Teguh Kayu Belian, Teguh Agi' Janji Enggau Nuan
Kayu belian di Jangkang. |
Teguh Kayu Belian, Teguh Agi' Janji Enggau Nuan
Begitu syair lagu yan dibawakan pesohor, penyanyi idola orang Sekadau dan Sintang, Rikcy El.
Teguh kayu belian
Judul narasi ihwal kayu belian yang kedua ini, diambil dari syair lagu Iban, merujuk pada kekayaan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan kehidupan masyarakat di Kalimantan Barat.
Kayu belian, atau yang dikenal sebagai "belian wood," bukan sekadar komoditas kayu, melainkan suatu warisan alam yang amat sangat dihargai oleh masyarakat Dayak, terutama di wilayah Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu.
Syair lagu Iban yang memuat cerita tentang kayu belian tidak hanya dinyanyikan di Malaysia, tetapi juga menjadi penceritaan yang hidup di hati masyarakat Kalimantan Barat. Kayu belian, dengan keunikannya, telah menciptakan jejak budaya yang mendalam dalam sejarah dan kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak.
Keberadaan kayu belian bukan hanya sekadar bahan bangunan atau komoditas perdagangan, melainkan melambangkan keterkaitan spiritual dan filosofis dengan alam sekitar.
Dalam lirik lagu Iban, masyarakat merayakan keindahan dan keberlimpahan kayu belian sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.
Kayu belian bukan hanya sekadar sumber daya alam, melainkan juga simbol kekayaan alam yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Di wilayah Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu, kayu belian menjadi perekat sosial dan budaya yang menghubungkan masyarakat dengan akar leluhur mereka.
Pemanfaatan kayu belian tidak hanya mencakup aspek material, tetapi juga spiritual dan budaya yang terkandung dalam setiap serat kayu tersebut.
Masyarakat setempat menganggap kayu belian sebagai penanda identitas, keberanian, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Belian dalam syair lagu Iban
Keberadaan syair lagu Iban tentang kayu belian juga mencerminkan kepekaan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan. Mereka menyadari bahwa menjaga kelestarian hutan dan tanah kelahiran adalah tanggung jawab bersama untuk menjamin kelangsungan hidup kayu belian dan keanekaragaman hayati lainnya.
Seiring berjalannya waktu, penting bagi masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu, untuk terus merawat dan menghargai warisan berharga ini. Kayu belian tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan waktu, tetapi juga menjadi penjaga cerita dan identitas masyarakat Dayak.
Dengan menjaga keberlanjutan dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam syair lagu Iban, masyarakat setempat memastikan bahwa warisan berharga ini akan terus bersinar, bukan hanya di Malaysia, tetapi juga di seluruh Kalimantan Barat.
Nikmati nanti saja setelah usai baca narasi ini Ricky EL- Ukai Langkau Arau
Tunggul kayu belian
Pelantunnya adalah Rikcy El. Mengambil tamsil kayu belian yang teguh (kokoh tak tergoyahkan). Meski demikian, ada yang lebih kokoh lagi, tidak bakalan tercerabut dari ucapan, yakni "teguh agi janji enggau nuan" --lebih kokoh janji dengan dirimu, sayang.
Apa pun. Kayu belian, dari morfologi dan sifatnya, di Borneo diambil untuk tamsil. Selain teguh-akan janji, belian juga dimetaforakan dengan orang yang keras kepala, tidak mudah goyah, atau kekuasaan yang musykil ditumbangkan.
"Baka tunggul tebelian!" --bagai tunggul kayu belian.
Keunggulan belian
Demikian untuk menggambarkan orang yang keras kepala, kuat pendiriannya, kacamata kuda, atau kuasanya kokoh tidak mudah digoyah.
Tapi memang benar bahwa tidak mudah mencungkil tunggul belian yang telah ditebang. Ia hidup. Bahkan bertunas lagi. Puluhan tahun kemudian, batangnya bisa sama dengan yang telah ditebang.
Nyaris tak tampak sambungan pucuk baru dengan batang lama.
Belian dijadikan bahan bangunan: sangat tahan main kena lumpur dan air. |
Itu, antara lain, keunggulan belian.
Di Kalangan Dayak Bidayuh, ada ungkapan "pasap nyulor". Tebang tumbuh. Melukiskan keberlanjutan, sesuatu yang tak ada putus matarantainya.
(Rangkaya Bada)