Entikong dan Kawasan Pusat Niaga Terpadu (PNT)
SANGGAU NEWS : Entikong. Seperti nama rupa bumi di wilayah Bagai Cinga, Tampun Juah itu.
Dahulu kala. Sebelum, ada mbah Google yang serbatahu. Kita barangkali tak tahu di mana letak Entikong.
Namun, kini berbeda. Tanyakan saja. Si mbah pasti menerangkan entri yang dicari. Sekalian memberi peta lengkap keberadaannya.
Namun, kini berbeda. Tanyakan saja. Si mbah pasti menerangkan entri yang dicari. Sekalian memberi peta lengkap keberadaannya.
Di mana Entikong?
Entikong telah masyhur sebelum digulirkan dan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Terletak di perbatasan dengan Sarawak, wlayah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Dari pusat ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak, jalan raya hingga ke Entikong halus mulus.
Entikong telah dibidik. Dan dirancang sebagai "Kawasan Pusat Niaga Terpadu (PNT)". Baik dalam konteks PNT regional Kabupaten Sanggau yang berbaasan langsug dengan Sarawak, Malaysia. Melainkan juga dalam konteks PNT Nasional (lihat peta pada ilustrasi).
Kelancaran mobilitas antar-manusia
Jalan darat (dry port) Entikong ini sangatlah strategis karena terhubung dengan 3 negara: Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam. Jalur darat yang sangat pendek ini adalah keunggulan. Tidak ada titik lain di Indonesia strategis Entikong.
Lihatlah! Saudara-saudara dari 3 negara saling silang keluar masuk (PLB) Entikong. Bagaimana mungkin jika hari ini mereka diajak konfrontasi? Oh, No!
Selain aspek perdagangan, Pos Lintas Batas (PLB) Entikong juga memberikan kelancaran mobilitas antar-manusia. Apalagi 3 negara adalah saudara. Di tiga negara bertetangga, ada keluarga, karib, handai tolan, saudara, dan sesama etnis: Dayak.
Di atas perekonomian, perdagangan, dan politik; agaknya mobilisasi manusia ini penting. Kini kerja sama antar-puak Dayak di tiga negara sedemikian intens dan semakin kuat.
Entikong - Tebedu, selain Pusat Niaga Terpadu juga pusat pertemuan antar tiga negara tetangga: Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Akan semakin berkembang maju. |
Belarasa dan "sensus Dayakus" sesama suku membuat warga di sekitar titik PLB Entikong akhir-akhir ini merasa bahwa negara hanyalah batas "imajiner". Suatu boundary politik yang tidak membatasi kemanusiaan!
Hal ini sesuai dengan nujum John Naiisbitt mengenai 7 kecenderungan umum Asial: From nation-state to networks!
Kini manusia di sentral perbatasan Entikong; bekerja sama. Selain sama akar adat, budaya, dan tradisi; manusia PLB Entikong juga menyadari bahwa hidup berdamai, tanpa konfrontasi, adalah lebih baik, mulia, dan merupakan hakikat dari manusia.
Lihatlah! Saudara-saudara dari 3 negara saling silang keluar masuk (PLB) Entikong. Bagaimana mungkin jika hari ini mereka diajak konfrontasi? Oh, No!
Pengembangan Entikong sesuai dengan kondisi saat ini akan membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur, perbatasan yang efisien, dan kerjasama erat dengan negara tetangga.
Entikong menjadi pusat niaga
Entikong memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi pusat niaga utama di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam. Untuk merealisasikan potensi tersebut, pengembangan Entikong harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih terfokus dan adaptif terhadap situasi kontemporer serta kebutuhan lokal.
Dengan fokus pada pengembangan yang lebih spesifik dan adaptasi terhadap situasi saat ini, Entikong dapat menjadi pusat niaga yang lebih kuat dan berdaya saing di kawasan ini.
Kenyataan bahwa warga Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam memiliki asal dan keturunan yang sama dari Tampun Juah dan Dataran Tinggi Krayan, Kalimantan Utara, adalah dasar yang kuat untuk memperkuat hubungan dan kerja sama antara ketiga negara ini.
Faktor sejarah dan genealogi yang menghubungkan warga 3 negara di perbatasan, seharusnya menjadi landasan pacu. Untuk membangun hubungan yang lebih baik dan mengatasi konflik masa lalu yang dipicu oleh kolonialisme untuk menguasai Dayak dan sumber dayanya.
Selain itu, Entikong dapat memanfaatkan kekayaan dan keunikan hutan hujan Borneo sebagai bagian dari strategi pengembangan ekonomi dan budaya untuk menjadi pusat niaga yang berdaya saing tinggi.
Dengan berbasiskan hutan hujan Borneo, Entikong bisa memanfaatkan potensi ekologis dan kulturalnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan mempromosikan kerja sama regional.
(Rangkaya Bada)