Baisuni: Bupati Etnis Madura di Mayoritas Penduduk Dayak Kabupaten Sanggau
Baisuni: etnis Madura bupati Dayak. Sumber: Repro Ist. |
Sabang Merah adalah kependekan "Sanggau bangga mengukir sejarah". Suatu peribahasa yang dipopulerkan oleh Paolus Hadi, bupati Sanggau dua periode (2014–2019 dan 2019-2024).
Baca Sejarah Sanggau
Bangga mengukir sejarah ini, tentu untuk hal atau peristiwa yang baik-naik. Peristiwa bernilai sejarah terkait kemanusiaan, peradaban, dan kemuliaan.
Sudahlah tentu bahwa sejarah yang diukir itu kiasan semata. Ati terdalam esensinya adalah bahwa Sanggau, masyarakat dan pemerintahnya, seia sekata berbuat hal-hal kebaikan. Sesuatu yang semakin memajukan dan mengangkat harkat dan martabat masyarakat setempat.
Baisuni adalah tentara. Berpangkat kolonel infanteri. Ia bupati etnis Madura memerintah di kabupaten mayoritas warganya etnis Dayak. Bisa dicatat Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai suatu catatan sejarah yang nulli secundus. Pasti tidak akan pernah terulang lagi.
Di dalam rentang sejarah Sanggau, sejak kabupaten ini terbentuk dengan bupati pertama Raden S. Soedjono (1951), nyaris semua bupati drop dari pusat (Orde Baru). Jika bukan tentara, dia dari dinas satuan kepolisian. Selain M.Th. Djaman, maka nyaris semuanya pilihan pusat yang waktu itu omnipotens.
Nah, hal yang cukup membuat kagum adalah bupati Sanggau seperti judul narasi di atas. Dia tak lain tak bukan adalah Kol. Inf. H. Baisuni Z.A. Periode pertama menjabat bupati Sanggau 1988-1993. Sedangkan periode yang kedua 1993-1988.
Baisuni adalah tentara. Berpangkat kolonel infanteri. Tak menggerankan, ia bupati etnis Madura yang memerintah di kabupaten dengan mayoritas warganya etnis Dayak.
Bisa saja rekor ini dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai suatu catatan sejarah yang nulli secundus. Tiada duanya. Tak pasti tidak akan pernah terulang lagi.
Jika tidak maka bupati etnis Madura di kabupaten mayoritas Dayak ini dicatat Sabang Merah.*)
Baca Sangao Itu Adalah Maritam