Perkumpulan Ayung Sekadau di Ketapang Berawal dari Panitia Syukuran Tahbisan Imam, Seorang Kini Uskup Sanggau
26 September 1998 mereka tahbisan. Seorang kini disapa "monseigneur", Uskup Sanggau. Syukuran tahbisan 10 orang muda ini cikal bakal Perkumpulan Ayung Sekadau di Ketapang. |
SANGGAU NEWS : Peristiwa-peristiwa penting dalam hidup seseorang atau komunitas sangatlah berharga dan seharusnya tidak dilupakan begitu saja.
Hal yang sama berlaku untuk peristiwa penting dalam perjalanan imamat para kaum religius atau biarawan/wati, yang setara dengan peristiwa memasuki jenjang hidup berkeluarga atau perkawinan untuk kaum awam.
Itulah yang terjadi pada tanggal 26 September 1998 di Sekadau, di mana 10 orang muda ditahbiskan menjadi imam, terdiri dari 7 Imam CP, 2 Imam Diosesan, dan 1 Imam SVD.
Mereka adalah Valentinus Saeng, CP, yang sekarang menjadi Uskup Keuskupan Sanggau, P. Johan Paulus, CP, P. Ligorius, CP, P. Yoseph, CP, P. Romio, CP, P. Donatus, CP, P. Martinus Dubalt, CP (alm), P. Rian, Pr, P. Fidelis, Pr, dan P. Imanuel Grasius, SVD. Mereka ditahbiskan oleh Uskup Sanggau, Mgr. Yulius Mencucini, CP, dalam sebuah upacara yang meriah dan mengesankan.
Baca Mgr. Dr. Valentinus Saeng, CP: Uskup Sanggau Asal Sekadau
Beberapa di antara mereka, saat menjalani Tahun Orientasi Pastoral, ditugaskan di Keuskupan Ketapang, seperti P. Yoseph, CP, P. Martinus Dubalt, CP (alm), dan P. Valentinus Saeng, CP. Di Ketapang, mereka bertemu dengan banyak umat yang berasal dari wilayah Sekadau, bahkan keluarga dekat mereka. Sebagai contoh, P. Yoseph, CP, dan P. Martinus Dubalt, CP (alm), berasal dari Kecamatan Nanga Mahap, dan P. Valentinus Saeng, CP, berasal dari daerah Mualang atau Belitang.
Orang Katolik Ketapang yang berasal dari Sekadau cukup banyak, bahkan ada yang sudah memasuki generasi ke-4 sejak mereka tinggal di kota Ketapang, seperti ibu Lusia E. Sunarto, yang berasal dari Desa Cenayan, Kecamatan Nanga Mahap, yang kini sudah memiliki cicit. Lusia E. Sunarto bersuamikan Ignatius Sunarto, yang berasal dari Sendangsono, Jawa Tengah, yang merupakan mantan guru dan mantan Kepala STM Usaba Ketapang. P. Yosep dan P. Martinus Dubalt memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga besar Ibu Sunarto.
Di lain pihak, P. Valentinus Saeng, CP (kini: Monseigneur Valentinus Saeng), bertemu dengan orang-orang asal Belitang, Mualang, seperti Paulus Lanjak, asal Empajak, Heronimus Denggol (alm), anak PJ. Denggol (alm) yang dijadikan anak angkat C. Petrus Buan dari Janang Ran, Heronimus Tanam dari Kerintak, Wilhelmus Willy dari Merbang, dan masih banyak lagi. Selain itu, masih ada orang Sekadau yang berasal dari Jalan Sintang, seperti Redemptus Musa dan Masnani Elias; dari Kecamatan Sekadau Hulu, seperti M.A. Suri, P. Suhardi, dan Selestinus Ames yang berasal dari Natai Ucung/Natai Ubah, Philipus dari Tapang Perodah, juga Yosef Yustinus dari Pait Setugal.
Siapa sangka, seorang dari 10 imam muda itu nanti jadi Uskup? Ketika panitia syukuran diadakan upacara pembubaran. Panitia dan anggota panitia itu tidak perlu dibubarkan, tetapi diubah menjadi sebuah Paguyuban. Paguyuban diberi nama "Perkumpulan Ayung Sekadau di Ketapang", disingkat PAS.
Pada tahun 1996, Paroki St. Petrus dan Paulus Sekadau memutuskan untuk merombak Gedung Gereja lama dan menggantikannya dengan Gedung Gereja baru yang lebih luas dan megah, mengingat gereja lama tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan umat yang terus berkembang.
Ketika Musa pulang ke Sekadau, ia membawa surat permohonan sumbangan pembangunan gereja ini oleh Ketua Panitia Pembangunan Gereja, Ignatius R. Suharto (alm.), yang juga Ketua DPP dan mantan Kepala Sekolahnya saat menempuh Pendidikan di SPG Sekadau. Setelah sampai di Ketapang, Musa bertanya kepada beberapa warga asal Sekadau lainnya apakah mereka juga menerima surat permohonan sumbangan pembangunan gereja, namun ternyata tidak ada yang menerima.
Setelah berkomunikasi dengan para sesepuh Ayung Sekadau seperti Ibu Lusia Sunarto, Paulus Lanjak, M.A. Suri, Heronimus Denggol, Heronimus Tanam, dan lainnya, mereka memutuskan untuk membentuk sebuah panitia kecil untuk mengumpulkan dana pembangunan Gereja Sekadau.
Panitia ini tidak hanya bekerja di kota Ketapang, tetapi juga melibatkan warga Sekadau yang tinggal di luar kota, seperti daerah Balai Berkuak dan Sandai serta Hulu Sungai. Hasil kerja panitia kecil ini berhasil mengumpulkan dana mendekati 5 juta rupiah, jumlah yang lumayan besar jika dibandingkan dengan sumbangan dari hanya satu orang penerima surat.
Inilah embrio terbentuknya komunitas warga asal Sekadau di Ketapang. Ketika 3 Imam baru asal Sekadau (P. Valen, P. Yosep, dan P. Dubalt), yang baru ditahbiskan pada 26 September 1998, ditugaskan kembali di wilayah Ketapang, warga Sekadau yang tinggal di kota Ketapang merasa senang dan merasa perlu merayakan peristiwa iman bersejarah itu.
Untuk itu, mereka memutuskan untuk membuat Acara Syukuran atas tahbisan dan penempatan kembali mereka di Keuskupan Ketapang. Panitia Syukuran ini dipimpin oleh Paulus Lanjak, seorang katekis perdana Keuskupan Ketapang.
Acara Syukuran untuk 3 Yubilaris (P. Valen, P. Yosep, dan P. Dubalt) dihadiri oleh sebagian besar warga asal Sekadau di Ketapang, dan diselenggarakan di Gedung Paroki pada tanggal 5 November 1998. Acara ini berlangsung meriah dan dihadiri juga oleh para Suster Ordo St. Agustinus (OSA), beberapa di antaranya berasal dari daerah Sekadau.
Acara Syukuran ini didanai secara bersama oleh warga Sekadau di Ketapang, dan menciptakan suasana akrab serta memperkuat rasa kekeluargaan di antara sesama warga yang berasal dari wilayah Sekadau.
Ketika panitia syukuran diadakan upacara pembubaran di rumah keluarga Heronimus Denggol, disepakati bahwa panitia dan anggota panitia itu tidak perlu dibubarkan, tetapi diubah menjadi sebuah Paguyuban. Paguyuban diberi nama "Perkumpulan Ayung Sekadau di Ketapang", disingkat PAS. Ketua pertamanya adalah Paulus Lanjak, dengan Heronimus Tanam sebagai sekretaris.
Anggota PAS bertemu secara rutin sebulan sekali dengan acara Arisan. Yang dimulai dengan doa bersama dan biasanya diakhiri dengan makan bersama, yang melibatkan suami, istri, dan anak-anak, terutama yang masih kecil.
Dengan demikian, ketika 10 Imam yang ditahbiskan pada 26 September 1998 merayakan Pesta Perak atau 25 tahun tahbisan imamatnya pada tanggal dan bulan yang sama tahun 2023, Perkumpulan Ayung Sekadau atau PAS tahun 2023 juga merayakan Pesta Perak atau perayaan 25 tahun kelahirannya.
Baca Valentinus Saeng Dan Masri Sareb Putra: Ketika Sesama Alumni Dan Penulis Bertemu
Perbedaannya adalah ulang tahun kelahiran PAS diperingati pada tanggal 12 November 2023, yang merupakan momen diubahnya Panitia Syukuran menjadi sebuah Paguyuban warga Sekadau di Ketapang.
Selamat merayakan Pesta Perak buat 10 Imam. Termasuk P. Martinus Dubalt di Surga, dan seluruh anggota PAS di Ketapang. (R. Musa Narang)