Belajar Dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) : Modal Nekad (2)
Potret para gubernur jenderal VOC. Dok. Istimewa. |
Sejak SD, kita telah akrab dengan VOC. Singkatan dari Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perusahaan Hindia Timur Belanda dalam bahasa Indonesia.
VOC adalah perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602 yang beroperasi hingga akhir abad ke-18. Perusahaan milik bangsa kolonial ini berpengaruh besar di wilayah Nusantara, yang mencakup sebagian besar wilayah Indonesia modern saat ini.
Sejak diperkenalkannya materi sejarah di sekolah dasar (SD), kita diajarkan tentang peran VOC dalam sejarah Indonesia.
Seperti diketahui bahwa VOC didirikan dengan tujuan untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah, terutama rempah-rempah langka seperti cengkeh, lada, dan kayu manis di wilayah Asia Tenggara.
Baca Belajar Dari Vereenigde Oostindische Compagnie - VOC : Modal Nekad (1)
VOC mendirikan basis perdagangan dan benteng-benteng di berbagai pulau di Nusantara, termasuk di Batavia (sekarang Jakarta), Makassar, dan Ambon. VOC juga terlibat dalam perang dengan kerajaan-kerajaan lokal dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan dagang lainnya, seperti Inggris, dalam upaya mengendalikan perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan.
Namun, sejarah VOC juga mencatat sisi gelapnya. Perusahaan ini terlibat dalam praktik monopoli dan eksploitasi terhadap penduduk pribumi. Selain menerapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang memaksa petani Indonesia untuk menghasilkan komoditas tertentu bagi VOC.
Selama masa peguasaan oleh VOC di Nusantara, terjadi banyak konflik dan pemberontakan lokal, yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan kolonial.
VOC bubar karena kompeni Belanda ini bangkrut karena korupsi luar biasa para pejabatnya. Di samping kewalahan membiayai pemberontakan lokal menghadapi perlawanan dari penduduk dan kerajaan-kerajaan lokal Nusantara yang ingin merdeka.
Kedudukan VOC dalam sejarah Nusantara membuatnya menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan di Indonesia.
Oleh karena itu, sejak SD, kita telah akrab dengan VOC sebagai simbol kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, serta dampaknya yang kompleks terhadap masyarakat dan budaya setempat.
Dengan memahami peran VOC, generasi muda Indonesia diharapkan dapat menghargai sejarah negaranya dan belajar dari pengalaman masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Gubernur Jenderal VOC di Nusantara
Dalam pelajaran sejarah, kita wajib mengfahal pada gubenur jenderal VOC.
Berikut adalah daftar Gubernur Jenderal Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di Nusantara berdasarkan urutan kronologis:
GUBERNUR JENDRAL V.O.C.
1609 – 1614 Pieter Both (? – 1615)
1614 – 1615 Gerard Reynst (?– 1615)
1615 – 1619 Laurens Reael (1583 – 1637)
1619 – 1623 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1629)
1623 – 1627 Pieter de Carpentier (1588 – 1659)
1627 – 1629 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1630)
1629 – 1632 Jacques Specx (1588 – ?)
1632 – 1636 Hendrik Brauwer (1581 – 1643)
1636 – 1645 Anthony van Diemen (1593 – 1645)
1645 – 1650 Cornelis van der Lijn (1608 – ?)
1650 – 1653 Carel Reyniersz (1604 – 1653)
1653 – 1678 Joan Maetsuycker (1606 – 1678)
1678 – 1681 Rijkloff van Goens (1619 – 1682)
1681 – 1684 Cornelis Janszoon Speelman (1628 – 1684)
1684 – 1691 Joannes Camphuys (1634 – 1695)
1691 – 1704 Willem van Outhoorn 1635 – 1720)
1704 – 1709 Joan van Hoorn (1653 – 1713)
1709 – 1713 Abraham van Riebeeck (1653 – 1713)
1713 – 1718 Christoffel van Swoll (1663 – 1718)
1718 – 1725 Hendrick Zwaardecroon (1667 – 1728)
1725 – 1729 Mattheus de Haan (1663 – 1729)
1729 – 1732 Diederik Durven (1676 – 1740)
1732 – 1735 Dirk van Cloon (1684 – 1735)
1735 – 1737 Abraham Patras (1671 – 1737)
1737 – 1741 Adriaen Valckenier (1695 – 1751)
1741 – 1743 Johannes Thedens (1680 – 1748)
1743 – 1750 Gustaaf Willem, Baron van Imhoff (1705 – 1750)
1750 – 1761 Jacob Mossel (1704 – 1761)
1761 – 1775 Petrus Albertus van der Parra (1714 – 1775)
1775 – 1777 Jeremias van Riemsdijk (1712 – 1777)
1777 – 1780 Reinier de Klerk (1710 – 1780)
1780 – 1796 Willem Arnold Alting (1724 – 1800)
1796 – 1801 Pieter Gerardus van Overstraten (1755 – 1801)
1801 – 1805 Johannes Siberg (1740 – 1817)
1805 – 1808 Albertus Henricus Wiese (1761 – 1810)
1808 – 1811 Herman Willem Daendels (1762 – 1818)
1811 – 1811 Jan Willem Janssens (1762 – 1838)
MASA PERALIHAN INGGRIS
1811 – 1816 Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826)
1816 John Fendall (1762 – 1825)
KOMISARIS JENDRAL
1814 – 1816 C. Th. Elout (1767 – 1841) dan A.A. Buyskes (1771 – ?)
GUBERNUR JENDRAL HINDIA BELANDA
1816 – 1826 Godert Alexander Gerard Philip, Baron van der Capellen (1778 – 1848)
1826 – 1830 Leonard Pierre Joseph, Burggraaf du Bus de Gisignies (1780 – 1849)
1830 – 1834 Johannes van den Bosch (1780 – 1839)
1834 – 1836 Jean Chretien Baud (1789 – 1859)
1836 – 1840 Dominique Jacques (de) Eerens (1781 – 1840)
1841 – 1844 Pieter Merkus (1787 – 1844)
1845 – 1851 Jan Jacob Rochussen (1797 – 1871)
1851 – 1856 Albertus Jacobus Duijmaer van Twist (1809 – 1887)
1856 – 1861 Chrales Ferdinand Pahud (1803 – 1873)
1861 – 1866 Ludolf Anne Jan Wilt, Baron Sloet van de Beele (1806 – 1890)
1866 – 1872 Pieter Meijer (1812 – 1881)
1872 – 1875 James Loudon (1824 – 1884)
1875 – 1881 Johan Wilhelm van Lansberge (1830 – 1905)
1881 – 1884 Frederik s’Jacob (1822 – 1901)
1884 – 1888 Otto van Rees (1823 – 1892)
1888 – 1893 Cornelis Pijnacker Hordijk (1847 – 1908)
1893 – 1899 Jhr. Carel Herman Aart van der Wijck (1840 – 1914)
1899 – 1905 Willem Rooseboom (1843 – 1920)
1905 – 1909 Johannes Benedictus van Heutsz (1851 – 1924)
1909 – 1916 Alexander Willem Frederik Idenburg (1861 – 1935)
1916 – 1921 Jean Paul, Graaf van Limburg Stirum (1873 – 1958)
1921 – 1926 Dirk Fock (1858 – 1941)
1926 – 1931 Jhr. Andries Cornelis Dirk de Graeff (1872 – 1957)
1931 – 1936 Jhr. Bonifacius Cornelis de Jonge (1875 – 1958)
1936 – 1945 Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1888 – 1978).
LETNAN GUBERNUR JENDRAL
1941 – 1942 Hubertus Johannes van Mook (1894 – 1965)
1944 – 1948 Hubertus Johannes van Mook (1894 – 1965)
BUPATI JAWA DARI MILITER JEPANG
1942 Imamura Hitoshi
1942 – 1944 Harada Kumakichi
1944 – 1945 Yamamoto Moichiro
PERWAKILAN TINGGI TAHTA BELANDA (HIGH COMMISSIONER)
1948 – 1949 Louis Joseph Maria Beel (1902 – 1977)
1949 Antonius Hermanus Johannes Lovink (1902 – 1995)
GUBERNUR WEST NEW GUINEA (IRIAN JAYA)
1950 – 1953 Simon L. Van Waardenburg
1953 – 1958 Jan van Baal
1958 – 1962 Pieter J. Plateel (1911 – 1978)
Selain nama di atas, Wikipedia mencantumkan juga nama-nama ini:
1841 – 1841 C.S.W. Graaf van Hogendorp
1844 – 1845 Jhr J.C. Reijnst
Apa sebab VOC bubar?
VOC bubar karena perusahaan dagang ini bangkrut karena korupsi luar biasa para pejabatnya. Di samping kewalahan membiayai pemberontakan lokal menghadapi perlawanan dari penduduk dan kerajaan-kerajaan lokal Nusantara yang ingin merdeka.
Kemudian VOC tersebut dibubarkan. Lalu pemerintahan Belanda di Nusantara pun berubah. Maka pada tahun 1816, Belanda mendirikan Hindia Belanda Adapun posisi Gubernur Jenderal digantikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Siapa Gubernur Jenderal VOC di Nusantara terlama?
Gubernur Jenderal VOC di Nusantara yang diurutkan berdasarkan tahun lamanya menjabat, dari yang terlama ke yang terpendek:
1. Joan Maetsuycker (1653-1678)
Kepemimpinan Terpanjang: Joan Maetsuycker memegang jabatan Gubernur Jenderal selama 25 tahun, menjadikannya Gubernur Jenderal terpanjang dalam sejarah VOC.
Ekspansi dan Perdagangan: Selama masa jabatannya, Maetsuycker memperluas wilayah kekuasaan VOC di Nusantara dan mengukuhkan pengaruh perdagangan perusahaan di wilayah tersebut. Ia berhasil mengatasi persaingan dengan Inggris di Hindia Timur.
2. Willem van Outhoorn (1691-1704)
Pengembangan Batavia: Gubernur Jenderal Outhoorn terkenal karena mengembangkan Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat perdagangan utama VOC. Ia membangun berbagai infrastruktur, termasuk kanal-kanal untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan dalam kota.
Reformasi Hukum: Outhoorn melakukan reformasi hukum dalam sistem peradilan VOC dan memperkenalkan peraturan yang lebih ketat dalam administrasi perusahaan.
3. Johannes Camphuys (1684-1691)
Pembukaan Daerah Pedalaman: Camphuys fokus pada penjelajahan dan pembukaan wilayah pedalaman Nusantara. Ia memperluas penetrasi VOC ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Stabilitas dan Administrasi: Ia memperkuat administrasi dan mengurangi korupsi dalam organisasi VOC, menciptakan stabilitas yang memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih efisien.
4. Joan van Hoorn (1704-1709)
Kebijakan Persahabatan: Gubernur Jenderal van Hoorn dikenal karena kebijakan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan pribumi di Nusantara. Hal ini membantu menciptakan stabilitas dan perdagangan yang lancar.
Pembangunan Kota: Ia memperluas Batavia dengan membangun lebih banyak benteng dan infrastruktur, meningkatkan kekuatan VOC di pulau Jawa.
5. Abraham Patras (1732-1735)
Penaklukan Mataram: Salah satu pencapaian utama Patras adalah penaklukan Kerajaan Mataram. Ini adalah konflik besar yang memuncak dalam Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang mengakhiri konflik ini dan membagi wilayah Mataram menjadi dua.
Setiap Gubernur Jenderal ini berdampak signifikan pada sejarah Nusantara. Mereka memainkan peran VOC dalam perdagangan dan pemerintahan di wilayah tersebut. Suatu catatan sejarah bagaimana kekuatan dan kekuasaan asing tidak mampu bertahan abadi di tanah yang bukan merupakan hak milik warisannya.
Para Gubernur Jenderal masing-masing berkontribusi dalam pengembangan wilayah dan perluasan pengaruh VOC di Hindia Timur. (Rangkaya Bada)