Ghea, Serenade Cinta Karoke Tepian Kapuas - Sebuah Cerpen Rangkaya Bada
Ketika buih-buih tepian Kapuas merayap dengan lembut. Mengecup tepian pantai dengan penuh kasih. Begitu pun cinta tumbuh di antara dua
insan manusia.
Pada sebuah sudut yang tersembunyi. Di balik dinding sebuah ruko yang terbungkus oleh tembok tebal. Menjadi saksi bisu perjalanan dua hati
yang terjalin dalam kesenduan. Di Sekadau. Di bumi Lawangkuari kisah penuh haru ini
berawal.
Malam itu syahdu. Di balik dinding-dinding ruko yang dipagari
tembok tebal. Terdengar suara halus Ghea mengalunkan "Puspita" dengan
penuh penghayatan. Seakan-akan setiap nada yang dilantunkannya adalah sentuhan
lembut, meresap ke dalam setiap pori hati yang ada di ruangan itu.
Suara Ghea, seperti aliran sungai Kapuas. Yang tiada pernah lelah mengalir tenang di
tengah hutan yang sunyi. Merasuk kalbu Rano tanpa permisi.
Rano duduk dalam kedamaian. Ia terpesona oleh alunan merdu yang
membelai telinganya. Matanya terpejam. Ia memendam rasa yang amat dalam. Lagu itu seperti sentuhan
angin sejuk pada senja yang merangkai khayalannya. Tepekur. Diam dalam hingar bingar musik dan alunan lagu. Sukmanya terbawa
kembali ke masa muda, di mana segalanya terasa begitu sederhana dan murni. Rano
merasa hangatnya sisa cahaya matahari senja yang menyentuh pipi dan senyum tulus Puspita, cinta pertamanya.
Air mata bahagia mengembang di mata Ghea. Ia merasakan getaran dalam hatinya semakin kuat. Serenade Puspita malam itu memang untuknya.
Dalam ketenangan itu. Ghea terus melantunkan lagu. Menciptakan lingkaran sihir di antara mereka. Suaranya yang lembut dan lirik
yang terasa begitu dalam. Seolah-olah menggambarkan perasaan yang tak mampu
diucapkan oleh kata-kata. Di balik tembok yang memisahkan mereka, Ghea dan Rano
saling terhubung dalam getaran perasaan yang tumbuh dengan sendirinya.
Saat lagu berakhir, keheningan melingkupi ruangan. Ghea
merasakan betapa lagu itu telah memindahkan mereka ke dunia lain, tempat di
mana waktu berhenti dan hanya ada perasaan yang tulus. Rano membuka matanya
perlahan, dan tatapannya langsung terkunci pada Ghea. Mata mereka bertemu. Seolah-olah ada benang tak kasat mata yang menghubungkan hati mereka.
Rano tersenyum, dengan lembutnya ia berjalan mendekati Ghea.
Hatinya berdebar seperti tarian kupu-kupu di antara perasaan canggung dan
kebahagiaan yang memenuhi dirinya. Ghea, yang telah merasa getaran aneh dalam
hatinya, merasa detak jantungnya semakin cepat ketika Rano mendekat.
"Dengarkan aku, Ghea," ucap Rano dengan suara
lembut, namun penuh kepastian. "Suaramu, lagu ini, semuanya telah membuka
kembali pintu hatiku pada kenangan indah yang pernah aku alami."
Ghea menatap Rano dengan tatapan hangat. Bagai cahaya
bulan purnama yang memancarkan kelembutan. "Apa yang Anda maksud, Pak
Rano?"
Rano menggenggam tangan Ghea dengan penuh kelembutan. Seakan-akan ingin menyampaikan segala perasaannya melalui sentuhan itu.
"Aku merasa terikat padamu, seperti lagu ini yang tak pernah lekang oleh
waktu. Aku ingin membantu mewujudkan mimpimu, seperti apa pun yang terjadi."
Air mata bahagia mengembang di mata Ghea. Ia merasakan
getaran dalam hatinya semakin kuat. Bagai arus sungai Kapuas yang mengalir deras.
"Terima kasih, Pak Rano. Saya tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa terima
kasihku."
Mereka berdua saling menatap. Seperti dua jiwa yang
terhubung dalam keheningan. Di balik dinding-dinding ruko yang menutupi mereka
dari dunia luar. Ghea dan Rano merasakan getaran cinta yang tumbuh semakin
dalam. Sebuah kisah penuh haru yang dimulai di tengah buih-buih Kapuas dan
terjalin dalam serenade cinta di ruang yang tersembunyi.
***
Bersama-sama, mereka memulai perjalanan baru. Rano
memberikan dukungan finansial untuk biaya kuliah Ghea. Membuka jalan menuju
pendidikan yang lebih baik. Ghea. Dengan mata berkaca-kaca, berjanji akan
belajar dengan giat dan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
Namun, di antara kebahagiaan yang tumbuh, Ghea merasa ragu.
Pertanyaan besar melayang di dalam benaknya: apakah ini mungkin? Apakah
perasaannya yang semakin dalam terhadap Rano dapat memiliki tempat dalam dunia
ini? Apa boleh buat. Takdir berkata berbeda. Rano telah memiliki keluarga yang begitu dicintainya.
Hari demi hari berlalu, hubungan mereka semakin kuat. Rano
adalah mentor dan teman bagi Ghea, memberikan nasihat yang bijak dan dukungan
tak terbatas. Ghea, dengan semangat juangnya dan keceriaannya, menjadi cahaya
dalam kehidupan Rano yang sibuk dan serius. Mereka saling melengkapi, saling
memberi dan menerima.
Namun, suatu hari. Tatkala matahari senja mewarnai langit dengan keemasan. Ghea dan Rano duduk bersama di tepi sungai yang mengalir tenang. Ghea menatap air yang mengalir, hatinya penuh dengan keraguan.
"Pak Rano, saya tahu bahwa perasaan ini semakin dalam setiap hari. Tapi
saya juga tahu bahwa kenyataan harus dihormati. Anda memiliki keluarga yang
Anda cintai."
Rano meraih tangan Ghea, matanya penuh dengan kelembutan.
"Ghea, perasaanku padamu adalah kenyataan yang tidak bisa aku pungkiri.
Tapi kamu juga benar. Aku memiliki tanggung jawab terhadap keluargaku, dan itu
adalah sesuatu yang tak bisa diabaikan. Aku tidak ingin melukai hati
mereka."
Ghea mengangguk. Air matanya jatuh ke sungai bersama
rembulan yang mulai muncul di langit. "Saya tahu, Pak Rano. Saya
menghormati keputusan Anda. Saya takkan pernah melupakan kebaikan dan dukungan
yang Anda berikan padaku."
Rano mendekatkan wajahnya dan mengusap air mata Ghea dengan
lembut. "Ghea, terlepas dari segalanya, kita akan tetap bersama. Tidak
peduli apa yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Kita akan tetap saling
mendukung, bahkan jika jalur cinta tidak bisa kita pilih."
Ghea tersenyum di tengah kepedihan hatinya. "Terima
kasih, Pak Rano. Anda adalah cahaya dalam hidup saya.
Di tengah kerumunan riuh rendah dan sorak-sorai yang memenuhi karaoke tersebut, hanya satu hal yang dapat memikat hati Rano. Sendu nada "Puspita" yang dinyanyikan dengan penuh perasaan oleh Ghea mengalun begitu memikat. Suaranya seperti aliran sungai yang tenang, mengalir begitu lembut dan mampu menyentuh kedalaman hati siapa pun yang mendengarnya.
Rano, yang duduk di pojok ruangan dengan senyumannya yang kalem. Seakan tersapu oleh gelombang kenangan. Suara Ghea membawanya kembali ke masa-masa indah di masa SMA. Masa di mana perasaan murni dan cinta pertama membentuk sebagian besar kenangannya.
Waktu terasa berputar mundur. Menghadirkannya pada kilasan-kilasan manis di lorong-lorong sekolah, tawa rekan-rekan, dan senyuman dari seseorang yang telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari ingatannya.
Ghea, dengan penuh keyakinan. Menyampaikan setiap lirik dengan tepat. Tatapannya yang tulus dan senyumannya yang hangat menciptakan suasana yang akrab dan intim. Seolah-olah ia membuka jendela menuju masa lalu Rano yang begitu berharga.
Melodi "Puspita" menjadi alur waktu yang membawa Rano kembali ke momen-momen romantis di sekolah. Saat lagu ini sering kali mengiringi langkah-langkahnya menuju ruang kelas atau saat-saat diam-diam bernyanyi untuk seseorang yang telah lama mengisi pikirannya.
Saat lagu berakhir. Dan senyap sejenak mengisi ruangan, Rano tersadar dari lamunannya. Ia mengusap matanya dengan perlahan, seolah-olah ingin menghapus embun-embun kenangan yang mengisi sudut-sudut matanya. Dalam diam, ia mengucapkan terima kasih dalam hati kepada Ghea. Tanpa disadari telah membawanya pada perjalanan sentimental yang begitu dalam.
Ghea, yang tak menyadari dampak yang diciptakan oleh penampilannya, melanjutkan dengan lagu-lagu lain. Namun, di mata Rano, suara merdu Ghea dan lagu "Puspita" tetap bergema, menciptakan sebuah jembatan antara masa lalu dan kini. Sejenak, ia merasa seperti muda lagi. Terbuai oleh nostalgia yang datang begitu tiba-tiba, dan berharap agar waktu bisa kembali lagi hanya untuk sejenak.
Dalam diam, Rano mengambil minumannya dan mengangkatnya dengan penuh penghargaan ke arah Ghea. Ia mengucapkan doa-doa terbaiknya untuk gadis itu, yang tanpa sadar telah membuka kembali pintu hatinya pada kenangan indah yang pernah ia lalui
Di tengah kerumunan riuh rendah dan sorak-sorai yang
memenuhi karaoke tersebut, hanya satu hal yang dapat memikat hati Rano. Sendu
nada "Puspita" yang dinyanyikan dengan penuh perasaan oleh Ghea
mengalun begitu memikat. Suaranya seperti aliran sungai yang tenang, mengalir
begitu lembut dan mampu menyentuh kedalaman hati siapa pun yang mendengarnya.
Rano, yang duduk di pojokan ruangan dengan senyumannya yang
kalem, seakan tersapu oleh gelombang kenangan. Suara Ghea membawanya kembali ke
masa-masa indah di masa SMA. Masa di mana perasaan murni dan cinta pertama
membentuk sebagian besar kenangannya. Waktu terasa berputar mundur,
menghadirkannya pada kilasan-kilasan manis di lorong-lorong sekolah, tawa
rekan-rekan, dan senyuman dari seseorang yang telah lama menjadi bagian tak
terpisahkan dari ingatannya.
Ghea, dengan penuh keyakinan, menyampaikan setiap lirik dengan tepat. Tatapannya yang tulus dan senyumannya yang hangat menciptakan suasana yang akrab dan intim, seolah-olah ia membuka jendela menuju masa lalu Rano yang begitu berharga.
Melodi Rano Karno - Puspita menjadi alur waktu yang membawa
Rano kembali ke momen-momen romantis di sekolah. Saat lagu ini sering kali
mengiringi langkah-langkahnya menuju ruang kelas atau saat-saat diam-diam
bernyanyi untuk seseorang yang telah lama mengisi pikirannya.
Saat lagu berakhir, dan senyap sejenak mengisi ruangan, Rano tersadar dari lamunannya. Ia mengusap matanya dengan perlahan, seolah-olah ingin menghapus embun-embun kenangan yang mengisi sudut-sudut matanya.
Dalam
diam. Ia mengucapkan terima kasih dalam hati kepada Ghea, yang tanpa disadari
telah membawanya pada perjalanan sentimental yang begitu dalam.
Ghea, yang tak menyadari dampak yang diciptakan oleh penampilannya, melanjutkan dengan lagu-lagu lain. Namun, di mata Rano, suara merdu Ghea dan lagu "Puspita" tetap bergema. Menciptakan sebuah jembatan antara masa lalu dan kini.
Sejenak, ia merasa seperti muda lagi. Terbuai oleh nostalgia yang datang begitu tiba-tiba. Berharap agar waktu
bisa kembali lagi hanya untuk sejenak.
Dalam diam. Rano mengambil minumannya. Dan mengangkatnya
dengan penuh penghargaan ke arah Ghea. Ia mengucapkan doa-doa terbaiknya untuk
gadis itu. Tanpa sadar telah membuka kembali pintu hatinya pada kenangan
indah yang pernah ia lalui.
TAMAT