Etnis Tionghoa di Sanggau
Etnis Tionghoa di Sanggau unik, tidak ditemukan di tempat lain. Tingkat integrasi mereka dalam masyarakat setempat misalnya, sungguh kental dan kentara. Komunitas Tionghoa di Sanggau mengadopsi budaya lokal dengan baik, termasuk dalam hal bahasa dan gaya hidup.
Baca Kamponk Tionghoa Di Sanggau
Yang mengagumkan adalah bahwa etnis Tionghoa di Sanggau punya kemampuan berbahasa setempat yang baik, baik bahasa Dayak maupun Senganan. Hal ini menunjukkan tingkat integrasi dan kesediaan mereka untuk berkomunikasi dengan penduduk lokal dalam bahasa yang akrab.
Integrasi Sosial Tionghoa di Sanggau
Komunitas Tionghoa di Sanggau terlihat dekat dengan penduduk lokal dan tidak ada jarak sosial yang mencolok. Mereka memilih untuk baur dan terlibat aktif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk menjadi pengurus RT, pekerja sosial, mengurus gereja, dan berperan sebagai pelayan masyarakat.
Etnis Tionghoa di Sanggau juga menunjukkan adaptasi gaya hidup yang menyatu dengan masyarakat setempat. Makanan dan minuman yang mereka konsumsi telah bercampur dengan gaya kuliner lokal, menunjukkan betapa eratnya hubungan mereka dengan kehidupan sehari-hari di Sanggau.
Integrasi yang begitu kuat antara etnis Tionghoa dan masyarakat lokal telah menciptakan fenomena menarik, yaitu sulitnya membedakan antara orang Dayak dan orang Tionghoa di pasar-pasar yang ramai. Hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar menjadi bagian dari komunitas secara menyeluruh dan menyerap budaya setempat dengan sangat baik.
Integrasi yang tinggi ini merupakan contoh yang inspiratif tentang bagaimana pluralitas etnis dan budaya dapat hidup berdampingan dengan harmonis, saling menghargai, dan saling memperkaya satu sama lain. Etnis Tionghoa di Sanggau memberikan contoh positif tentang bagaimana komunitas dapat mengatasi perbedaan dan membentuk masyarakat yang inklusif.
Tionghoa di Sanggau dan perannya untuk Gereja Katolik
Sejak awal abad ke-19 hingga akhir 1980-an, etnis Tionghoa memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah dan perkembangan kota Sanggau di Kalimantan Barat.
Dikenal sebagai "Sobat," komunitas Tionghoa di Sanggau merupakan salah satu etnis mayoritas di samping etnis Dayak dan Senganan atau Melayu.
Pada tahun 1909, misi agama Katolik datang ke Sanggau di bawah kepemimpinan Pastor Cassianus dengan tujuan untuk mendirikan sebuah stasi gereja. Ketika tiba di Sanggau, Pastor Cassianus menginap di rumah seorang Tionghoa Katolik bernama Mong Seng. Hal ini menunjukkan sejauh mana integrasi dan keterlibatan komunitas Tionghoa dalam masyarakat lokal, bahkan dalam masalah keagamaan.
Sulit membedakan antara orang Dayak dan orang Tionghoa di pasar-pasar yang ramai. Hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar menjadi bagian dari komunitas secara menyeluruh dan menyerap budaya setempat dengan sangat baik.
Selain itu, di masa lalu, toko dan pasar-pasar di sepanjang pesisir sungai Kapuas dikuasai oleh para tauke Tionghoa. Beberapa tokoh Tionghoa yang terkenal di wilayah ini termasuk Banteng, Kitono, dan Among. Mereka dikenal memiliki warung kopi yang khas cita rasanya, yang masih ada dan eksis hingga saat ini, menjadi bagian penting dari budaya dan sejarah kota Sanggau.
Gerbang dan Monumen Komunitas Tionghoa di Sanggau
Tionghoa di Sanggau bukanlah orang lain. Ia bagian dari masyarakat setempat yang berakar sejak entah bila?
Salah satu peninggalan sejarah budaya yang signifikan dari komunitas Tionghoa di Sanggau adalah gerbang "Kamponk Tionghoa."
Gerbang ini terletak di Jalan Utama Sanggau, tepatnya di Jalan Sudirman, yang menghubungkan kabupaten Sekadau di Hulu dan Kabupaten Landak di hilir sungai Kapuas.
Gerbang ini menjadi simbol ikonik yang menghubungkan kampung Tionghoa di jantung kota Sanggau dengan tepian Sungai Kapuas. Selain menjadi tanda pengenal komunitas Tionghoa, gerbang ini juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah yang diwarisi dari generasi ke generasi.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan perubahan masyarakat modern telah mempengaruhi kehidupan komunitas Tionghoa di Sanggau, seperti halnya di banyak tempat lain di dunia.
Namun, satu yang berbeda adalah warisan budaya dan sejarah mereka menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas Sanggau. Sekaligus warisan nilai dan budaya berharga dari kekayaan budaya Indonesia. *)