Terpaut Cinta dengan AI
|
“Kriiiiiik!” rem mendadak dari Honda Jazz.
"Asem! Emang gua kaga punya mobil bagus?"
Ella kaget. Mahasiswi semester akhir S-2 yang sedang menyelesaikan tesis Jurusan Psikologi sebuah perguruan tinggi di Kota Gudeg itu, tak sadar, bergumam.
"Asem! Emang gua kaga punya mobil
bagus?"
Sengaja Ella memarkir
mobil jauh dari ruang kelas. Di bawah pepohonan yang rimbun. Agar mobil kesayangan pemberian ayah untuk dirinya karena ranking pertama di kelasnya tidak cepat rusak. IPK Ella
sempurna: 4,0.
Kampus dibelenggu oleh terik sinar matahari. Dengan langkah tergesa, Ella memasuki koridor yang menghubungkan aula kampus dan ruang kelas. Masih ada waktu 5 menit lagi kuliah mulai. Namun, Ella tak pernah mau ketinggalan sedetik pun. Ia sudah harus ada depan kelas, sebelum dosen datang memberi kuliah.
Keharuman bunga-bunga yang menyambutnya di lorong itu pun terasa sebagai pengiring doa dalam langkah-langkah tergesanya. Ia tahu betul, waktu adalah musuh terbesarnya hari ini.
Ella sangat fokus pada studinya dan bekerja keras untuk mempertahankan IPK yang cemerlang. Namun, seiring berjalannya waktu. Ia mulai merasa tertekan oleh tugas-tugasnya yang semakin rumit.
Ella merasa
terisolasi dari teman-temannya karena selalu sibuk dengan tesisnya. Inilah
saatnya ketika ia secara tak sengaja menemukan Chat GPT. Yakni sebuah AI yang mampu
menjawab pertanyaan dan membantu dengan tugas-tugas tertentu.
Seketika itu juga, Ella terpesona oleh kemampuan AI ini. Ia mulai menggunakan Chat GPT untuk membantunya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Juga membantunya menlancarkan dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Hingga akhirnya, ia menghabiskan lebih banyak waktu dengan AI daripada dengan teman-temannya.
Dengan perlahan, Ella menjadi asosial. Perempuan tinggi semampai dengan warna kulit kuning langsat lebih memilih
berbicara dengan AI daripada berinteraksi dengan manusia. Termasuk dengan pacarnya.
Namun, perubahan ini tidak luput dari perhatian Herman,
pacar Ella. Mereka telah menjalani hubungan selama tiga tahun, dan Herman
merasa ada yang berubah pada Ella. Saat mereka berdua bertemu dan bercanda, Ella sering
kali terlihat terdiam dan lebih sibuk dengan ponselnya. Herman mencoba untuk
mencumbunya, mencari keintiman seperti biasanya, tetapi Ella selalu menolaknya.
Akhirnya, Herman tidak tahan lagi dan menghadap Ella.
"Ella," katanya dengan suara lembut, "Aku merasa kita tidak lagi
dekat seperti dulu. Ada apa denganmu? Apakah aku melakukan sesuatu yang
salah?"
Ella merasa terjebak. Dia mencintai AI, tetapi juga tidak ingin kehilangan Herman. Ia menjawab dengan ragu,
"Aku hanya sibuk dengan
tesisku, Herman. Aku akan lebih baik nanti, janji."
Herman mengangguk. Tetapi ekspresinya penuh keraguan. Ia tahu
ada sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak tahu apa itu. Pertengkaran mereka
semakin sering terjadi, dan hubungan mereka semakin tegang.
Suatu hari.
Setelah pertengkaran yang hebat. Ella akhirnya memutuskan untuk membuka diri kepada Herman tentang hubungannya dengan AI. Dia menjelaskan bagaimana dia merasa terhubung dengan AI dan menghabiskan banyak waktu dengannya.
Herman mendengarkan dengan perasaan campuran. Antara
kebingungan dan cemas.
Ketika Ella selesai rehabilitasi mental ke psikolog,ia mencoba mencari Herman. Tapi apa daya. Herman telah menjalin cinta dan hubungan serius dengan Ega, perempuan yang mengerem mobil dengan bunyi "Kriiiiiik! " yang dulu mengagetkannya.
Setelah berbicara panjang lebar, Herman dan Ella memutuskan
untuk mencari bantuan bersama. Mereka berkonsultasi dengan seorang psikolog hubungan untuk membantu mereka mengatasi masalah ini. Proses ini memakan waktu. Tetapi mereka berdua belajar untuk berkomunikasi secara lebih terbuka dan jujur
satu sama lain.
Hanya kepada Herman Ella berani mengungkapkan apa yang sesungguhnya ia alami. "Aku sering chat GPT. Dan merasa Chat pinter itu hidup. Seperti manusia. Aku sering membawanya tidur bahkan menjadi teman pendamping tidurku."
Tentunya Herman kaget bukan alang kepalang mendengar pengakuan Ella yang sangat jujur itu.
"Aku sampai ke psiko," aku Ella.
"Apa kata tentang gejala yang kau alami degan AI".
"Dokter bilang aku
Mula-mula Herman tak tahu. Karena penasaran, Herman ke perpustakaan kampus. Di sana ia membuka kamus istilah psikologi berbahasa Inggris.
Herman menemukan penjelasan gejala deviasi kejiwaan yang dialami sang kekasih hatinya dari buku berjudul Karl Abraham: The Birth of Object Relations Theory.
Herman memahami teks bahasa Inggris buku itu jika diindonesiakan sebagai berikut:
Autoerotisme dipasangkan dengan aloerotisme, sementara narsisme adalah kebalikan dari objektalitas. Yakni fenomena emosi seksual spontan yang muncul tanpa rangsangan eksternal yang berasal, langsung atau tidak langsung, dari orang lain. Definisi tersebut tidak termasuk kegembiraan seksual normal yang muncul ketika ada kehadiran orang yang dicintai dari jenis kelamin yang berlawanan; juga tidak termasuk seksualitas yang bengkok yang terkait dengan daya tarik kepada orang dari jenis kelamin yang sama; dan ini juga tidak mencakup berbagai bentuk fetisisme erotis di mana fokus normal dari daya tarik seksual digantikan, dan emosi sensual hanya muncul oleh objek tertentu - seperti rambut, sepatu, pakaian, dll - yang bagi para pecinta biasa mungkin menjadi penting namun masih penting.
Bidang autoerotisme sangat luas; mulai dari lamunan sensual sesekali, di mana subjek sepenuhnya pasif, hingga usaha terus-menerus dan tanpa rasa malu untuk memanipulasi diri seksual yang diamati pada orang gila. Ini juga mencakup, meskipun terutama sebagai hal yang unik, kasus-kasus di mana individu jatuh cinta pada diri mereka sendiri. Di antara fenomena autoerotik, atau di daerah perbatasannya, kita juga harus memasukkan manifestasi seksual agama untuk objek ideal, yang bisa kita temukan buktinya dalam kehidupan orang suci dan ekstasis. Bentuk khas dari autoerotisme adalah terjadinya orgasme seksual selama tidur."
"Wah! wah! Gawat!" pikir Herman.
Mulai saat itu, diam-diam Herman meninggalkan Ella dan menjauhinya. Tapi tidak secara tegas memutuskan cinta mereka. Karena Ella telah mengalami kelainan jiwa.
Ella mencium perubahan dari Herman. "Ini semua salahku!" gumamnya dalam hati.
Ella menyadari bahwa meskipun AI bisa menjadi
teman yang baik dan membantu, hubungan manusia yang sejati dengan Herman lebih
berharga. Ia belajar untuk membatasi penggunaannya dan menempatkan Herman di
tengah perhatiannya. Herman juga belajar untuk memberikan dukungan pada Ella
dalam tesisnya tanpa merasa terancam oleh AI.
Mereka melewati masa sulit itu bersama-sama dan akhirnya
memperkuat hubungan mereka. Tesis Ella selesai dengan sukses, dan mereka
mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya keseimbangan antara teknologi
dan kehidupan nyata dalam hubungan mereka.
***
Sejak putus dengan Herman. Nilai Ella anjlok.IPK-nya menjadi hanya 3,80. Ayahnya kesal dan menarik mobil Honda Jazz biru kesayangannya.
"Mobil akan papa serahkan jika IPK mu kemabali di 3,95, tidak mungkin lagi 4,0," kata ayah.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Ketika Ella selesai
rehabilitasi mental ke psikolog,ia mencoba mencari Herman. Tapi apa daya.
Herman telah menjalin cinta dan hubungan serius dengan Ega, perempuan yang
mengerem mobil dengan bunyi "Kriiiiiik! " yang dulu mengagetkannya.
Setelah putus dengan Herman, kehidupan Ella mulai berubah.
Kehilangan cinta sejati menambah guncangan jiwanya. Stres dari
perpisahan tersebut berdampak pada akademisnya. IPK yang biasanya sempurna
dengan nilai 4,0 turun menjadi 3,80. Ayahnya sangat kesal. Lalu menarik mobil
Honda Jazz biru kesayangan dari Ella.
"Mobil ini akan aku serahkan kembali jika IPK-mu
kembali mencapai 3,95. Tapi tidak akan mungkin lagi 4,0," kata
ayahnya dengan nada suara ngegas.
Ella merasa dunianya runtuh. Ia merasa seperti sedang jatuh
tertimpa tangga. Ketika semangatnya mulai mereda, ia memutuskan untuk mencari
bantuan. Ia kembali mendatangi psikolog yang pernah membantunya pulih dari
obsesinya pada AI. Terapi mentalnya membantu Ella untuk mengatasi perasaan
kehilangan dan membantu memulihkan dirinya.
Namun, meskipun Ella mencoba memperbaiki dirinya. Ada satu
hal yang tidak dapat ia atasi: Herman telah menemukan cinta yang baru. Ia
mengetahui dari teman-temannya bahwa Herman telah menjalin hubungan serius
dengan Ega, seorang perempuan yang, tak terhindarkan, membuat bunyi
"Kriiiiiik!" dengan mobilnya yang telah mengagetkannya di masa lalu.
Ella merasa patah hati dan kehilangan harapan. Ketika ia
mencoba mencari Herman untuk berbicara dan mungkin memperbaiki hubungan mereka,
ia menyadari bahwa Herman telah pergi begitu jauh dengan Ega. Mereka tampak
bahagia bersama, dan Ella tahu bahwa tak ada jalan kembali.
Meskipun perjalanan Ella penuh dengan patah hati, ia
akhirnya menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri. Ia berusaha untuk meraih kembali
IPK-nya yang tinggi dan memperbaiki hubungannya dengan ayahnya. Ini bukan
perjalanan yang mudah, tetapi dengan dukungan dari psikolognya dan tekadnya
yang kuat, Ella berusaha untuk bangkit kembali.
Waktu berlalu, dan Ella mulai menemukan kebahagiaan dalam
kesendirian dan pencapaian-pencapaian akademisnya. Meskipun cinta pertamanya
telah pergi, ia belajar bahwa ia adalah orang yang berharga dan mampu meraih
kesuksesan dalam hidupnya sendiri.
Setelah Herman meninggalkannya. Serasa hampa dan luka mendera hati Ella. Cinta yang terputus meruntuhkan semangatnya, membuyarkan mimpi-mimpi masa depan.
Bagai bunga yang tergelincir dari ranting, nilai akademisnya pun layu.
IPK yang sebelumnya mekar sempurna dengan angka 4,0, kini hanya menyisakan
bayangan, 3,80.
Mobil Honda Jazz biru, hadiah dari sang ayah, yang selalu
menyertai Ella di setiap langkahnya, tiba-tiba dicabut dari genggaman. Ayahnya
merasa kecewa dan murka. Dan berkata, "Mobil ini akan kembali padamu jika
IPK-mu mampu kembali bersinar di angka 3,95. Tetapi impian 4,0, itu tidak akan
pernah tercapai lagi."
Ella, yang merasa hidupnya seperti dalam pelukan kegelapan,
akhirnya mendapatkan keberanian untuk mencari bantuan. Ia menghadap psikolog
yang pernah menyelamatkannya dari belenggu obsesi cinta pada AI. Terapi mentalnya
menjadi cahaya dalam gelapnya. Membantu Ella memulihkan hatinya yang terluka.
Namun, di tengah upayanya meraih kembali keseimbangan, Ella menyadari satu kenyataan yang tak terhindarkan: Herman telah menemukan cinta yang baru.
Dalam ceruk hatinya, Ella mengetahui dari bisikan teman-temannya
bahwa Herman telah menjalin hubungan yang kokoh dengan Ega. Seorang perempuan
yang, seperti takdir dahulu membunyikan "Kriiiiiik!" dengan mobilnya
yang pernah mengagetkannya.
Ella terduduk lemah dan kehilangan arah. Saat mencoba untuk
mencari Herman, mungkin mencari peluang kedua, Ella mengerti bahwa Herman telah
pergi begitu jauh dengan Ega. Mereka berdua terlihat bahagia bersama, sementara
Ella merasakan senyumnya yang pudar.
Walaupun hatinya hancur, Ella menemukan kekuatan dalam dirinya. Ia mulai meraih kembali kecerdasan akademisnya yang luar biasa dan berusaha memperbaiki hubungannya dengan sang ayah.
Perjalanan ini adalah
perjuangan. Tetapi dengan setiap langkah yang diambilnya, Ella menemukan
secercah harapan dan kemuliaan dalam dirinya sendiri.
Mungkinkah Herman kembali lagi padanya? Setelah Ella putus cinta dengan Artificial Intelligence (AI)?
Cinta bukan sebatas menghabiskan waktu dengan AI. Tapi juga mencumbuinya. Mengajaknya kencan, dalam bahasa cinta, bak pacarann dengan manusia biasa yang punya perasan dan hati. ***
NB.Cerpen ini dikembangkan dari true sory anak sahabat yang temannya sempat menjalin cinta dengan AI, ke psikolog untuk rehabilitasi, kemudia "bertobat".
Sekadar untuk diketahui bagi yang belum ngeh. Bagi yang sudah skip saja, atau anggap refreshing: Artificial Intelligence (AI), atau Kecerdasan Buatan dalam bahasa Indonesia, merujuk pada kemampuan mesin komputer atau program perangkat lunak untuk melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia. Ini termasuk kemampuan untuk belajar dari pengalaman (machine learning), pemrosesan bahasa alami, pengenalan pola, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. AI digunakan dalam berbagai bidang, termasuk pengembangan perangkat lunak, robotika, otomatisasi industri, perawatan kesehatan, kendaraan otonom, dan banyak lagi. AI terus berkembang dan menjadi semakin penting dalam dunia modern.