Muara Sungai Sekayam, 1939 dan Kisah Dara Nante
SANGGAU NEWS : Inilah penampakan Muara Sungai Sekayam tahun 1939. Di masa yang lampau, lokus ini adalah situs penting bagi sejarah Sanggau kemudian.
Muara Sekayam
Sekayam punya kisah unik, sekaligus menarik. Di muara sungai ini tersimpan banyak kisah sejarah. Bukan hanya tentang seorang keturunan putri Majapahit, dari Sukadana, bernama Dara Nante. Melainkan juga tentang asal usul dan sejarah Sanggau.
Muara Sungai Sekayam melukiskan sepenggal kisah yang terpahat indah di tengah-tengah kota Sanggau. Seperti hati yang mengalir dalam nadi sungai, muara ini menjadi saksi bisu atas perjalanan epik Dara Nante. Di sinilah, di pusat kehidupan Sanggau, sang petualang menemukan pelukan tenang sejenak sebelum menghadapi rintangan berikutnya.
Dara Nante
Dengan gemulai, Dara Nante memilih berhenti sejenak, meletakkan beban perjalanan di tepian muara. Suara gemerisik air dan sentuhan lembut angin menyapa sebagai penutup bab dalam petualangannya.
Muara Sungai Sekayam, bukan hanya simpul geografis, melainkan juga petanda kebersamaan antara alam dan manusia.
Baca Ngayau : Dahulu, Kini, Masa Depan
Namun, di balik keindahan itu, muara ini juga menjadi gerbang menuju tantangan berikutnya.
Rintangan yang terbentang seperti lukisan alam yang menantang Dara Nante untuk melanjutkan perjalanan melalui alur air. Ke hulu menuju ke Sungai Mengkiang yang membelah kota dengan anggunnya, mengikuti alur Sungai Entabai yang memeluk rahasia dan keajaiban.
Bertemu Bagai Cinga
Muara Sungai Sekayam menjadi panggung magis bagi Dara Nante, di mana langkahnya menyatu dalam irama kehidupan alam.
Di tengah persembahan sunyi dari gemerisik air dan sorot matahari yang memeluknya, ia menari dengan ringan, mengeja kisahnya dalam harmoni alam yang mempesona.
Namun, setelah intermezzo indah itu, langkah Dara Nante kembali bergema dalam aliran sungai yang menghanyutkannya ke perjalanan lebih jauh.
Sungai yang membawa cerita dan petualangan melintasi cakrawala yang belum sepenuhnya terkuak.
Pelayaran menuju Sungai Sekayam, menuju Entabai, membawa Dara Nante pada suatu pencarian yang menggetarkan hatinya.
Di wilayah hulu sungai yang sunyi, bernama Tampun Juah, ia merintis jejak untuk menemui ayah dari anak yang dikandungnya. Perjalanan ini, bagaikan menelusuri alur takdir yang mengalir di antara bebatuan dan rimbunnya pepohonan sungai.
Baca Institut Teknologi Keling Kumang, Sekadau Termegah Dan Ter Ter Lainnya Di Bumi Lawang Kuwari
Dalam serpihan kisah, Dara Nante tak sengaja bertemu dengan seorang anak yang menawarkan sepotong tebu. Pemberian sederhana itu membuka pintu kehadiran ayah sang anak, seorang yang merangkul nama Babai Cinga.
Dalam potongan kisah yang dijalin oleh waktu, Dara Nante dan Babai Cinga, bersama-sama mengupas lapisan-lapisan kehidupan.
Menemukan benang merah yang mengikat mereka dalam simpul takdir yang selama ini tersembunyi di tepian Sungai Sekayam.
Baca Astra Agro, Pemain Sawit Terbesar Indonesia Dan Dunia
Kerajaan Sanggau pun mengukir nama keduanya sebagai Bumi Dara Nante dan Babai Cinga.
(Rangkaya Bada)