Warga Tionghoa Kalimantan Barat Pendukung Partai Persatuan Daya (PD)
Pada saat ini (Juli 2023) kita memasuki Tahun Politik yang penuh gejolak. Semua partai bergerak aktif. Saling silang. Berkompetisi, saling menghalangi. Semua mencoba untuk mengungguli lawan politik.
Baca Etnis Tionghoa Di Sanggau
Namun, ada segelintir "manusia langka" yang berusaha menjauh dari ikut-ikutan dalam hiruk-pikuk ini. Lalu coba mencari sudut pandang dan perspektif baru, mencari celah-celah yang belum dieksplorasi dan ditulis oleh orang lain.
Seperti judul narasi ini. Di mana kita berusaha menemukan sesuatu yang berbeda: kolaborasi, bukan kompetisi, dari dua etnis utama di Kalimantan Barat, yakni Dayak sebagai penduduk asli dan Cina yang sebagai etnis pas disebut Tionghoa.
Seperti yang kita ketahui bersama, ada banyak kesamaan antara budaya Dayak dan Cina. Korrie Layun Rampan (1988) pernah menggambarkan hal ini dalam majalah Tempo.
Dalam novel Ngayau (2014), Masri juga menggambarkan bahwa ada banyak persamaan dalam upacara adat kedua budaya tersebut, terutama dalam hal kelahiran, kematian, korban, dan mantra-mantranya.
Jika Anda ingin mencari pengalaman yang membingungkan mengenai perbedaan antara Dayak dan Tionghoa, kunjungilah Kalimantan Barat. Di sana, Anda akan kesulitan membedakan mana yang Dayak dan mana yang Tionghoa karena mereka memiliki ciri fisik yang mirip. Kulit kuning bersih, mata sipit, rambut lurus, semua mirip.
Lim Bak Meng, seorang warga Cina yang lahir di Nibung Seribu Pontianak turut membantu Partai Persatuan Daya dengan segala upayanya. Bukan hanya memberikan tenaga sebagai sukarelawan, tetapi juga memberikan kontribusi finansial dan berani mengambil risiko nyawa.
Namun, ada pepatah nenek moyang yang mengatakan, "Dayak adalah Cina hutan." Meskipun begitu, saya sebagai penulis, peneliti, dan etnolog Dayak, membangun teori saya sendiri yang menyatakan bahwa Dayak bukanlah dari tempat manapun. Mereka adalah suku asli yang berasal dari Varuna-dvipa, Borneo, atau Kalimantan.
Menariknya, dalam Dokumen Milter, terdapat catatan bahwa pada peristiwa tahun 1967, pihak berwenang memerlukan bantuan dari orang Dayak untuk memastikan identitas antara Dayak dan Tionghoa. Hal ini terkait dengan pelaksanaan PP No. 10 Tahun 1959 yang isinya perlu dicari sendiri.
Baca Kamponk Tionghoa Di Sanggau
Di Kalimantan Barat, sejak dulu Dayak dan Tionghoa hidup berdampingan secara harmonis. Orang Dayak menyapa orang Tionghoa dengan sebutan "Sobat". Kedua kelompok suku ini hidup berdampingan secara damai kecuali ada upaya dari pihak lain untuk memprovokasi konflik.
Ketika Partai Persatuan Daya (PD) didirikan, seorang Tionghoa bernama Lim Bak Meng yang lahir di Nibung Seribu Pontianak (kini Kubu Raya) pada 22 September 1908, turut membantu dengan segala upayanya. Bukan hanya memberikan tenaga sebagai sukarelawan, tetapi juga memberikan kontribusi finansial dan berani mengambil risiko nyawa.
Bukti-bukti ini membuktikan bahwa etnis Tionghoa di Kalimantan Barat telah memberikan sumbangsih berarti bagi masyarakat Dayak.
Hal yang luar biasa adalah bagaimana komunitas Tionghoa di Kalimantan Barat mampu mengkampanyekan partai etnis lain dengan bahasa mereka sendiri. Bukti dari kampanye Partai Persatuan Daya (PD) menunjukkan penggunaan tulisan Cina pada selebaran kampanye mereka.
Tidak mudah bagi satu etnis untuk mengkampanyekan partai lain menggunakan bahasa yang berbeda. Namun, Cina Kalimantan Barat berhasil melakukannya secara luar biasa.
(Catatan: Dokumen ini merupakan Sanggau News Jika Anda ingin berbagi atau menggunakan informasi ini, harap mencantumkan sumbernya!)