Burung Garuda: Mitos ataukah Realita?
Asli penampakan lambang Kerajaan Sintang. Dok. penulis |
Lambang kerajaan Sintang, yang diciptakan oleh seniman lokal Dayak bernama Sutha Manggala, memainkan peran yang menarik dalam sejarah pembentukan lambang negara Republik Indonesia.
Sejarahnya membingkai kisah perjalanan yang memukau tentang bagaimana simbol-simbol dan ide-ide dari berbagai budaya dan periode waktu dapat berkumpul dan berkontribusi pada pembentukan simbol nasional yang kuat.
Baca Para Pemecah Batu Di Sanggau Dan Sekitarnya
Awalnya, Sutha Manggala, dengan pandangan cermatnya, menarik inspirasi dari gantungan gong gamelan yang dijadikan sebagai barang antaran lamaran Patih Loh Gender kepada putri kerajaan Sintang, Darajuanti.
Lambang negara Indonesia sebelum penyempurnaan. Arsip Perpustakaan Nasional RI. |
Ide ini kemudian menjadi dasar untuk menciptakan lambang kerajaan Sintang yang mencakup patung burung Garuda dengan dua kepala.
Selanjutnya, lambang kerajaan Sintang ini menjadi model bagi Sultan Hamid II dalam proses dinamis menciptakan lambang negara Indonesia yang kita kenal sebagai burung garuda. Sultan Hamid II, yang memimpin Panitia Lencana Negara pada tahun 1950, adalah salah satu tokoh kunci yang terlibat dalam proses ini.
Baca Fakta Sejarah: Pemilihan Langsung Oleh Rakyat "The Ruling Party" Hanya Berkuasa 2 Periode
Sejarah lambang negara Indonesia mencakup tiga tahap penyempurnaan, di mana perbaikan kedua, yaitu menghilangkan unsur tangan dan bahu manusia yang memegang prisai pada gambar burung Garuda, sangat penting.
Penulis di latar depan simbol kerajaan Sintang di Museum Poesaka Ningrat Kesultanan Sintang. |
Partai Masyumi menganggapnya terlalu berdasarkan mitologi. Sedemikian rupa, sehingga akhirnya gambar lambang Garuda diubah menjadi Rajawali Garuda Pancasila.
Lambang kerajaan Sintang yang mirip dengan lambang negara Indonesia masih ada di istana Al Muqqaromah Sintang dalam bentuk patung burung Garuda, mengingatkan kita akan peran penting Sutha Manggala dan kerajaan Sintang dalam membentuk simbol negara ini.
Dalam konteks sejarah dan budaya, perjalanan yang melibatkan berbagai tokoh dan elemen budaya ini menjadi gambaran yang kuat tentang bagaimana Indonesia merangkai sejarahnya dan menciptakan simbol nasional yang kuat.
Baca Babai Cinga Tinggal Dan Berasal Dari Tampun Juah
Terlepas dari perdebatan tentang siapa yang patut mendapat pengakuan lebih besar dalam proses pembentukan lambang negara ini, Sintang dan Pontianak (Kalimantan Barat) telah berperan penting dalam menjaga warisan budaya dan sejarah Indonesia.
Lambang kerajaan Sintang ini menjadi model bagi Sultan Hamid II dalam proses dinamis menciptakan lambang negara Indonesia yang kita kenal sebagai burung garuda.
Tentu, pandangan terhadap lambang kerajaan Sintang ini adalah subjektif dan tergantung pada interpretasi masing-masing orang. Namun, lambang ini bukan hanya gambaran visual, tetapi juga sebuah simbol yang memancarkan sejarah, budaya, dan perjuangan yang tak terlupakan dalam perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan.
Lambang kerajaan Sintang, yang diciptakan oleh seniman lokal Dayak bernama Sutha Manggala, memainkan peran yang menarik dalam sejarah pembentukan lambang negara Republik Indonesia.
Sejarahnya membingkai kisah perjalanan yang memukau tentang bagaimana simbol-simbol dan ide-ide dari berbagai budaya dan periode waktu dapat berkumpul dan berkontribusi pada pembentukan simbol nasional yang kuat.
Awalnya, Sutha Manggala, dengan pandangan cermatnya, menarik inspirasi dari gantungan gong gamelan yang dijadikan sebagai barang antaran lamaran Patih Loh Gender kepada putri kerajaan Sintang, Darajuanti.
Ukiran pada gantungan gong ini menggambarkan burung Garuda dengan dua kepala yang berlawanan pandang, satu kepala burung dan satu kepala manusia. Ide ini kemudian menjadi dasar untuk menciptakan lambang kerajaan Sintang yang mencakup patung burung Garuda dengan dua kepala.
Selanjutnya, lambang kerajaan Sintang ini menjadi model bagi Sultan Hamid II dalam proses dinamis menciptakan lambang negara Indonesia yang kita kenal sebagai burung garuda.
Sultan Hamid II, yang memimpin Panitia Lencana Negara pada tahun 1950, adalah salah satu tokoh kunci yang terlibat dalam proses ini.
Sejarah lambang negara Indonesia mencakup tiga tahap penyempurnaan, di mana perbaikan kedua, yaitu menghilangkan unsur tangan dan bahu manusia yang memegang prisai pada gambar burung Garuda, sangat penting.
Partai Masyumi menganggapnya terlalu berdasarkan mitologi, dan akhirnya, gambar lambang Garuda diubah menjadi Garuda Pancasila.
Lambang negara Indonesia yang mirip dengan lambang Kerajaan Sintang ini masih ada di istana Al Muqqaromah Sintang dalam bentuk patung burung Garuda, mengingatkan kita akan peran penting Sutha Manggala dan kerajaan Sintang dalam membentuk simbol negara ini.
Dalam konteks sejarah dan budaya, perjalanan yang melibatkan berbagai tokoh dan elemen budaya ini menjadi gambaran yang kuat tentang bagaimana Indonesia merangkai sejarahnya dan menciptakan simbol nasional yang kuat. Terlepas dari perdebatan tentang siapa yang patut mendapat pengakuan lebih besar dalam proses pembentukan lambang negara ini, Sintang dan Pontianak (Kalimantan Barat) telah berperan penting dalam menjaga warisan budaya dan sejarah Indonesia.
Tentu, pandangan terhadap lambang kerajaan Sintang berdasarkan bukti otentik secara historis, bukan dilandasi subjektivitas semata. Ada pelaku, peritiwa, dan settingnya. Sedemikian rupa, sehingga bisa dibuktikan.
Namun, lambang ini bukan hanya gambaran visual, tetapi juga sebuah simbol yang memancarkan sejarah, budaya, dan perjuangan yang tak terlupakan dalam perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. (Rangkaya Bada)