Credit Union (CU) Tumbuh Subur di Kalimantan, Mengapa?
Fenomena ber-CU di Sanggau dan Kalimantan. |
"Kita kesulitan menemukan monograf terkait Credit Union (CU), gerakan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, di Kalimantan," demikian Musa Narang, salah seorang pegiat CU.
"Tapi itu di masa lalu. Kini telah cukup banyak publikasi ilmiah, berupa buku berISBN, yang bisa didapatkan," terangnya.
Dari sekian banyak monograf terkait CU yang telah terbit itu, antara lain:
1) 40 Tahun CU Lantang Tipo (Lembaga Literasi Dayak, 2016).
2) 25 Tahun CU Keling Kumang (Lembaga Literasi Dayak, 2018).
3) Partisipasi Masyarakat Berkoperasi: Fenomena Credit Union "Betang Asi" Palangka Raya (Lembaga Literasi Dayak, 2018)
4) 26 Tahun CU Banuri Harapan Kita (Lembaga Literasi Dayak, 2021)
Faktor apa sebenarnya yang membuat masyarakat, terutama suku bangsa Dayak, di Kalimantan gemar ber-CU?
Mari kita buka hasil penelitian Dehen yang kemudian menjadikannya meraih gelar "Doktor" bidang ekonomi kemasyarakatan di Universitas Merdeka, Malang, ini.
Perubahan itu lambat laun, namun pasti. Kini setelah ratusan tahun, baru berbuah-limpah. Gereja (Katolik) pula yang pada tahun 1970-an di Kalimantan menabur benihnya.
Penelitian ini mengungkapkan secara komprehensif aksi interaksi dan konstruksi partisipasi masyarakat untuk berkoperasi dari prespektif emik dan selanjutnya dibahas agar dapat mengungkapkan makna aksi interaksi yang dilakukan pimpinan CU “Betang Asi” serta implementasinya. Dari fakta-fakta dapat diungkapkan bahwa Credit Union “Betang Asi” adalah koperasi yang terbesar di Kalimantan Tengah, baik dari segi keanggotaannya, permodalannya, dan usahanya. Perkembangan CU “Betang Asi” yang luar biasa tersebut karena adanya partisipasi seluruh anggota.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan aksi interaksi Pimpinan/Pengurus Credit Union “Betang Asi” Palangka Raya dalam membangun dan membentuk partisipasi anggota dan masyarakat untuk berkoperasi, dan menganalisis serta mendeskripsikan konstruksi partisipasi masyarakat yang terbentuk dalam berkoperasi.
Untuk mengungkapkan fenomena-fenomena di atas peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengedepankan pemberian makna terhadap kajian tersebut. Penelitian ini memakai Metode Grounded dan bersifat induktif karena dibangun dari data, atau mendasar didalam data, dimana peneliti langsung terjun ke lapangan dengan ruang lingkup Koperasi Credit Union “Betang Asi” Palangka Raya.
Fokus penelitian Dehen meliputi 1. Aksi interaksi pimpnan dengan anggota koperasi CU “Betang Asi” Palangka Raya, dengan indikator : (1) Interaksi pimpinan dengan anggota dan calon anggota CU “Betang Asi”, (2) Kebijakan Pimpinan atau pengurus, (3) Kesadaran untuk ikut serta dalam berkoperasi. 2. Konstruksi partisipasi masyarakat yang terbentuk dalam berkoperasi, dengan indikator: (1) Konstruksi partisipasi masyarakat untuk berkoperasi, (2) Pertimbangan masyarakat untuk berkoperasi, (3) Tindakan masyarakat dalam partisipasi, (4) Relasi anggota dengan masyarakat lokal, (5) Opini yang berkembang di kalangan anggota dan masyarakat.
Fenomena masyarakat Kalimantan ber-CU di Kalimantan Tengah adalah prototipe di mana saja. Termasuk di Sanggau, salah satu kabupaten di Kalimantan Barat dengan mayoritas penduduknya Dayak.
Perubahan itu lambat laun, namun pasti. Kini setelah ratusan tahun, baru berbuah-limpah. Gereja (Katolik) pula yang pada tahun 1970-an memperkenalkan CU dan memasyarakatkannya di kalangan Dayak Kalimantan Barat,
Kita melihat fenomena itu sebagai bagian dari pembebasan yang telah datang di antara orang Dayak. Suatu pola-pikir yang telah diintroduksi oleh para misionaris dari Negeri Belanda (Ordo Kapusin) pada tahun 1905.
Perubahan itu lambat laun, namun pasti. Kini setelah ratusan tahun, baru berbuah-limpah. Gereja (Katolik) pula yang pada tahun 1970-an di Kalimantan.
Saripati penelitian itu sampai pada kesimpulan: Koperasi hanya bisa tumbuh dan berkembang di antara masyarakat yang saling percaya, bebela rasa, dan saling tolong.