Tanam Kopi Torabika di Jangkang
Gambar yang menjadi ilustrasi narasi ini nyata. Penampakan kopi varietas Arabica di perkebunan di wilayah Jangkang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Namun, fokus tulisan kali ini bukan pada kopi sebagai tanaman. Tapi kopi sebagai branding. Yang telah diolah, namun menyedot perhatian dan dikenal orang kampung.
Ini kisah aneh, tapi nyata. Dari sisi varietas, mana ada "Kopi Torabika!". Ia adalah merek kopi tertentu, yang telah diolah. Karena sering beriklan di media, utamanya TV, maka orang kampung mengenalnya demikian.
Kebiasaan saya, di kebun, yang dilintasi jalan provinsi Jangkang-Merakai, 2 provinsi di tapal bapas Sarawak, Malaysia.
Di situ termpampang spanduk "rumah penulis".
Banyak orang suka mampir. Utamanya wanita, sebab ada taman asoka sekeliling kolam. Pria juga banyak. Polisi sering. Tanya-tanya ihwal ekowisata, kebun, dan literasi.
Saya selalu sedia kopi. Siapa saja mampir di rumah penulis, senantiasa saya sajikan minum: kopi, teh, susu. Silakan pilih.
Ada kapal api saya bawa dari Jakarta. Ada kapten, dari sahabat Yansen TP di Malinau. Ada Aming, saya beli di Ponti. Ada kopi Jojohn, terenak produksi Pontianak --citarasa mirip kopi KA.
Saya juga tanam kopi robusta, klon 46, sudah berbuah. Ada kopi kolonial. Berbuah pula. Ada liberica.
Nah, usai nyeruput kopi. Mereka nyelutuk, "Abang ada tanam kopi Torabika, kah?" tanya orang dari Tojo', wilayah ujung, udik.
"Kalo tanam, gak ada!" ketus saya.
"Tapi, bisa dibeli di warung kopi itu!"
"Abang tanam jugalah kopi Torabika!" pintanya.
Saya: ??????????????????????????????????????????????
sembari merasa "bodoh". Ternyata, selama ini, saya gagal dan tidak pernah nanam
kopi Torabika. Kalau minum, ya!
--Masri Cucu Rangkaya Bada.