Panglima Jilah dan Fenomena Pasukan Merah
PJ yang fenomenal. |
-- Gat Khaleb
Pengakuan senantiasa
datang dari luar. Dari orang lain. Bukan dari diri sendiri. Siapa gerangan Gat
Khaleb, salah seorang yang mengidolakan PJ?
Baca Forum Dayak Kalimantan Barat Jakarta (FDKJ) Bikin Buku Jelang Gawai Dayak Di Jakarta
Gat salah satu tokoh
di wilayah perbatasan, Nunukan, Kalimantan Utara. Tidak mengenal langsung PJ,
namun dari berita dan kiprahnya, mengagumi sosok bertato tanpa kuasa apa pun
juga.
Tidak syak lagi. Panglima Jilah atau
Pangalangok Jilah memimpin pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR).
Pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) diperkirakan memiliki
anggota 100.000 hingga 300.000 orang.
Ada yang menyebutkan
di Kalimantan Barat saja kurang lebih 86.000 orang dan di Kalimantan Tengah
sekitar 28.000 orang (Sudrajat, 2021). Dari sumber yang lain, anggota pasukan
merah mencapai 300.000 orang dan di Kalimantan Tengah 40.000 orang
(Potretkalteng.com, 2021).
Temukan kisah
metamorfosis para panglima hebat legendaris Dayak seperti Panglima Burung,
Kumbang, Kilat, Suma, Dandan, Sulang dalam diri Jilah.
Ketidakpastian data
berapa jumlah pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) sesungguhnya
dapat dimaklumi karena banyak diantara pemuda Dayak tidak secara resmi
menyatakan sebagai anggota tetapi mereka juga siap turun kapan saja bila
diperlukan oleh Panglima. Mereka juga mempersiapkan diri dengan segala
kecakapan yang diperlukan termasuk bela diri dan olah kanuragan.
Atas nama Dayak mereka
siap sedia kapan saja, tinggal menunggu komando dari Panglima Jilah. Mereka
orang Dayak yang tersebar di seantero Kalimantan. Semua tak lepas dari
keberadaan Panglima Jilah dan pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng itu
sendiri. Organisasi Tariu Borneo Bangkule Rajakng merupakan fenomena baru dalam
organisasi Dayak.
Panglima Jilah dan Pasukan Merah begitu menyentuh hati generasi muda Dayak. Banyak pemimpin gagal merangkul atau mengambil hati generasi muda masa kini atau lebih tren di sebut generasi millennial. Satu tahap ini sudah selesai di tangan Panglima Jilah.
Kehadiran Panglima
Jilah dan pasukannya adalah anti tesis dari banyaknya organisasi Dayak. Pasukan
merah mendapat sambutan penuh antusias dari generasi Dayak. Anak-anak muda tak
ingin memiliki pemimpin yang pandai retorika tetapi aksi nyata seorang
pemimpin. Kini anggota TBBR tercatat
Baca Pang Budjang Salah Seorang Pejuang Perang Madjang Desa Dari Lintang Yang Dilupakan
Panglima Jilah menjadi
sosok yang didambakan itu. Panglima Jilah juga menjadi representasi jiwa
generasi muda Dayak. Bahkan Panglima Jilah dapat dikatakan sebagai pencipta
tren (trendsetter) bagi generasi Dayak zaman now (Sudrajat,
2021).
Ketika pasukan merah TBBR "menguasai" kota. |
Fakta di atas
merupakan kekuatan Panglima Jilah dalam membangun pasukannya. Itu adalah
kekuatan awal. Namun sangat berdaya. Seperti meletakan fondasi pada bangunan.
Ibarat kata, kalau sudah kena di hati sulit untuk berpaling.
Kehadiran Panglima
Jilah begitu menyentuh hati generasi muda Dayak. Banyak pemimpin gagal
merangkul atau mengambil hati generasi muda masa kini atau lebih tren di sebut
generasi millennial. Satu tahap ini sudah selesai di tangan Panglima Jilah.
Tak berhenti sampai di
situ Panglima Jilah terus berupaya membangun kekuatan dalam pasukan dengan
berbagai strategis dan program yang berkesinambungan. Tak hanya membangun
secara fisik tetapi lebih lagi adalah karakter. Generasi muda Dayak harus
menjadi seorang yang berintegritas dan berdedikasi.
Adat
budaya adalah jati diri. Panglima
Jilah memulainya dengan menyadarkan insan Dayak tentang jati diri sebagai
manusia Dayak. Jati diri Dayak terpatri dalam adat budaya Dayak. Oleh karena
itu, Panglima Jilah menghidupkan kembali tradisi dan adat budaya suku Dayak
yang sudah mulai ditinggalkan karena arus perkembangan zaman.
Panglima Jilah
memiliki visi dan misi mengangkat adat, tradisi dan budaya Dayak agar budaya
dicintai generasi muda. Sangat disadari bahwa suku Dayak beragam sub sukunya.
Tiap sub suku punya tradisi masing-masing. Namun perbedaan tersebut bukan
menjadikan saling bermusuhan.
Keberagaman adalah
suatu yang indah sekaligus kekuatan untuk saling melengkapi. Suku Dayak akan
semakin maju ke depan. Adat adalah takdir sementara agama adalah pilihan.
Identitas Dayak harus diangkat, ini jati diri, kebanggaan, dan yang tak kalah
penting adalah benteng pertahanan suku bangsa Dayak. (JurnalBorneo.co.id, 2021)
Seluruh elemen
masyarakat suku bangsa Dayak wajib merawat dan melestarikan adat dan budaya
yang merupakan warisan leluhur. Diturunkan dari generasi ke generasi dari nenek
moyang dan para leluhur Suku Dayak di seluruh penjuru Kalimantan. Tugas itu
bukan hanya melestarikan tetapi juga harus mengembangkannya.
Baca Sejarah Sanggau
Adat budaya Dayak
mungkin dianggap tidak relevan dengan zaman ini karena ada yang bertolak
belakang denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu generasi
muda wajib ikut berperan aktif dalam melestarikan dan mengembangkan adat budaya
Suku Dayak.
Saat ini peradaban
dunia masuk pada era digital dengan kemajuan teknologi informasi. Perkembangan
peradaban ini tak boleh menggerus adat budaya Dayak. Ciri khas suku bangsa
Dayak ada pada adat, tradisi dan budayanya sendiri.
Justru dengan kemajuan teknologi dan informasi Panglima Jilah mampu merangkul generasi millennial Dayak untuk melestarikan budaya dan tradisi asli suku Dayak. Kecanggihan teknologi dan informasi digunakan untuk mengembangkan ada dan budaya suku Dayak. Apalagi anak-anak millennial lebih melek teknologi.
Maka dengan antusias disambut
generasi zaman now untuk melestarikan dan mengembang adat, tradisi dan budaya
Dayak. Sebagai contoh, tarian-tarian, musik, dan lagu-lagu Dayak dimainkan dan
dinyanyikan generasi muda Dayak. Mereka mempublikasikan karya-karya itu dalam
bentuk video maupun rekaman suara lewat media seperti YouTube, Facebook, dan
Instagram.(lintasberita1.com, 2020).
Adat budaya harus
ditanamkan pada generasi muda agar tatanan sosial masyarakat terbangun dengan
baik sehingga manusia hidup lebih baik. Generasi yang baik akan melahirkan
generasi yang baik pula.
Baisuni: Bupati Etnis Madura Di Mayoritas Penduduk Dayak Kabupaten Sanggau
Terlepas dari itu, ini menarik karena sengaja atau
tidak, atau memang ini momentumnya, Panglima Jilah nyatanya mendapat energi
dalam membangun pasukannya dengan bergabungnya generasi millennial.
Baca
Di era damai, tidak
lagi –semoga demikian– konflik etnis di Borneo yang melibatkan suku asli Dayak
dan pendatang. Bagaimanakah kiprah seorang Panglima Dayak?
Ingin tahu semua
kiprah Panglima Jilah? Baca buku ini!