Buku yang menjadi Jembatan Masuk Sejarah Penguasaan Varuna-dvipa oleh Hindu India
Tidak detail. Apalagi komprehensif. Namun, dapat menjadi "jembatan", atau tepatnya fact-finding sejarah masa lampau untuk menggali. Sekaligus mengetahui pengaruh Hindu India masuk ke Varuna-dvipa, nama pulau terbesar ke-3 dunia yakni 743.330 km2, sebelum orang Barat memperkenalkannya kepada dunia dengan nama: Borneo.
Buku ini adalah pintu masuk bagi siapa saja, sejarawan atau penulis, untuk mengeksplorasi kolonisasi Hindu India di Borneo.
Selanjutnya, secara metodologi ilmu sejarah dan hermenutika dapat menyelami sekaligus membongkar jejak pengaruh yang kuat dari peradaban Hindu-India yang sebelumnya menamai pulau ini sebagai Varunadvipa, sebelum istilah "Borneo" menjadi lebih dikenal di kalangan orang Barat.
Varuna-dvipa adalah sebuah istilah dalam bahasa Sanskerta yang menggambarkan "Pulau Varuna."
Nama ini mencerminkan era kuatnya budaya Hindu di wilayah Borneo pada masa lampau. Suatu bukti pertama tentang kolonisasi Hindu di Borneo dapat ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno yang dikenal dengan Yupa. Inskripsi penting yang berasal dari sekitar tahun 400 Masehi yang terdapat di Muara Kaman, wilayah Kalimantan Timur pada ketika ini.
Prasasti-prasasti ini memberikan informasi berharga tentang struktur sosial dan politik saat itu, serta praktik keagamaan yang dijalankan oleh masyarakat Hindu di Borneo.
Salah satu elemen penting dalam sejarah Borneo adalah kolonisasi Hindu yang telah memberi dampak signifikan pada wilayah ini sejak zaman kuno.
Melalui prasasti-prasasti dan catatan-catatan kuno, buku ini menjelajahi aspek-aspek kunci dari kolonisasi Hindu di Borneo. Pengaruhnya tak hanya pada tingkat sejarah, tetapi juga dalam membentuk budaya dan identitas di Brunei.
Sebagai contoh, istilah Varuna-dvipa, yang digunakan untuk merujuk pada Borneo pada masa tersebut, adalah bukti penting tentang pengaruh Hindu.
Prasasti-prasasti kuno juga mengungkapkan peran besar agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Borneo kuno. Bahwa sebelum Kalimantan, ada nama lain bagi pulau yang penduduk aslinya adalah suku bangsa Dayak itu.
Prasasti mencatat tindakan penguasa seperti Raja Mula-varman yang mengadakan banyak upacara Hindu, menyoroti signifikansi agama ini dalam keseharian hidup penduduk lokal pada saat itu.
Prasasti-prasasti ini juga membantu kita memahami organisasi politik dan sistem pemerintahan pada masa tersebut di mana Raja Mula-varman diketahui keturunan langsung raja lokal, Kudungga.
Agama Hindu tidak hanya memengaruhi aspek keagamaan di Brunei pada masa lalu, tetapi juga membentuk budaya dan identitasnya.
Gelar "Seri Bhagwan," yang berarti "Tuhan Yang Maha Kuasa," yang digunakan oleh Sultan Brunei, adalah contoh konkret dari pengaruh agama Hindu dalam struktur kekuasaan dan otoritas politik di Brunei.
Selain itu, seni dan arsitektur Hindu memiliki dampak yang kuat dalam seni dan budaya Brunei.
Kuil-kuil Hindu kuno dan relief-reliefnya, yang masih dapat ditemukan di beberapa tempat di Brunei, mencerminkan bagaimana agama ini meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Meskipun agama Hindu tidak lagi menjadi mayoritas di Brunei, pengaruhnya masih terasa dalam nama-nama tempat, tradisi kuno, dan beberapa praktik keagamaan. Ini adalah bukti betapa berkelanjutannya pengaruh agama Hindu selama berabad-abad.
Sejarah kolonisasi Hindu di Borneo, atau Varunadvipa, adalah bagian yang sering kali terlupakan dalam sejarah Brunei.
Buku ini memberikan pandangan mendalam ke dalam pengaruh Hindu yang kuat dalam membentuk budaya dan identitas Brunei pada masa lampau, serta bagaimana warisan ini masih memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami kontribusi budaya dan ilmiah India dalam sejarah dunia, kita dapat menghargai keragaman budaya dan agama yang ada di pulau terbesar di dunia. Sekaligus menyibak bagian penting yang sering kali terlupakan dalam sejarahnya.
(Rangkaya Bada)