Aloysius Aloy
Aloysius Aloy . Dok. Sanggau News. |
Aloysius Aloy pantas menjadi tokoh "Sabang Merah". Apa alasannya? Sebab lelaki dari Entuma ini asal Sanggau sosok pertama kali anggota DPR-RI sejak tahun 1971. Dan, lihat rekornya: 5 kali berturut-turut.
Baca Sejarah Sanggau
Aloy dilahirkan di Entuma, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada 1941. Seusai menuntaskan pendidikan dasar di kampungnya, ia meneruskan studi lanjut ke seminari menengah, Nyarumkop yang diasuh para pater Kapusin. Selanjutnya, tahun 1962 ia menempuh pendidikan tinggi ke Bandung dan lulus sebagai sarjana.
Aloy berkiprah selain di bidang politik juga di bidang seni budaya. Ia salah satu tokoh Dayak di Jakarta yang kerap menggelar berbagai seni budaya Dayak dalam berbagai waktu dan kesempatan, termasuk di acara perkawinan sekalipun. Salah satu di antaranya adalah “A Day With Dayak” (Sehari Bersama Dayak) yang digelar di Anjungan Kalbar, Taman Mini Indonesia Indah.
Baca Forum Dayak Kalimantan Barat Jakarta (FDKJ) Bikin Buku Jelang Gawai Dayak Di Jakarta
Sekembali dari kuliah di Tanah Jawa, Aloi terjun ke dunia politik sejak 1970. Pada Pemilu 1971, ia terpilih menjadi anggota DPR-RI. Tercatat 5 kali berturut-turut, jadi 25 tahun, Aloy menjadi DPR-RI selama Orde Baru.
Di masa-masa kritis itulah ia berusaha melakukan berbagai lobi dengan Jakarta agar daerahnya pun diperhatikan. Pada 1997, dia memutuskan berhenti total di kancah politik praktis.
Selain di bidang politik, kiprah Aloy di bidang seni budaya Dayak pun tidak sedikit. Ia salah satu tokoh Dayak di Jakarta yang kerap menggelar berbagai seni budaya Dayak dalam berbagai waktu dan kesempatan, termasuk di acara perkawinan sekalipun. Salah satu di antaranya adalah “A Day With Dayak” (Sehari Bersama Dayak) yang digelar di Anjungan Kalbar, Taman Mini Indonesia Indah. Sebuah ajang untuk memperkenalkan dan memperteguh pemahaman terhadap budaya Dayak.
Agar siapa pun, terutama generasi muda, bisa memiliki ikatan dengan akar budaya Dayak.
Bersama istrinya wanita Solo, Yulia; Aloy mendirikan Yayasan Rindang Banua. Sebuah yayasan yang didedikasikan untuk mengangkat harkat dan martabat anak- anak Dayak utamanya masyarakat pedalaman dan daerah perbatasan dan berkedudukan di Jakarta. Bekerja sama dengan berbagai mitra,
Yayasan Rindang Banua melalukan bakti sosial dan menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini.
Yayasan yang diasuh Aloy juga meneliti dan menerbitkan sejumlah publikasi seputar seni, budaya, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan Dayak.
Pada 2019 , Aloy menerbitkan buku Semangat Dayak: Catatan Perjuangan Politik (Penerbit Buku Kompas). Buku ini dibantu risetnya oleh Masri Sareb Putra dan penulisannya oleh Sylvia Marsidi. Disubsidi oleh Jakob Oetama dari Kompas. *)