Mgr. Valentinus Saeng Setahun Uskup Sanggau
Selamat menggembalakan, monseigneur! Sehat senantiasa. |
SANGGAU NEWS : Pada hari Sabtu,11 November 2023, tampak banyak ucapan Selamat atau Proficiat dari banyak pihak. Ucapan itu disampaikan kepada Mgr Valentinus Saeng di Media Sosial, terutama Facebook.
Ucapan itu antara lain berbunyi “Proficiat 1 tahun tahbisan
Episkopal Mgr.Valentinus Saeng, Selamat Ulang tahun tahbisan Uskup yang ke-1”,
dan seterusnya.
Ucapan selamat mengalir
Penulis, sebagai orang yang sudah cukup lama mengenal beliau, juga memberikan ucapan yang sama.
Memang peristiwa Ulang Tahun, apalagi Ulang Tahun Tahbisan Uskup rasanya tidak mungkin dilewatkan begitu saja.
Baca Mgr. Dr. Valentinus Saeng, CP: Uskup Sanggau Dengan Laurea Doctoris
Sekalipun sebagai pribadi mungkin
beliau tidak begitu peduli, tetapi teman- temannya, handai taulan dan orang-
orang dekatnya, khususnya rekan sepelayanannya, tentu tidak akan melewatkan
hari penting tersebut.
Peristiwa peringatan Tahbisan sebagai Uskup, semakin lengkap, haru
dan meriah karena pada Selasa, 26 September 2023 dirayakan Pesta Perak atau
Hari Ulang Tahun ke- 25 tahbisan Imamat Mgr. Valentinus Saeng bersama teman-
teman seangkatannya yang berjumlah 10 orang di Sekadau.
Masih segar dalam ingatan kita, Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Valentinus Saeng CP ditahbiskan oleh pentahbis utama Duta Besar Vatican untuk
Indonesia Mgr. Piero Pioppo, Jumat 11 November 2022, dengan Uskup Penahbis
Pendamping adalah Mgr Ignatius Kardinal Suharyo (Uskup Agung Jakarta) dan Mgr. Giulio Mencuccini, CP (Uskup Emeritus Keuskupan Sanggau).
Baca Valentinus Saeng Dan Masri Sareb Putra: Ketika Sesama Alumni Dan Penulis Bertemu
Tahbisan Mgr. Valentinus Saeng CP juga dihadiri langsung oleh Uskup
Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, para Uskup se-Indonesia, Imam,
Biarawan/Biarawati dan ribuan umat se-Keuskupan Sanggau, bahkan disaksikan juga
oleh tamu undangan yang datang dari berbagai wilayah Kalimantan Barat serta
Indonesia, terutama yang mengikuti secara online melalui jaringan Live
Streaming atau media Youtube.
Setelah ditahbiskan, Mgr. Valentinus Saeng CP bertambah namanya menjadi Mgr. Valentinus Timoteus Saeng CP. Timoteus adalah nama tahbisan sang uskup.
Sehari sebelum tahbisan, sudah dilakukan ibadat sore meriah atau Vesper
Agung di Gereja Katedral Hati Kudus Sanggau yang digelar pada Kamis 10 November
2022, pukul 18.00 WIB, yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus
Agus.
Moto sang uskup
Pada saat tahbisan itu kita juga sudah mendapat informasi bahwa
Uskup baru ini memilih moto ” Bonum Depositum Custodi”, yang berarti
“Pemeliharaan Warisan Indah”.
Baca Mgr. Agustinus Agus: Kiprahnya Dan Pelayanannya Di Paroki Dan Keuskupan Sanggau
Banyak orang bertanya- tanya, apa makna dan latar belakang moto
tersebut dipilih.Secara tersirat, terutama bila dilihat dari sejarah lahirnya
Gereja Keuskupan Sanggau,yang tidak bisa dilepaskan dari peranan para
pendahulunya, rekan se-kongregasinya, yaitu Kongregasi Pasionis Para Misionaris
Pasionis yang berasal dari Belanda masuk ke Indonesia dan memulai karyanya di
wilayah Ketapang, setelah diundang oleh rekan mereka Kongregasi Kapusin yang
berpusat di Pontianak.
Dalam perkembangannya, misionaris Pasionis Belanda tidak hanya memberikan pelayanan di wilayah Ketapang, tetapi juga mengembangkan pelayanan Pastoralnya sampai ke wilayah Sekadau, karena wilayah Ketapang dan Sekadau berbatasan darat langsung.
Tokoh awam Ketapang, PJ. Denggol sempat lama
ditugaskan menjadi Katekis di wilayah Belitang/Mualang, Sekadau.
Oleh sebab itu, pada era tahun 1960 a sd. 1970 an banyak anak-anak
dari Sekadau yang datang ke Ketapang untuk sekolah. Dalam perkembangan
selanjutnya, karena pertumbuhan umat yang semakin pesat maka Pasionis Belanda
meminta bantuan kepada Pasionis Italia untuk secara khusus melayani wilayah
Sekadau. Sehingga wilayah Sekadau dipisahkan dan diserahkan kepada Kongregasi
Pasionis (CP) Italia dan wilayah Ketapang digembalakan oleh Pasionis
Belanda.
Sekadau dan Ketapang dalam horizon sejarah
Dalam buku Jejak- jejak Pasionis di Tanah Kayong tulisan
Amon Stefanus dan Alkap Pasti menulis hal yang demikian ini:
Sejak tanggal 26 Juni 1954 Ketapang menjadi wilayah Prefektur Apostolik Ketapang (Calon Keuskupan) dan pada 3 Januari 1961 Prefektur Apostolik Ketapang berubah status menjadi Keuskupan Ketapang, dengan Mgr. Gabriel Wilhelmus Sillekens diangkat secara resmi menjadi Uskup Ketapang pertama pada 28 April 1962. Adapun wilayahnya juga meliputi wilayah Sekadau (daerah aliran Sungai Sekadau: Sekadau Hilir, Sekadau Hulu (Rawak), Nanga Taman, Nanga Mahap dan wilayah sebelah kanan mudik sungai Kapuas, mulai dari Teraju (Toba), Meliau dan Lintang sampai batas Kabupaten Sintang; sedangkan wilayah kiri mudik sungai Kapuas (daerah Belitang/ Mualang) masih dilayani para misionaris Kapusin dari Keuskupan Agung Pontianak.
Dalam perkembangan selanjutnya, para misionaris Pasionis asal Italia datang membantu misionaris Pasionis Belanda di Keuskupan Ketapang dengan melayani wilayah Sekadau. Misionaris Pasionis Italia yang pertama datang adalah P.Marcello Di Pietro,CP dan P. Cornelio Serafini,CP, yang menjejakkan kakinya di Sekadau pada tanggal 19 Oktober 1961 bertepatan dengan perayaan St.Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis.
Tanggal 19 Oktober 1961 merupakan
tonggak sejarah berkaryanya para misionaris Pasionis Italia di Bumi Lawang
Kuwari, yang diikuti oleh kedatangan cukup banyak para misionaris Pasionis
Italia berikutnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tanggal 9 April
1968, wilayah Sekadau berubah status menjadi Prefektur Apostolik Sekadau, yang
wilayahnya kemudian juga meliputi daerah Belitang/ Mualang yang sebelumnya
dilayani oleh para Misionaris Kapusin dari Keuskupan Agung Pontianak dan Mgr.
Michele Di Simone menjadi Prefek Apostolik yang pertama (31 Juli 1968 sd. 1
September 1972.
Hal yang menarik adalah bahwa ternyata para misionaris Pasionis
Italia memiliki visi yang jauh ke depan, bahwa wilayah Sekadau yang saat itu
adalah sebuah kota kecamatan dan juga kota pelajar (oleh sekolah- sekolah yang
didirikan oleh mereka, terutama SPG dan PGA), suatu saat kelak akan menjadi
Keuskupan.
Keuskupan Sanggau berawal dari Prefektur Apostolik SekadauDalam perkembangan yang tidak terduga, yaitu saat Prefek Prefektur Apostolik Sekadau dijabat oleh Mgr. Lukas D. Spinosi,CP (Prefek yang ke-2) yang menjabat dari 1 September 1972 sd. 8 Juni 1982, maka pada tanggal 10 Juli 1982, diumumkan Surat Keputusan Pendirian Keuskupan Sanggau oleh Tahta Suci Vatikan dan diresmikan pada tanggal 5 Desember 1982.
Gereja Sanggau yang pada awalnya didirikan sebagai gereja Paroki berubah status menjadi gereja Katedral.
Wilayah Sekadau yang sudah memiliki status Prefektur Apostolik
Sekadau (calon Keuskupan), tidak berubah status menjadi Keuskupan Sekadau,
tetapi berubah menjadi Keuskupan Sanggau, pertimbangannya menurut sumber resmi
dari Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta adalah sebuah Keuskupan setidaknya harus
berkedudukan di ibu kota Kabupaten, sedangkan Sekadau saat itu masih sebuah
kota kecamatan.
Hal menarik lainnya adalah Mgr.Lukas D.Spinosi CP, tidak dipromosikan menjadi Uskup Keuskupan Sanggau, tetapi malah mengundurkan diri, sehingga dipilih sosok baru yaitu Mgr.Yulius Mencucini, CP atau Mgr. Giulio Mencuccini, CP. (dalam Bahasa Italia).
Singkatnya, Keuskupan Sanggau berawal
dari Prefektur Apostolik Sekadau (9 April 1968 sd. 10 Juli 1982) dengan 2 orang
Prefek Apostolik, selanjutnya sejak 5 Desember 1982 menjadi Keuskupan Sanggau
dengan 2 Uskup sejauh ini dan Mgr Valentinus adalah Wali Gereja ke-4
(satu-satunya pribumi) sejak secara resmi didirikan pada 9 April 1968.
Menarik untuk disimak, dalam kurun waktu 55 tahun sejak didirikan
(1968), 2 Prefek dan 2 Uskup semuanya berasal dari Kongregasi Passionis, para
saudara dan senior Uskup sekarang, “mereka menanam/ membangun, maka
Mgr.Valentinus sebagai penerus atau suksesor, harus memelihara “warisan Indah”
jemaat Allah yang dipercayakan kepadanya.(Bonum Depositum Custodi).
Tidak membayangkan jadi uskup
Sekalipun Mgr.Valentinus tidak pernah membayangkan/ berkeinginan
akan menjadi Uskup (sepertinya dinyatakannya saat memberikan kata sambutan saat
ditahbiskan menjadi Uskup), karena cita-citanya adalah menjadi Profesor
Filsafat orang Dayak pertama; tetapi garis tangannya menakdirkan dirinya
menjadi Uskup dan itu harus ia terima sebagai bentuk ketaatan imamat dan
kesetiaan kepada pihak hirarki Gereja yang memberi mandate padanya.
Wilayah Keuskupan baru ini meliputi seluruh wilayah Prefektur
Apostolik Sekadau, ditambah wilayah- wilayah yang sebelumnya dilayani dari
Keuskupan Agung Pontianak, yaitu daerah Tayan hilir dan Tayan Hulu, jalur ke
Entikong, Pusat Damai dan daerah Jangkang atau sekarang meliputi wilayah 2
Kabupaten, yaitu kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau.
Bila kita lihat Profil Keuskupan Sanggau yang digembalakan oleh
Mgr.Valentinus Saeng ini, luas wilayah pastoralnya adalah 18.302 km2, dengan
populasi umat Katolik berjumlah 344.172 orang atau 53,76% dari total 640.194
penduduk kedua wilayah Kabupaten itu. Keuskupan ini juga memiliki 4 dekanat,
yaitu dekanat St. Petrus, Dekanat St.Thomas Aquinas, Dekanat St. Fransiskus
Asisi dan Dekanat Salib Suci (Sekadau) dan memiliki 25 Paroki.
Pada peringatan dan perayaan 75 tahun Kongregasi Pasionis berkarya
di Indonesia tahun 2021,P.Nikodemus Jimbun CP, yang kelahiran Belitang,Sekadau
dalam sambutannya sebagai Provinsial pada Misa Syukur di Gereja Katedral
St.Gemma Galgani Ketapang pada Minggu, 3 Oktober 2021 mengatakan bahwa kalau
pada periode awal (40 sd.50 tahun lalu), para religius di Ketapang dan Sekadau
berkulit putih dan hidung mancung, tetapi sekarang sudah diambil alih oleh para
Pasionis berhidung pesek dan kulit kekuning-kuningan, alias orang asli
Indonesia.
“Kami siap mengambil estafet pelayanan, dengan semangat dan
komitmen yang tidak kalah dengan para pendahulu kami,” kata Pastor Niko
menegaskan, seolah mau menjawab anggapan sebagian masyarakat/umat yang
meragukan kemampuan kaum pribumi Indonesia seperti dirinya. Sepertinya
tantangan seperti ini juga yang harus dijawab oleh Uskup Sanggau ke-4
ini.
Dalam Seminar pada kesempatan yang sama, tepatnya pada Sabtu, 2
Oktober 2021 sesi kedua, dengan tema Quo Vadis Pasionis di Era Digital dan Homo
Deus, P. Dr. Valentinus CP mengutip buku berjudul A Brief History of
Tomorrow, tulisan Prof. Yuval Noah Harari dari Universitas Hebrew, Yerusalem,
yang menyatakan bahwa ke depan pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi akan
sangat besar terhadap peradaban manusia, di mana kemampuan manusia nyaris
menyerupai Tuhan, Homo Deus.
“Situasi ini menuntut manusia terus berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan era, demikian juga para Pasionis,” demikian Dr.Valentinus waktu itu.
Itulah sebabnya tema perayaan 75 tahun karya Pasionis di Ketapang, Indonesia
saat itu mengambil tema “Menghadirkan Pasionis di Era Milenial, sebuah
pembaaruan misi”. Ini juga tantangan berikutnya.
Selamat berkarya untuk tahun ke-2. Terus mengukir wajah Yesus
yang penuh kasih dalam komunitas Keuskupan Sanggau.
(R. Musa Narang)