Pastoran dan Paroki Sanggau Kapuas Tempo Doeloe
|
Benih paroki Sanggau Kapuas tertanam dari peristiwa yang tak terduga di Sejiram. Pada saat itu, Pastor Gonzalvus, seorang misionaris sejati dari Ordo Kapusin, bertugas di Sejiram.
Namun, pilihan yang diambilnya untuk tinggal dan menetap di Sanggau selama sebulan menjadi sebuah awal gerap perubahan besar dalam sejarah agama Katolik di bumi Dara Nante.
Tidak lama setelah tiba di Sanggau, Pastor Gonzalvus melibatkan dirinya dalam interaksi dengan komunitas lokal. Di antara para pemuda Dayak yang terinspirasi oleh pengajarannya, seorang bernama Tolli dari kampung Lintang, menaruh minat khusus pada ajaran agama Katolik. Bergabung dengan Gonzalvus, Tolli dan sejumlah pemuda Dayak lainnya mendalaminya dengan tekun. Akhirnya, Tolli dibaptis. Ia mengambil langkah penting menuju keyakinan Katolik yang mendalam.
Pada tahun-tahun yang mengikuti, agama Katolik semakin mengakar dan berkembang di wilayah ini. Kemudian, pada tahun 1925, dua tokoh kunci muncul dalam perjalanan paroki ini: Mgr. Pacifikus Bos dan pater Eugenius. Kedua misionaris ini tiba di Sanggau dengan niat tulus untuk mencari lahan guna membangun tempat ibadah dan tempat tinggal bagi para pastor. Kehadiran mereka mengisyaratkan pentingnya membangun pusat Gereja Katolik yang nyata, yang berakar pada adat budaya setempat.
Tepat pada tanggal 21 Januari 1925, stasi Sanggau didirikan secara resmi, menandai tonggak bersejarah penting dalam perjalanan paroki. Meski belum ada pastoran yang siap, langkah ini memberikan landasan bagi perkembangan paroki Sanggau Kapuas.
Pastor paroki pertama, P. Cassianus, diangkat untuk melayani umat di sini. Namun, karena kurangnya tempat tinggal rohaniwan, mereka dimaklumi untuk tinggal di rumah seorang penduduk setempat bernama Mong Seng, yang dengan tulus membantu.
Paroki Sanggau Kapuas, yang resmi berdiri sejak tahun 1925, mengelola wilayah yang sangat luas, merangkum beragam daerah di sekitarnya. Meskipun masih dalam kondisi yang belum sepenuhnya terstruktur, paroki ini telah dianggap sebagai entitas yang berdiri kuat. Perkembangan lebih lanjut tidak hanya terfokus pada pertumbuhan fisik gereja sebagai bangunan saja. Lebih dari itu juga pada peran yang dimainkan dalam mengarahkan roh keagamaan komunitas lokal.
Dari peristiwa penting di Sejiram hingga upaya pembangunan gereja dan tempat tinggal yang digerakkan oleh Mgr. Pacifikus Bos dan pater Eugenius, paroki Sanggau Kapuas telah menjalani perjalanan yang memukau dan penuh komitmen.
Setiap derap langkah yang diambil oleh individu-individu ini telah memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan agama Katolik di wilayah ini. Membentuk karakter paroki yang akhirnya menjadi elemen integral dalam kehidupan masyarakat Sanggau Kapuas.
Tanpa ada yang menduga perkembangannya. Benih sesawi ini kemudian hari berkembang tumbuh besar mengalahkan pepohonan lain. Keuskupan Sanggau diumumkan pada Desember 1982. *)