Gerhard Tesan Binti: Dayak Kaya yang Sepi Publikasi
Dayak idealnya, atau sebaiknya, seharusnya didekati melalui pendekatan kekuatan Strenght (S). Kemampuan dan kehebatan menggambarkan keberdayaan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat ini.
Memandang Dayak dari perspektif kekuatan otomatis membangun dan menyemai sisi-sisi yang menaikkan citra etnis dengan populasi 8 juta sedunia.
Pendekatan Kekuatan lebih memusatkan perhatian pada potensi dan prestasi, mengangkat elemen yang menempatkan Dayak sebagai pemegang kemampuan yang luar biasa.
Dalam pandangan ini, Dayak tidak hanya menjadi objek penelitian atau stereotip yang umumnya berkaitan dengan budaya asli, tetapi juga sebagai subjek utama yang memiliki keunggulan-keunggulan yang patut diapresiasi.
Salah satu contoh nyata dari kekuatan Dayak ini adalah melalui sejarah tokoh-tokoh Dayak terkaya sepanjang masa. Di antara mereka, tampak figur yang mungkin jarang tersorot dalam sorotan publik, seperti Gerhard Tesan Binti. Meskipun namanya jarang terdengar dalam publikasi dan wawancara, Gerhard Tesan Binti mewakili keberhasilan luar biasa dalam dunia bisnis.
Sebagai seorang saudagar Dayak, ia telah mampu mengukir prestasi gemilang yang membawanya menjadi salah satu tokoh Dayak terkaya dalam sejarah. Pencapaiannya yang luar biasa ini mencerminkan ketangguhan, ketekunan, dan kreativitas Dayak dalam menghadapi tantangan bisnis yang berat.
Namun, sangat penting untuk diingat bahwa kekuatan Dayak tidak terbatas pada bidang ekonomi semata. Pendekatan kekuatan ini juga merangkul berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Dayak. Menghargai dan mengakui kekuatan-kekuatan ini berarti memahami Dayak dalam konteks yang lebih komprehensif dan mendalam, serta menghindari pemahaman yang terlalu sempit atau terbatas.
Dengan menerapkan pendekatan kekuatan, kita dapat menghormati dan mengapresiasi warisan dan kontribusi Dayak secara lebih utuh dan holistik.
Siapakah tokoh Dayak yang mampu mengukir kekayaan gemilang di tengah milenium kedua? Sosok ini bukanlah seorang politikus, melainkan seorang saudagar ulung. Bernama lengkap Gerhard Tesan Binti, namanya telah menjelma sebagai lambang kemakmuran.
Dayak idealnya, atau sebaiknya, didekati dari pendekatan strenght (Kekuatan), bukan yang lain. Ada banyak sisi Kekuatan Dayak. Misalnya, tokoh-tokoh Dayak terkaya sepanjang sejarah. Contohnya Gerhard Tesan Binti, saudagar Dayak dalam sejarah yang sepi dari publikasi.
Lahir di kota Mandomai, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Juli 1919, Gerhard Tesan Binti adalah salah satu dari segelintir Dayak yang mampu merangkai kesuksesan di dunia usaha. Ia adalah sosok di balik kepemimpinan PT Mentaya Kalang, sebuah perusahaan yang menjulang tinggi di Kota Waringin Timur, Sampit.
Jejak usahanya telah terpahat sejak era Hindia Belanda. Melalui perjalanan panjangnya, ia tak jarang merasakan getirnya awal usaha, mengalami pasang-surut, bahkan melalui kepailitan. Namun, dari puing-puing tersebut, ia bangkit dan merintis usaha eksportir kekayaan Kalimantan menuju berbagai belahan dunia seperti Singapura, Cina, Malaysia, Thailand, hingga Inggris.
Tak terbantahkan, perusahaan Gerhard mempunyai jangkauan global yang begitu luas, bahkan menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Rekan sejawatnya di Banjarmasin, Dehen Binti, dengan penuh kebanggaan menyebut Gerhard Tesan Binti dengan panggilan akrab "Pak Ungge" sebagai orang Dayak terkaya, suatu predikat yang tak terbantahkan hingga akhir milenium kedua.
Lebih dari sekadar seorang pengusaha, Pak Ungge juga menyimpan semangat pejuang kemerdekaan di dalam hatinya. Tahun 1969, Menteri Pertahanan Djuanda atas nama Pemerintah RI menganugerahkan kepadanya bintang penghargaan Satya Lencana Pejuang Gerakan Operasi Militer, mengenang jasa-jasanya dalam merebut kemerdekaan.
Namun, begitu berjaya, Pak Ungge tak pernah terjebak dalam egosentris dan etnosentris. Di perusahaannya, ia membuka peluang untuk rekan-rekan non-Dayak di semua lapisan. Kekayaannya bukan hanya menjadi milik pribadi, melainkan berbuah manfaat bagi ribuan nyawa dengan memberi pekerjaan kepada tidak kurang dari 450 orang karyawan.
Dengan itu, jejak gemilang Gerhard Tesan Binti, "Pak Ungge," akan terus bersinar dalam lembaran sejarah Dayak, sebagai simbol dari kemakmuran yang diraih melalui kerja keras, semangat tak kenal menyerah, dan keberanian untuk melintasi batas-batas yang ada.*)