Panglima Jilah dan Presiden Jokowi: Ada Apa?
Di balik latar belakang Gunung Wayang, Panglima Jilah dan Presiden Joko Widodo merajut sejarah baru bagi suku Dayak. Senin, 28 Agustus 2023, Istana Negara menjadi saksi bisu pertemuan kedua tokoh dengan level dan fungsi berbeda untuk meretas batas-batas tradisi.
Tidak lazim, seorang panglima dari suku bangsa Dayak mendapat kehormatan langka diterima oleh Presiden RI di Istana Negara. Namun, kejadian luar biasa ini akhirnya menjadi kenyataan. Panglima Jilah, yang sering disapa PJ, menjalani pertemuan bersejarah dengan Presiden Ir. Joko Widodo pada hari Senin, 28 Agustus 2023, pukul 11.00 WIB.
Peristiwa ini memiliki signifikansi sejarah karena belum pernah tercatat sebelumnya bahwa seorang tokoh Dayak atau panglima diterima secara perseorangan di Istana Negara. Panglima Jilah menjadi pelopor dalam hal ini.
Dengan penuh rasa terima kasih, PJ merujuk kepada Jubata, Presiden, leluhur, serta pasukan Merah-TBBR (Tariu Borneo Bangkule Rajakng) dan masyarakat Dayak atas dukungan yang mereka berikan kepada dirinya, serta atas terlaksananya pertemuan penting ini.
Baca juga Cornelis: Kaisar Dayak Sepanjang Sejarah
Interaksi antara PJ dan Presiden Ir. Joko Widodo tergambar sebagai pertemuan yang hangat dan akrab. Dengan latar belakang Gunung Wayang, pesan yang disampaikan adalah tentang perlunya menjaga, mempertahankan, dan membangun kehidupan, sambil menjaga identitas nasional dari pengaruh budaya asing.
PJ menekankan pentingnya melestarikan adat istiadat dan budaya suku bangsa Dayak, agar identitas mereka tetap utuh. Ini adalah pesan yang terpancar dari makna foto latar belakang yang dipamerkan.
Tentu saja, pertemuan ini memiliki tujuan spesifik. Sebagai tokoh utama dan pemimpin TBBR, PJ berharap agar pemerintah pusat memprioritaskan pembangunan di seluruh wilayah Kalimantan. Pertemuan ini menjadi tindak lanjut dari pertemuan setahun sebelumnya yang membahas pembangunan Dayak Center di IKN (Ibu Kota Negara) Kalimantan Timur.
Selanjutnya, PJ juga mengajukan permohonan untuk perhatian khusus terhadap pemuda dan pemudi Dayak yang tergabung dalam TNI dan kepolisian. PJ mendorong untuk lebih banyak pembangunan di daerah-daerah pedalaman, mengingat potensi obyek wisata yang dapat diakses oleh masyarakat luar. Contohnya adalah Bukit Raya-Sambora dan Patih Patinggi-Kalbar, di mana terdapat objek wisata spiritual yang memerlukan perhatian pemerintah.
Tentu saja, Presiden memiliki niat untuk merespons permintaan ini. Reputasi Presiden Jokowi sebagai sosok yang jujur dan konsisten dalam tindakannya telah terbukti selama dua periode kepemimpinannya. Upaya pembangunan yang diterapkan di bawah kepemimpinan Ir. Joko Widodo telah memancarkan citra positif Indonesia di mata dunia.
Seperti seorang gadis yang semakin memesona, Indonesia semakin menarik perhatian. Ini adalah bukti bahwa Ir. Joko Widodo adalah sosok yang berpegang pada prinsip, di mana perkataan dan tindakan saling mendukung.
Baca Forum Dayak Kalimantan Barat Di Jakarta (FDKJ) Hidupkan Seni Budaya Dayak Di Ibukota
Dari pertemuan ini, Presiden juga menitip pesan kepada PJ untuk mendorong suku bangsa Dayak, serta kelompok suku lainnya, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka guna memajukan bangsa ini.
Pertemuan ini akan selalu diingat, terutama oleh keluarga besar pasukan Merah-TBBR dan secara pribadi oleh PJ. PJ telah memberikan kontribusi besar bagi suku bangsa Dayak, dan hal ini tidak perlu disalahkan. Karena bila suku bangsa Dayak maju, dampak positif juga akan dirasakan oleh seluruh negeri.
Baca Apai Janggut: Mengajar Dayak Untuk Kembali Ke Rumah Panjang
Tujuan yang diperjuangkan oleh PJ dan TBBR adalah untuk menjadikan Dayak sebagai bagian integral dari Indonesia, karena Dayak adalah bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa ini. (Paran Sakiu)