Geretak Gantung Sei Sekayam Tempo Doeloe
Geretak Gantung Sei Sekayam tempo doeloe. Dokumentasi: Kerajaan Sanggau. |
Ini adalah pemandangan Geretak Sei Sekayam tempo doeloe yang menghubungkan wilayah Kerajaan (Nanga Kantu') dengan Tanjung Sekayam hingga Hulu Kapuas tempo doeloe.
Dalam bahasa setempat, jembatan adalah "geretak". Sedangkan "gantung" dsebut demikian karena jembatan bergantung di atas air; tidak ada tiang penyangga di bawahnya. Dari ujung ke ujung merupakan tali temali saja yang melengkung.
Jembatan Gantung Sekayam ini seluruh kekuatannya bertumpu yang ditahan oleh besi-besi baja. Dahulu kala, jika banyak beban melewati jembtan ini maka menjadi bergoyang dan tidak seimbang, begertak-gertak, sehingga lafas setempat menyebutnya: geretak.
Ada kisah magis sekaligus menakutkan dari gertak gantung Sekayam ini. Konon cerita orang tua, dalam proses mendirikan dan membangun jembatan ini, agar kuat dan tidak memakan korban (rubuh patah) maka meminta tumbal. Yakni tumbal berupa kepala manusia dan kepala kerbau/ sapi.
Sedemikian rupa, sehingga selama proses pembangunan hingga peresmian gertak gantung Sekayam ini anak-anak dan ibu hamil takut keluar rumah.
Selembar gambar mewakili seribu kata. Pada tangkapan kamera, yang pastinya dibidik profesional luar negeri pada waktu itu, tampak kiri dan kanan Sei Sekayam masih ditumbuhi dan dinaungi pohon-pohon besar dan tinggi. Kini tak ada lagi pemandangan itu. Telah berubah menjadi rumah-rumah penduduk, Alfa Mart dan Idomaret. Tak ada lagi penampakan di sekitar toko-toko para tauke Cina.
Demikianlah jembatan gantung Sungai Sekayam ini meninggalkan legenda dan mitos yang merupakan bagian dari sejarah Sanggau.*)