “ Jangan pegang ulu parang macam kami”, pesannya lagi. Status pensiunan, umumnya dimiliki oleh pegawai pemerintah atau pegawai swasta dan tidak untuk pekerja swasta mandiri seperti petani, Nelayan dan pemilik usaha mandiri, dan lain-lain.
Berbeda dengan pegawai pemerintah dan swasta yang memiliki aturan tentang batas usia pensiun tertentu misalnya usia 56 (pensiun BUMN/D), 58 (pensiun polisi), 60 (pensiun guru), 65 (pensiun dosen) atau 70 tahun (pensiun Profesor); untuk kalangan swasta usia pensiun bisa ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan (bandingkan pensiun muda pensiun kaya menurut buku Robert T.Kiyosaki) atau bahkan tidak pernah pensiun sama sekali seperti masyarakat kita di kampung.
Pensiun atau berhenti bekerja bagi seorang pegawai dapat dibedakan menjadi 2 : pensiun normal dan pensiun tak normal. Pensiun normal adalah pensiun karena telah memasuki Batas Usia Pensiun (BUP), pensiun tidak normal adalah pensiun karena sakit, cacat tetap, dipecat karena melanggar aturan, diminta mengundurkan diri atau mundur karena tidak betah lagi atau karena perusahaannya bangkrut/ ditutup.
Jadi secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang memilih untuk pensiun atau tidak. Berikut ini beberapa faktor yang umumnya dipertimbangkan:
Pertama, faktor Usia: Umumnya, usia pensiun adalah usia ketika seseorang memiliki usia yang dianggap tua ditambah dengan periode kerja yang lama.
Kedua, faktor Kesehatan: Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi keputusan untuk pensiun, terutama jika kondisi kesehatan memburuk atau mempengaruhi kinerja kerja.
Baca Lasarus Atau Sutarmiji Untuk KB-1, 2024
Ketiga, faktor Keuangan: Kondisi keuangan seseorang memegang peranan penting dalam keputusan pensiun, yang meliputi kebutuhan hidup, biaya kesehatan, asuransi, tabungan, investasi, dan utang.
Keempat, Faktor Karir: Jika kondisi karir memburuk atau terdapat masalah di tempat kerja, maka seseorang mungkin memilih untuk pensiun lebih awal.
Kelima, Faktor Keluarga: Beberapa orang memilih untuk pensiun lebih dini untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga dan teman-teman atau untuk traveling dan menikmati masa tua.
Ke enam, Faktor Gaya Hidup: Kecenderungan hidup sehat, kegiatan yang lebih nyaman, dan gaya hidup yang diinginkan pada umumnya dipertimbangkan saat memutuskan untuk pensiun. Namun, setiap individu memiliki situasi yang berbeda-beda dan faktor-faktor yang mempengaruhi mereka memilih atau tidak memilih pensiun juga dapat berbeda. Oleh karena itu, wajar jika keputusan untuk pensiun dapat menjadi keputusan yang cukup rumit dan harus dipertimbangkan secara matang.
Berapa idealnya Dana Pensiun yang kita terima saat pensiun?
Di Amerika dikenal istilah Program Pensiun Sistem 40:40: 40, artinya seorang pegawai bekerja selama 40 tahun, 40 jam seminggu dan mendapatkan uang pensiun bulanan sebesar 40% dari gaji ketika masih aktif. Sebagai contoh seorang pegawai dengan gaji terakhir Rp 5 juta, maka gaji pensiun per bulannya minimal 40% x Rp 5 juta adalah Rp 2 juta. Kalau akan diambil sekaligus dengan masa kerja 40 tahun maka dana pensiun yang didapat adalah 40 x 40% x ( 12 x 5 jt) = Rp 960 juta.
Dalam kenyataannya, dana pensiun yang diterima pegawai waktu pensiusn jauh dibawah angka itu. Rumus ini harus dipertimbangkan kembali karena bergantung pada banyak faktor seperti masa kerja yang tidak sampai 40 tahun, gaji yang jauh lebih rendah dari angka tersebut (di bawah UMR), inflasi dan lain- lain. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perencanaan keuangan yang matang terkait menghadapi masa pensiun.
Rumus 40:40:40 mungkin dapat memberikan gambaran kasar tentang berapa banyak pendapatan saat pensiun yang diharapkan. Namun, tidak dapat dijamin keakuratannya karena tidak mempertimbangkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan pensiun, seperti inflasi, kesehatan, situasi keuangan negara atau dunia, dan perubahan karir atau kebijakan perusahaan.
Selain itu, menghitung pendapatan pensiun juga harus mempertimbangkan aspek investasi dan perencanaan keuangan yang matang. Oleh karena itu, selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan atau perencana keuangan tentang bagaimana cara yang terbaik untuk merencanakan masa pensiun Anda.
Apa yang dilakukan setelah memasuki usia pensiunan?
Setelah pensiun, bisa jadi anda ingin mencari cara untuk merasakan kebahagiaan dan memberikan makna dalam hidup Anda. Berikut adalah beberapa cara untuk mencapai kebahagiaan setelah pensiun:
Pertama, menjaga kesehatan: Kesehatan fisik dan mental yang baik merupakan kunci untuk merasakan kebahagiaan. Jangan lupa untuk berolahraga, memakan makanan sehat, dan menjaga keseimbangan emosi.
Baca Belajar Dari Sukses Dan Gagalnya VOC : Sekolah Konglomerasi Koperasi Dan Kepemimpinan (3)
Kedua, Berpartisipasi dalam kegiatan sosial: Aktif bertemu dan terlibat dalam kegiatan dengan keluarga dan teman-teman serta bergabung dengan kelompok sosial yang memiliki minat yang sama seperti klub atau kelas seni dapat memberi banyak manfaat sosial yang membuat hidup lebih bermakna.
Ketiga,Terlibat dalam kegiatan produktif: Mengambil kursus baru, bergabung dengan volunteer, atau memulai bisnis kecil adalah cara bagus untuk mempertahankan produktivitas dan tetap memiliki tujuan dalam hidup Anda.
Keempat, Bersenang-senang dengan hobi: Investasi di hobi dan minat tertentu dapat memberi rasa kebahagiaan dan juga membantu terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.
Kelima, Traveling: Menikmati waktu untuk perjalanan dan menjelajahi tempat-tempat baru dapat menimbulkan pengalaman yang membawa kebahagiaan dan kesan-kesan positif.
Keenam, Mempersiapkan kehidupan yang aman ke depannya: Memastikan bahwa kondisi keuangan, kesehatan, dan persiapan masa depan telah diatur sebaik mungkin dapat membuat seseorang merasa aman dan merasa puas atas hasil kerja keras yang telah dilakukan selama bertahun-tahun bekerja. Ke tujuh, bahkan ini yang paling utama : Mendekatkan diri kepada Tuhan secara terus menerus.
Dengan kata lain, apakah setelah masa pensiun seseorang “diam di rumah saja atau DRS?” Tubuh dan pikiran kita dapat dianalogikan seperti sebuah kendaraan misalnya Mobil. Bila mobil lama tidak digunakan, maka accu nya akan habis, ban nya akan kempis dan akhirnya mesinnya mogok.
Demikian juga manusia; bila tubuh dan otak kita tidak difungsikan dalam waktu relatif lama, maka orang itu akan cepat menjadi TOP (Tua, Ompong, Peot dan Pikun). Penulis mengenal baik 2 tokoh senior yang saat ini memasuki usia 83 tahun, yang pertama Prof.Dr. Thomas Suyatno tokoh Pendidikan, yang kedua Robby Tulus tokoh Koperasi.
Usia 80 ke atas tetap lincah
Mereka masih tetap kelihatan lincah dan cerdas seperti orang berusia 50 an tahun. Ketika Penulis tanya apa rahasianya? Ternyata jawaban mereka relatif sama:
Pertama, “Keep Moving”. Terus aktif dan bergerak : Dalam usianya saat ini mereka tetap sibuk menjadi pembicara atau memberi kuliah dan melalang buana ke mana saja tempat mereka diperlukan/ dundang,
Kedua : “Meaningful Life”, menyadari dan merasakan bahwa hidup ini bermakna, hidupnya berarti dan dibutuhkan oleh banyak orang; “Person for others”. Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad mengatakan, sejatinya kalau orang mau umur panjang, maka tidak ada istilah pensiun dalam hidupnya.
Dalam setiap langkah, penting untuk menemukan cara untuk mengekspresikan diri Anda, menemukan tantangan baru dan terhubung dengan orang lain, serta memiliki tujuan untuk masa depan.
Dengan melakukan hal tersebut, Anda dapat merasakan kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan batin Anda di masa pensiun. (R.Musa Narang).